Bumi menoleh pada Cia yang cengengesan sambil menutupi bibirnya. Sontak, ia melepaskan tubuh Asa dan langsung berdehem. Asa sudah merah padam, tetapi dengan kemunculan Cia, gadis itu semakin malu lagi dan memutuskan untuk menunduk. "Ya ampun, pengantin baru mah emang kangen mulu, ya, Bum!" ledek Cia. Ia menunjuk ke arah kabinet atas. "Sori, sori, aku mau ambil sedotan buat para bocil. Di atas situ. Kamu bisa tolong ambilin, nggak?" "Ehm, ya. Oke." Bumi menjulurkan tangannya ke arah yang ditunjuk oleh Cia lalu membuka pintu kabinet. Asa yang berada di depan Bumi pun menahan napas karena kini tubuh bumi kembali menghadap ke arahnya. Ia mendongak sedikit, merasakan aroma segar parfum Bumi yang semakin membuat ia hilang akal. Setelah pelukan lembut tadi, rasanya ia semakin berdebar saja. "