Hinaan dan Rasa Sakit

2734 Words

Setelah ciuman itu Dhika benar-benar pergi malam itu juga. Hanya sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Kaluna: “Ada urusan mendadak ke Bandung. Jangan tunggu gue.” Kaluna menatap layar ponsel itu lama, hampa. Tidak peduli urusan apa, yang jelas pikirannya masih berputar pada ciuman intens yang ia rasakan jelas dengan hangat, nyata, dan terlalu sulit dihapus. Pagi menjelang, Kaluna menyiapkan dirinya untuk berangkat kerja lebih awal, mengalihkan pikiran yang masih kalut. Ia turun ke lantai bawah, rambut disanggul rapi, setelan kerja yang elegan membalut tubuhnya. Di ruang makan, Noelle sudah menunggu dengan senyum khasnya. “Selamat pagi, Nyonya. Bagaimana keadaan Anda? Saya cukup khawatir,” suara Noelle halus, logat Prancisnya kental. “Aku baik-baik saja, Noelle. Hanya sedikit lelah. Tida

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD