Kanaya duduk menghadap layar laptopnya, ini hari kedua Aldric tinggal di rumahnya dan ia merasa tak nyaman di rumahnya sendiri, namun ia harus sabar karena mungkin beberapa hari lagi semua akan kembali normal saat Aldric keadaannya lebih baik dan pulang.
Hari ini pun Kanaya melihat Arda masih kebingungan saat masuk dalam ruangannya, Kanaya melihat Arda keluar dan mendekati Sarah. Jarak meja Kanaya dan meja Sarah tak terlalu jauh membuat ia bisa mendengar dialog antara Sarah dan Arda.
"Sar...apa kamu tahu dimana Aldric sekarang?" tanya Arda.
Sarah terkejut mendengar pertanyaan Arda.
"Kenapa pak Arda bertanya pada saya?"
"Karena aku tahu beberapa waktu yang lalu kalian dekat."
"Maaf pak, dia sudah mencampakkan saya."
Jawaban Sarah membuat Arda sedikit terkejut namun Arda sudah menebaknya sejak awal karena sifat playboy Aldric, Arda menghembuskan nafasnya kasar, dua hari Aldric menghilang dan bosnya mengejarnya untuk mencari putranya itu, pak Enrico Amery ayah Aldric tak dapat menghubungi Aldric, di apartemennya juga tidak ada, Aldric seperti menghilang tanpa jejak.
Kanaya akan memanggil Arda namun ia ingat ucapan Aldric tadi pagi.
Flashback on
Kanaya sudah selesai sarapan, ia masuk dalam kamar untuk mengambil tasnya dan akan berangkat bersama pak Andrian.
"Kay....ayah tunggu di depan."
"Iya yah." sahut Kanaya dari dalam kamarnya. Setelah cek dan ricek barang dalam tasnya Kanaya keluar dari kamarnya, Kanaya mendatangi ibunya yang masih ada di ruang makan dan pamit serta mencium punggung tangan Bu Inda, hal itu tampak oleh Aldric yang akan melangkah keluar dari ruang makan.
Kanaya melangkah melewati Aldric namun langkahnya terhenti saat Aldric memanggilnya.
"Kay tunggu.."
"Ada apa?"
"Kalau Arda....mmmm.... Maksud aku pak Arda bertanya soal aku padamu, katakan saja tidak tahu."
"Hah...?? kenapa?"
"Katakan saja seperti itu."
"Okey, santai dong," jawab Kanaya sewot dan berjalan meninggalkan Aldric yang menatap kepergiannya.
Kanaya masuk dalam mobil pak Andrian dengan wajah masam.
"Kenapa wajah kamu seperti itu Kay?"
"Nggak apa apa yah, hanya tidak nyaman saja ada orang lain di rumah kita."
"Hanya beberapa hari saja, kasihan kalau dia tinggal sendiri di apartemennya."
"Iya yah."
"Ayah heran sama kamu Kay, Aldric itu anaknya baik, sopan, malah kamu jutek gitu sama dia."
"Entahlah yah, Kay kurang suka gitu sama dia."
"Ayah kan pernah bilang, jangan membenci orang sedemikian rupa, nanti malah jatuh cinta."
"Ish....malah Ayah mendoakan yang enggak enggak sih, amit amit deh."
Pak Andrian tergelak melihat reaksi Kanaya.
Flashback off
Kanaya heran kenapa Aldric memintanya menyembunyikan keberadaannya, seperti ada yang ia sembunyikan dan rahasiakan dari semua orang.
Jam istirahat sudah tiba, Kanaya menutup laptopnya dan berdiri, ia membawa tasnya.
"Sar....lunch yuk."
"Ayo..." Sarah berjalan mensejajarkan diri dengan Kanaya keluar dari ruang marketing Alpha dan menuju lift untuk turun ke lobby.
Keduanya makan di cafe yang ada di depan gedung PT. Wijaya Amery Semesta tbk. Kanaya menikmati mie ayam dan es teh manis sedangkan Sarah memesan sandwich dan cappucino.
"Aldric kemana ya Kay, kok menghilang tanpa pesan, pak Arda nyariin sejak kemarin katanya."
