Suara Pertama dari Langit.

1180 Words

Pagi itu langit berawan, seolah langit pun ikut menahan napas. Rumah sakit belum terlalu ramai. Lantai VIP sunyi, hanya terdengar langkah suster yang sesekali melintas. Zakiyah duduk di ranjang dengan selimut di pangkuannya, tangan menggenggam erat jemari Jayden. Nafasnya mulai pendek-pendek. Wajahnya pucat, tapi matanya tetap menyala. “Mas ... udah bukaan berapa sekarang?” tanyanya pelan. Jayden mencium jemarinya. “Bukaan tujuh. Dokter Dinar bilang, sebentar lagi, Sayang.” Zakiyah mengangguk, mencoba tersenyum, tapi tubuhnya kembali meringkuk saat kontraksi datang menghantam seperti ombak gelombang tinggi. Jayden langsung siaga. Tangan kirinya menyeka keringat di pelipis sang istri. Tangan kanannya terus menggenggam, tak dilepas sedetik pun. “Fokus ke napas kamu, Ya. Ingggh, buang.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD