Satu jam kemudian,,,,,
DI RUMAH ALIF.
"Turun yuk, udah sampai." Alif pun langsung tersenyum, begitu Ia sampai di depan rumahnya.
"Kenapaaa? Kok dari tadi kamu cemberut terus?" Tanyanya dengan sangat pelan dan penuh perhatiannya.
"Nggak papa." Shanum pun langsung menjawabnya dengan ketus, sambil buru-buru turun dari dalam mobil tersebut.
"Mbok Ijah, Pak Asep!" Alif pun langsung memanggil Asisten dan tukang kebun di rumahnya, setelah Ia pun ikut turun dari dalam mobil tersebut bersama dengannya.
"I_iya Den Alif." Jawab Mbok Ijah dan Pak Asep yang langsung buru-buru melangkah menghampirinya.
"A_ada apa ya, De,,,,,,,," Belum juga sempat Mbok Ijah menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Ia pun langsung terdiam.
"D_Den Alif? P_perempuan cantik ini,,,,," Mbok Ijah pun langsung tersenyum dengan sangat bahagia, saat pertama kali Ia melihat Shanum, perempuan pertama yang pernah Alif bawa ke dalam rumahnya.
"Iya, Mbok." Jawab Alif yang juga langsung ikut tersenyum.
"Kenalin, Mbok Ijah, Pak Asep juga. Perempuan ini, Shanum. Istri saya!" Jelasnya.
"Waaaah! Selamat ya, Den Alif! Sekarang Den Alif udah nggak kesepian lagi." Goda Mbok Ijah sembari tersenyum.
"Iya. Sekarang Den Alif sudah punya istri." Timpal Pak Asep yang juga langsung ikut menggodanya. Mereka berdua terlihat begitu akrab dengannya, karena mereka berdua memang sudah cukup lama bekerja kepadanya.
"Ia. Makasih ya, Mbok. Pak Asep juga." Alif pun lagi-lagi terus tersenyum, dengan senyuman yang memancarkan kebahagiaan yang sangat sempurna di raut wajahnya. Akan tetapi tidak dengan Shanum, Ia pun dari tadi malah justru terlihat terus terdiam sambil terus cemberut
"Apaan, sih?" Gumamnya dalam hati.
"Ya udah kalau gitu. Pak Asep, Mbok Ijah, tolong bawain barang-barang Non Shanum ke atas, ke kamar saya!" Perintahnya.
"Baik, Den." Pak Asep dan Mbok Ijah pun dengan cekatan langsung mencoba untuk membawa barang-barang tersebut.
"Nggak perlu!" Shanum pun langsung menolaknya dengan ketus.
"Shanum bisa bawa barang-barang Shanum sendiri!" Jelasnya.
"Oh, i_iya. Mbok Ijah minta maaf ya, Non! Kalau Mbok Ijah ini udah lancang." Dengan rasa bersalahnya, Mbok Ijah pun langsung buru-buru meminta maaf kepadanya.
"Iya." Jawab Shanum singkat, sambil buru-buru melangkah membawa barang-barang miliknya menuju pintu masuk rumah mewah nan besar tersebut, meninggalkan mereka bertiga yang dari tadi masih berdiri tepat di depan pintu gerbang.
Sedangkan Alif yang melihat tingkah laku labil istrinya itu pun, malah justru langsung tersenyum. Kemudian, Ia pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Pak Asep, Mbok Ijah, tolong maafin sikap kasar Non Shanum tadi, ya!" Pintanya.
"Non Shanum itu anak manja yang baru gede, dan bener-bener masih sangat labil." Jelasnya.
"Jadi tolong dimaklumi ya, Pak, Mbok!" Pintanya lagi.
"Iya Den, Mbok Ijah sama Pak Asep memaklumi, kok." Jawab mereka berdua secara bersamaan, sambil tersenyum.
"Ya udah kalau gitu. Sekarang saya masuk dulu, ya. Mau susul Non Shanum." Ucap Alif lagi, yang kemudian langsung buru-buru melangkah menuju pintu masuk rumah tersebut untuk menyusulnya.
