Di Serambi Pesantran

1175 Words

Langit Magelang sore itu mendung tipis, sejuk seperti pelukan rumah setelah perjalanan panjang. Di serambi pesantren yang teduh, Bude Ulfa dan Mbak Yanti duduk bersila dihadapan Bu Nyai dan Pak Yai— pasangan sepuh yang dihormati, sekaligus orang tua yang masih menyimpan luka diam-diam atas runtuhnya rumah tangga cucu mereka. Pak Yai, dengan sarung dan baju yang rapi menatap nanar ke halaman yang luas, seolah melihat bayang-bayang masa kecil Gus Zeehan bermain di sana puluhan tahun yang lalu. Lalu dia mendesah, dalam dan berat. "Jadi, Salwa sudah resmi menggugat cerai?" Tanya beliau akhirnya, suara bergetar di sela ketenangan. Mbak Yanti mengangguk. "Sudah Pak Yai. Keputusannya bulat. Salwa sudah terlalu lama menanggung luka yang tak seharusnya ditanggung sendiri." Bu Nyai menunduk, me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD