Mbak Yanti kini sedang membantu menyiapkan perlengkapan si kembar. Mulai dari popok, s**u, baju hangat, mainan kecil kesayangan mereka yang selalu dibawa ke mana-mana—boneka gajah abu-abu dan kelinci tambal sulam. Di ruang tamu, Bude Ulfa duduk dengan anggun, mengenakan kerudung warna salem dan tas kecil di pangkuannya. Wajahnya teduh, seperti biasa, tapi sorot matanya menunjukkan dia siap menjadi tembok jika sewaktu-waktu Salwa ingin bersandar. Jiva baru saja memarkir mobilnya di depan pagar. Dia masuk sambil membawa dua termos kecil dan sebungkus roti isi dari toko roti mereka. “Ini buat di jalan,” katanya sambil menyodorkannya ke Salwa. “Kalau lapar dan nggak sempat berhenti.” Salwa menatapnya, dan tersenyum. Senyum kecil tapi penuh makna. Dia mengenakan tunik hijau muda dan celana