"Kenapa kamu perduli sama dia, biarkan saja Sar."
"Aku jadi khawatir sama dia."
"Sar..!! bebal banget sih kamu. Kami itu sudah disakiti malah mengkhawatirkan dia, biarkan saja lah dia kena SP kek, dipecat kek terserah, salah sendiri mangkir dari kerjaan," gerutu Kanaya, Sarah menatap heran pada Kanaya.
"Kamu kenapa sih Kay, sejak awal ada Aldric selalu sinis sama dia."
"Aku nggak sinis, hanya saja..."
"Boleh aku duduk disini?"
Kanaya dan Sarah menoleh dan melihat Arda ada di samping meja mereka.
"Eh silahkan pak," jawab Sarah, ia menyenggol kaki Kanaya, Kanaya hanya mendelik, Kanaya memang pernah bercerita pada Sarah kalau ia kagum pada sosok Arda, masih muda, ganteng, ramah, tidak sombong sudah jadi kepala divisi. Arda duduk di kursi kosong yang tak jauh dari Kanaya.
"Kay....aku duluan ya, ada urusan sebentar." Sarah berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan Arda dan Kanaya.
"Eh mau kemana Sar?"
"Ada deh." Sarah tersenyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.
Arda kemudian memesan makanan, sedangkan Kanaya melanjutkan makannya dengan kikuk tak menyangka Arda mau makan bersamanya.
"Saya dengar pak Arda cari Aldric ya, maaf bukannya menguping tapi tadi jelas terdengar dari meja saya."
"Iya benar, kamu tahu kan dia selain bawahanku juga temanku kuliah dulu, sejak kemarin dia menghilang dan ponselnya juga tak dapat dihubungi, papanya bingung mencarinya."
"Memangnya papanya Aldric di kota mana pak?"
"Di Jakarta juga."
"Sama sama di Jakarta? kenapa tidak tinggal bersama?"
"Hhhh...itu... sudahlah kita tidak usah membahas Aldric, bagaimana pekerjaan kamu? lancar?"
"Iya, lancar kok pak," jawab Kanaya, jantungnya berdetak tak normal saat bersama Arda, Arda kemudian mengajak Kanaya bicara soal pekerjaan hingga jam makan siang berakhir, mereka pun kembali ke gedung kantor mereka, sampai di lobby Kanaya dan Arda menghentikan langkahnya saat ada seseorang yang memanggil Arda.
"Arda..." seorang gadis berjalan cepat menuju Arda dan langsung memeluknya membuat Kanaya terbelalak, hatinya ada sesuatu yang mengganjal melihat itu, Kanaya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Saya duluan pak Arda," ucap Kanaya berjalan menuju lift dan naik ke ruang marketing Alpha.
~~~
~~~
Kanaya turun dari taksi, hari ini akhir bulan jadi ayahnya lebih sibuk dari biasanya dan pulang sangat terlambat, ia membuka pagar rumahnya dan masuk, rumah tampak sepi, Kanaya masuk dalam rumah dan terkejut karena melihat Aldric duduk di ruang tamu. Kanaya berjalan menuju kamarnya dan keluar membawa handuk dan melangkah ke belakang menuju kamar mandi namun Kanaya heran kenapa dapur sepi, biasanya ibunya sedang memasak makan malam saat dia pulang bekerja.
Kanaya kemudian mandi dan keluar dengan wajah segar, ia kembali dalam kamar.
"Ibu kemana?" tanya Kanaya pada Aldric yang sedang duduk membaca buku, Kanaya ingat itu buku perbankan milik ayahnya.
"Tante tadi pamit ke Jakarta Selatan, katanya adiknya sedang sakit, Tante juga tidak sempat masak."
"Jakarta Selatan? Om Imam sakit?" gumam Kanaya.
"Boleh aku pinjam ponselmu? aku mau pesan makanan delivery order, ponselku hilang."
"Jangan."
"Jangan pinjam ponselmu?"
"Bukan, jangan DO, biar aku masak buat kita, ayah pasti juga nanti langsung ke rumah Om Imam," jawab Kanaya melangkah ke dapur, Aldric berdiri dari duduknya dan berjalan mengikuti langkah Kanaya. Aldric hanya berdiri di seberang meja dapur berhadapan dengan Kanaya yang mulai berkutat dengan kompor, Kanaya membuka kulkas namun ponselnya berbunyi. Kanaya menutup kulkas dan menerima panggilan.
"Halo Kay."
"Halo Bu, ibu di rumah Om Imam?"
"Iya, Om kamu anval jadi harus segera dibawa ke rumah sakit dan ibu tadi buru buru dan tidak sempat menelpon kamu, sekarang sudah di tangani petugas medis. Maaf ya Kay ibu belum sempat masak, tadi saat dihubungi Tante kamu ibu Langsung pergi."
"Iya Bu nggak apa apa, ini Kay mau masak."
"Ayah nanti langsung ke sini saat pulang, jadi Mungkin ayah dan ibu pulang agak malam, kamu nggak apa apa kan sama Aldric berdua saja."
"Iya, udah ya Bu, Kay mau masak." Kay mengakhiri sambungan teleponnya dan meletakkannya di atas kulkas.
Kanaya kembali membuka kulkas dan menemukan ayam yang sudah di ungkep, Kanaya hanya menggoreng ayam dan buat sambal saja yang praktis. Kanaya mulai menyalakan kompor dan memanaskan wajan untuk menggoreng.
"Memangnya kamu bisa masak?" tanya Aldric pada Kanaya.
"Kenapa? nggak percaya?"
"Aku rasa jaman sekarang sangat jarang seorang gadis bisa memasak."
"Terserah kamu itu pendapat kamu."
Kanaya memasukkan ayam ungkep dalam minyak panas yang membuat suara nyaring membuat Aldric melompat terkejut.
"Ha-ha-ha..." Kanaya tertawa terbahak-bahak melihat Aldric yang terkejut.
"Bisa masak apa enggak? kenapa suaranya seperti itu?" sungut Aldric.
"Memang suaranya seperti itu saat ayam yang ada airnya dimasukkan minyak, minyak dan air yang bersatu dan dipanaskan akan seperti itu. Apa kamu tidak pernah melihat orang masak?" Kanaya membalik ayam yang sudah mulai kecoklatan.
"Nggak."
"Pantas, ya sudah duduk sana, ngapain berdiri disitu, nanti kena minyak panas mukamu, nanti fans dan pacar pacar kamu malah meninggalkan kamu lagi," ucap Kanaya masih fokus pada wajan.
Aldric berjalan menuju meja makan yang tak jauh dari dapur, ia duduk menghadap pada Kanaya yang sedang memasak, Kanaya dengan cekatan membuat sambal untuk teman ayam goreng, Aldric melihat Kanaya dengan kekaguman, ia merasa Kanaya gadis yang berbeda, semua mantan pacarnya tidak pernah bisa memasak, dan tidak mau belajar padahal ia suka dengan gadis yang bisa dan suka memasak. Ia ingin jika nantinya ia menikah ia mempunyai istri yang pandai memasak dengan otak encer.
"Melamun apaan coba," tegur Kanaya pada Aldric yang terkejut Kanaya sudah meletakkan piring berisi ayam goreng di meja.
"Sorry..."
"Biar aku ambilkan nasi," ucap kanaya mengambil piring dan berjalan ke meja dimana rice cooker berada, namun Kanaya merasa konyol saat melihat rice cooker.
"Ya ampun ibu..."
"Kenapa Kay?"
Kanaya menghela nafas kemudian kembali ke meja makan dan duduk disana.
"Ada apa?"
"Kalau kamu lapar kamu makan aja ayamnya Al, ternyata ibu lupa menekan cook di rice cooker dan berasnya masih utuh belum jadi nasi." jawab Kanaya meletakkan piring dimeja.
"Mana kenyang makan ayam aja. Ya sudah kita makan diluar." Aldric kemudian berdiri dan menarik tangan Kanaya.
"Eh...eh...mau kemana Al?"
"Makan, aku lapar."
Kanaya menurut saja saat Aldric menarik tangannya keluar rumah, Aldric meminta Kanaya menunggu untuk dia memanaskan motornya yang dia hari ini terparkir di rumah Kanaya dan tak dipakai.
Lynagabrielangga