Lila mendapat panggilan telpon dari orang tak dikenal. Lila menjawabnya dan kaget mendapati
suara yang seperti ibunya."Ibu." Panggil Lila.
"Iya, Lila. Ini ibu." balas sang ibu.
"Ada apa menelfon Lila ?" Tanya Lila dengan nada yang dingin.
"Bantu perusahaan ayah Lila, menikahlah dengan paman Henry."
Selama enam tahun berpisah yang ibunya sampaikan lebih dulu pada Lila hanya permohonan
agar Lila menikah. Astaga apa ibunya tak punya rasa rindu sedikitpun padanya."Menikah dengan paman Henry agar perusahaan ayah tidak jadi bangkrut begitu? ibu ingin mengorbankan Lila, Lila pikir selama enam tahun Lila pergi ibu sadar dan ingin membujuk Lila kembali pulang. Nyatanya? Bu, paman Henry sudah seperti kaka bagi Lila."Kata Lila sendu.
"Ayahmu sakit keras Lila."
Deg!
Hati Lila sedikit luluh, tapi Lila masih bingung apakah ibu memang tidak menyukai nya, sampai-
sampai harus mengorbankan nya? "Ayah sakit keras? Lila akan hubungi ibu lagi."Lila menutup telfonnya.
Lila ingin kembali tertidur dikasurnya yang nyaman, tapi ia urungkan niatnya karena melihat
Ken yang tengah bersandar santai dibelakang nya."Pak ken!?" panggil lila terkejut.
"Sejak kapan bapak disini?" Tanya Lila panik.
Ken memandang Lila datar."Jangan salah paham pak, perusahaan-"
"Cukup Lila." Ujar Ken.
Ken memang bingung awalnya kenapa Lila menyembunyikan fakta bahwa dirinya adalah anak
dari keluarga berada. Juga menyembunyikan fakta bahwa Lila memiliki perusahaan sendiri.
Lalu kenapa Lila tidak kerja dengan orangtuanya saja? Tapi Ken tidak akan mempermasalahkan tentang Lila yang sebenarnya memiliki perusahaan atau apalah itu. Yang Ken pikirkan hanya ketika mendengar Lila yang tidak mau dijodohkan oleh orang pilihan
ibunya. Ken akhirnya tertarik dan mau memanfaatkan keadaan dengan membuat sebuah perjanjian yang
mungkin akan menyenangkan untuknya.
Dan tentunya akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak."Saya tidak akan mempermasalahkan apa yang baru saja kamu katakan dengan ibumu tadi, malah saya akan menawarkan sebuah perjanjian, Lila." ucap sang bos.
"Perjanjian?" Ujar Lila tak mengerti. Ken mengangguk." Pacaran dan menikah. Ayo kita lakukan itu, dengan begitu saya akan membantu perusahaan keluargamu." Tawar Ken.
Lila bingung sekaligus takut. Pernikahan? Itu adalah sesuatu yang serius."Bagaimana kalau ketawan bahwa pernikahan yang kita jalani hanya settingan..?" Tanya Lila panik.
"Tinggal lakukan apa yang orang lain lakukan saat pacaran dan menikah, Lila ."
Aku. Harus jawab apa?
������
"Liburan besok mau kemana?" Tanya Ken pada Lila yang masih sibuk menyiapkan sarapan
untuk Ken.
"Saya mau pulang kerumah ibumu?" Tanya Ken lagi.
"Saya belum siap bertemu mereka pak." Kata Lila tanpa semangat.
Ken mengangguk," kalau begitu baguslah, siapkan pakaian untuk seminggu kedepan ." Kata
Ken.
"Untuk apa ?" Tanya Lila.
"Kita liburan. KE suatu tempat yang mengasyikan." Balas Ken. Lila mengangguk, sedangkan Ken melirik Lila yang tengah sibuk mengambilkan nasi untuknya.
"Bagaimana Lila ,tentang tawaran saya?" Kata Ken.
Lila membuang pandangannya."Tawaran bapak yang waktu itu?" Tanya Lila memastikan.
Ken mengangguk.
"Jangan banyak berfikir Lila." Ujar Ken yang dibalas anggukan oleh Lila.
"Nanti malam kita makan diluar." Ucap Ken.
������
"Mau makan dimana?" Tanya Lila pada Ken yang tengah menyetir.
"Kamu mau apa ?" Tanya Ken.
"Hm, ramen?" balas lila tetap terdengar seperti pertanyaan.
"Makan malam dengan ramen tidak bagus bagi kesehatan Lila." Ujar Ken.
"Iya pak. Kalau begitu makan direstaurant Jepang saja. Tapi janji saya tidak akan memesan
ramen." Ujar Lila meyakinkan.
Ken mengangguk. "Ingat janjimu Lila." Kata Ken.
������
Restauran Jepang/08.57 malam.
"Bapak saja yang pesankan." Ujar Lila. Ken akhirnya hanya memesan satu set makanan untuk
couple. Kata nya biar lebih gampang.
Setelah menunggu 40 menit, akhirnya makanan datang. "Makan yang banyak Lila." Ucap ken
pada lila saat ini. Lila mengangguk, lalu segera memakannya dengan lahap. Setelah selesai
makan , mereka menuju parkiran mobil.
Lila hampir saja terjatuh kalau Ken tidak memegangi badannya, mata Lila tertuju pada seseorang
yang berpostur tubuh tinggi juga tegap, masih bisa dibilang keren lah.Tapi masih keren gue."Paman Henry." lirih Lila.
Ken menyerngitkan matanya. Berusaha mengingat sebuah nama yang baru saja Lila ucapkan.
Pria itu melihat kearah Lila. Ken yang melihatnya pria itu menatap Lila sangat dalam, dengan
cepat menarik tekuk Lila lalu menciumnya, bukan sekedar mencium tapi melumatnya sangat
dalam.
"Kamu hanya boleh lihat saya, Lila." ujar ken setelah melepas bibirnya dari Lila.