24. Camer?

1725 Words

Siang menjelang sore di kompleks perumahan tempat Hendro tinggal kini terasa lebih hangat dari biasanya. Angin semilir menyapu daun-daun yang mulai menguning, menandai perubahan musim. Suara anak-anak yang bermain terdengar riang di kejauhan, dan di halaman depan rumah Ayu, Kiano terlihat sedang tertawa-tawa dengan tangan belepotan cokelat donat, sementara Ayu sibuk membersihkan tangannya dengan tisu. "Eh, jangan digigit semua, Kiano… itu buat kamu dan Ayu bagi dua, ya," ujar Ayu sambil tertawa kecil. "Tapi Ayu kan udah kenyang," sahut Kiano, pipinya mengembang seperti bakpau. Dari teras rumah, Hendro duduk santai dengan kopi di tangan, sesekali tertawa melihat tingkah anak semata wayangnya. Hatinya hangat. Pandangannya tak lepas dari Ayu dan Kiano—dua sosok yang perlahan menyatu dalam

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD