Suara Yang Tak Diucapkan

1174 Words

Setelah memastikan Bude Ulfa dan si kembar nyaman di apartemen, Jiva mengganti bajunya yang sedikit basah terkena peluh dan langsung kembali ke ruang tengah. Dia menemukan Salwa berdiri di balkon, memandangi kota Jakarta yang bergelimang cahaya— tapi sorot matanya kosong, seperti tertinggal di lorong rumah sakit. “Wa,” ucap Jiva pelan dari ambang pintu, “ayo keluar sebentar. Cari udara segar.” Salwa menoleh, ragu. “Aku—nggak papa, A’. Di sini juga cukup.” “Nggak cukup,” potong Jiva lembut. “Kamu butuh jauh sedikit dari semua ini. Nggak jauh kok. Cuma keliling aja.” Salwa menatapnya. Mata itu— selalu tenang, selalu jadi tempat dia ingin berlabuh saat dunia terasa terlalu berat. Dia mengangguk. Beberapa menit kemudian, mereka sudah duduk di dalam mobil. Jiva tak menyetir cepat, hanya me

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD