57

1165 Words

Aku menghela napas sekali lagi, sudah benar-benar bosan dan malas. Aku ingin menyerah dan menghilang saja, terlalu berat beban yang dirasakan. Aku tidak sanggup lagi melakukannya. Air mataku menetes pelan dan jatuh di rerumputan hijau yang sedang aku duduki. Aku menatap layar handphoneku dan mulai terisak setelah menangis dalam diam. (Tuhan, ini terlalu menyedihkan bagi seorang Ina Zakaria. Please, let me to give up.) “Oi, Na!” Aku mendongakkan kepala dan melihat seorang cogan yang aku cintai sudah berdiri di depanku. Dia menatapku dengan ekspresi bingung. “Na, kau kenapa?” tanya Alfa dengan panik. Dia duduk di sampingku dan menyeka airmataku. “Jangan nangis, dong,” bujuknya. “Kenapa?” tanyaku. “Kau udah jelek, kalau nangis tambah ancur,” jawabnya dengan ekspresi datar. Aku langs

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD