Hari Kamis, Bang Asfa bertingkah agak aneh. Sejak kemarin dia hanya diam dan wajahnya tampak murung. Aku sudah berupaya mengganggunya, tapi abang yang biasanya langsung merespons hanya diam saja, tidak melakukan perlawanan apapun. Seperti sekarang, bang Asfa hanya mager di kamarnya, kamar tamu. Sesekali dia mengubah musik yang sedang didengarkan dari laptop. Dia seperti sudah mengibarkan bendera putih, putus asa. (Bang Asfa kenapa? Apa dia marah karena kemarin aku nggak menolongnya?) “Bang, abang!!” panggilku. Bang Asfa hanya menoleh, masih dengan tiduran di kasur. “Abang kenapa?” tanyaku. Bang Asfa menggelengkan kepalanya. “Nggak apa-apa,” sahutnya sekenanya. Bang Asfa mengalihkan pandangannya dariku, berbalik badan sehingga aku hanya bisa menatap punggungnya. “Bang, abang!!” pang