"Kasiahan ya Pak, Den Alif." Ucap Mbok Ijah kepada Pak Asep, suaminya.
"Kayaknya Den Alif harus lebih ekstra sabar deh, Pak. Dalam menghadapi sikap labil dan manja Non Shanum, yang bener-benar masih kekanak-kanakan." Ucapnya lagi, yang memang benar-benar sangat perduli akan nya.
DI KAMAR ALIF.
Waktu menunjukkan pukul 09:00 malam.
"Lain kali, kamu nggak boleh kayak gitu lagi, ya!"
"Sama Pak Asep, dan juga Mbok Ijah." Alif yang dengan sangat pelan dan penuh perhatiannya, langsung mencoba untuk menasehatinya.
"Mereka berdua itu kan orang yang lebih tua dari kita, jadi kita harus punya sopan santun, sama mereka."
"Apalagi mereka berdua juga sudah lama lho, bekerja sama Mas. Bahkan Mas juga sudah menganggap mereka berdua, seperti kedua orang tua Mas sendiri." Jelasnya.
"Jadi Mas mau, kamu jangan seperti itu lagi, yaaa!" Alif pun langsung tersenyum, sambil mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Iiiiiihhh! Apaan, sih?" Shanum pun langsung menghempaskan tangannya dari rambutnya. Bukannya nurut, Ia malah justru semakin marah kepadanya.
"Sok perhatian!" Ucapnya lagi, yang kemudian langsung kembali cemberut.
Sedangkan Alif pun lagi-lagi hanya menanggapinya dengan senyuman. Ia tidak mau pusing memikirkan ucapan demi ucapan kasar yang keluar dari dalam mulutnya. Ia pun malah justru langsung berlalu menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut, untuk membersihkan badannya.
"Kira-kira, sekarang ini Kak Reza lagi ngapain, ya?" Shanum yang tiba-tiba saja langsung ingat akan hubungan percintaannya dengan Reza kekasihnya, sambil terus terdiam dan termenung berdiri di depan jendela kamar tersebut.
"Kira-kira Kak Reza udah tau belum, ya?"
"Kabar tentang pernikahanku ini dengan, Mas Alif?"
"Ya, Tuhaaaan!" Shanum pun seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Aku yakin, deh. Pasti kabar pernikahanku dengan Mas Alif, sekarang ini sudah ramai anak-anak gosipkan di Kampus." Shanum pun hanya bisa pasrah dan pasrah dengan kenyataan tersebut.
"Lho, kamu belum bobo?" Tanya Alif yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi tersebut, sambil berlalu melangkah menuju tempat tidurnya.
"Sini bobo, udah malam!" Alif pun langsung menepuk-nepuk ranjangnya, menyuruhnya untuk berbaring di sampingnya.
"Nggak mau! Shanum nggak mau deket-deket, apalagi sampai bobo sama laki-laki yang baru Shanum kenal." Dengan sangat ketusnya, Shanum pun langsung menolaknya dengan alasan seperti itu. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, tersenyum. Kemudian, Ia pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Tapi sekarang udah malam." Ucapnya.
"Udah ayo, cepetan bobo!" Ajaknya lagi, yang tak henti-hentinya terus menyuruhnya seperti itu.
"Iiiiiihhh! Shanum kan tadi udah bilang, Shanum nggak mau deket-deket, apalagi sampai bobo sama laki-laki yang baru Shanum ken,,,,,,," Belum juga sempat Shanum menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja,,,,,
"Y_ya Tuhan!" Ia pun seketika langsung kaget dan ketakutan, karena dengan secara tiba-tiba Ia pun mendengar adanya suara petir yang menyambar-nyambar, dan diikuti dengan hujan deras yang kemudian langsung ikut turun.
"Hmmmm," Alif pun langsung tersenyum melihatnya.
"Kamu takut petir?" Tanyanya dengan penuh perhatiannya.
"N_nggak. Siapa yang takut?" Jawab Shanum, berbohong.
"S_Shanum nggak tak,,,,,,,"
"Y_ya Tuhan!" lagi-lagi Shanum pun langsung kaget dan ketakutan, karena dengan secara tiba-tiba lagi suara petir tersebut pun langsung menyambar-nyambar dengan suara yang lebih kencang, bahkan terlihat sangat jelas juga kilatannya dari balik jendela kamar tersebut.
"Udah, siniiiii!" Alif pun langsung turun dari atas ranjang, dan langsung menarik tangannya mengajaknya melangkah menuju ranjang tersebut.
"Kamu bobo disini!" Ucapnya, yang kemudian langsung menyuruhnya untuk duduk dan berbaring tepat di atas ranjang tersebut.
"Kamu nggak usah takut! Mas nggak bakalan ngapa-ngapain kamu, kok!" Jelasnya.
"Y_ya emang Shanum tau, kalau nanti Mas bakalan ngapa-ngapain Shanum, apa nggak?" Shanum pun langsung menjawabnya dengan sewot.
"K_kalau ternyata nanti Shanum udah bobo, terus Mas peluk-peluk Shanum, Mas juga cium-cium Shanum, emang nanti Shanum bakalan kerasa? Emang nanti Shanum bakalan, tau?" Shanum yang dengan sangat polos dan percaya dirinya, tiba-tiba saja langsung menuduh-nuduhnya seperti itu. Sehingga Alif yang mendengarnya pun seketika langsung tersenyum, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian, Ia pun justru langsung berlalu pergi meninggalkannya sendiri di atas ranjang tersebut.
"M_mas Alif mau kemana, ya?" Ucap Shanum dalam hati, kepo.
"Aduuuh! Ini pertir juga nggak mau berhenti-henti lagi dari tadi." Shanum yang ketakutan pun akhirnya menarik selimut yang ada di atas ranjang tersebut, untuk menutupi tubuhnya.
"Ya, Tuhaaaan. Ini pertir kapan berhentinya, si,,,,,,,,," Belum juga sempat Ia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Ia sudah dibuat terdiam dan terbengong oleh Alif Suaminya, yang baru saja selesai mengambil air wudhu dengan penampilannya yang terlihat sangatlah tampan dan mempesona mengenakan baju kokoh rapi beserta dengan sarung dan juga peci yang melekat dengan indah di kepalanya.
"M_mas Alif?" Ucapnya dalam hati sambil terus terdiam dan terbengong memandanginya.
Sedangkan Alif pun langsung berlalu mengambil sebuah kitab suci Al-Qur'an, kemudian langsung melantunkannya dengan suara yang sangat indah dan merdu.
"Ya, Tuhaaaan." Shanum yang sebelumnya memang jarang sekali mendengar apalagi melantunkan kitab suci Al-Qur'an pun, seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar. Entah mengapa, tiba-tiba saja hatinya langsung bergetar.
Ia pun hanya bisa terdiam dan terus terdiam di atas ranjang tersebut, sambil terus terbengong mendengarkan dan memandanginya yang sampai sekarang ini pun masih terus melantunkan kitab suci Al-Qur'an tersebut, hingga akhirnya tak terasa, Ia pun ketiduran.
Beberapa jam kemudian,,,,,
"Euuuumm," Shanum pun tiba-tiba saja terusik dari tidurnya.
"A_aku ketiduran?!!" Ia pun seketika langsung kaget seperti orang kebingungan.
"M_mas Alif?!!!" Ia pun langsung beranjak dari tempat tidurnya, dan langsung buru-buru mengecek seluruh tubuhnya, begitu Ia ingat akan nya.
"T_tapi aman, kok. Nggak papa." Ucapnya, setelah Ia selesai mengeceknya.
"T_terus kalau gitu, sekarang Mas Alif di man,,,," Belum juga sempat Ia menyelesaikan ucapannya, lagi-lagi Ia pun sudah dibuat terdiam dan terbengong kembali.
"M_mas Alif?" Ucapnya lagi dalam hati yang semakin dibuat bergetar lagi hatinya, saat Ia melihat Alif suaminya yang ternyata lebih memilih untuk mengalah tidur di atas sofa kecil di samping tempat tidurnya, dengan keadaan yang terlihat sangatlah kedinginan melengkung seperti udang.