“Duh, Safa, kok bisa-bisanya sih kamu nyasar di sana?” Mara bertolak pinggang, menggeleng-gelengkan kepala karena masih tidak menyangka. “Singkatnya begini, nggak ada hal apa pun yang bisa dijadikan alasan buat kamu ketemu tuan muda, apalagi sampai terdampar di apartemennya. Lha ini sampai menginap? Apa yang udah kami lewatin, Fa?” Dia menelan ludah gugup karena berondongan pertanyaan Mara. Safana sendiri bertanya-tanya, kenapa dari sekian juta manusia, yang harus menyelamatkannya adalah Shaka? Kenapa tidak yang lain saja, supaya urusannya tidak ribet dan berbuntut panjang seperti ini? Tapi, namanya juga musibah, tidak ada yang tahu dan tidak ada yang bisa memprediksi. Safana yang mabuk adalah kesalahan besar, sementara Safana ditolong Shaka adalah bencana besar. Namun tidak bisa menjami