11. Manusia Tanpa Hati

1144 Words
Zka melangkah dengan ragu ke arah taman belakang. Maria tadi mengatakan padanya bahwa Eldo mencarinya. Dari teras belakang, Zka bisa melihat Eldo sedang duduk di depan kolam renang. Zka mendekat namun tetap menjaga jaraknya dari pria itu, dan ia mendapati dirinya tengah memandangi sosok Eldo dari belakang. Dalam penerangan seadanya seperti saat ini, entah mengapa sosok itu terlihat jauh lebih menyeramkan. Ataukah ini hanya karena Zka sudah mendengar informasi tentang Eldo dari Joana? "Jangan hanya berdiri di situ. Mendekatlah!" ujar Eldo tanpa menoleh. Zka berjalan dengan sangat lambat mendekat ke arah pria itu. Suara Eldo yang dingin terdengar begitu mengintimidasi Zka malam ini. Padahal sebelumnya ia tidak pernah merasa setakut ini berhadapan dengan Eldo. "Ada apa mencariku?" "Duduklah! Temani aku." Eldo mengedik ke arah kursi di sebelahnya. Meski ragu, Zka menuruti juga perintah Eldo. "Bagaimana kuliahmu?" Pertanyaan yang begitu janggal keluar dari bibir Eldo. Zka harus memastikan bahwa pendengarannya tidak salah menangkap kata-kata Eldo. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Zka menjawab. "Baik-baik saja." "Tahun depan seharusnya selesai, bukan?" "Benar. Jika tidak ada halangan." "Apa kau ingin melanjutkan pendidikanmu?" Eldo memainkan gelas di tangannya. Zka menghela napasnya. "Entahlah. Aku tidak yakin." "Kenapa? Apa karena sekarang kau hidup denganku?" Eldo menoleh dan memandangi Zka lekat-lekat. Untuk sesaat, Zka kembali tersihir dengan pandangan Eldo yang mematikan. "Tidak juga. Seandainya aku tidak di sini pun, aku belum tentu bisa melanjutkan pendidikanku. Kondisi keuangan kami tidak mendukung." Eldo mengangguk paham. "Jadi kau lebih memilih untuk bekerja?" "Hmm." Ini benar-benar pembicaraan yang aneh bagi Zka. Beberapa bulan ia mengenal pria ini dan hampir satu bulan ia hidup bersamanya, namun tidak pernah sebelumnya terjadi pembicaraan semacam ini di antara mereka berdua. Pria ini biasanya menemuinya hanya untuk memuaskan nafsunya saja. "Pekerjaan seperti apa yang kau inginkan?" "Tentu saja yang berhubungan dengan studiku." "Misalnya?" Eldo mengangkat alisnya. "Mungkin aku akan mencoba peruntungan di dunia hiburan. Dunia hiburan dalam ruang lingkup seni maksudku." Zka menegaskan. "Itu hal yang mudah. Kalau sudah waktunya nanti, katakan saja padaku tempat yang kau tuju. Aku akan membantumu." Zka mengerjap. Ia tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Apakah pria ini serius dengan ucapannya? Mengapa ia tiba-tiba menjadi baik? "Apa aku tidak salah mengartikan perkataanmu? Apa kau bersedia membantuku?" "Memang itu maksudku. Kenapa? Kau heran?" "..." Zka tidak bisa menjawab. Dia terus bertanya-tanya kenapa tiba-tiba Pria Iblis ini seolah peduli pada kehidupannya. "Kau pikir karena aku membencimu lantas aku akan mengurungmu dan membuatmu susah?" tanya Eldo lagi. "..." Zka terpaksa mengangguk. "Tenang saja. Meski aku membencimu, aku akan tetap membiarkanmu hidup dengan normal. Aku tidak akan membatasi ruang gerakmu selama kau mematuhi perintahku." Eldo tiba-tiba bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya pada Zka. "Kita sudahi pembicaraan ini. Ayo, bangun!" Zka menerima uluran tangan Eldo dengan ragu-ragu. Eldo menarik Zka berdiri dan meraih pinggang gadis itu. "Aku ingin melihatmu berenang," ujarnya ringan. "Berenang? Malam-malam begini?" Zka tercengang mendengar perkataan Eldo. "Tenang saja, airnya hangat. Kau tidak akan kedinginan. Atau kau tidak bisa berenang?" "Aku bisa. Tapi ini sudah malam." "Memangnya ada aturan yang melarang orang berenang di malam hari?" tanya Eldo santai. "Tidak." Zka menggeleng lesu, kemudian dia berbalik meninggalkan Eldo. "Kau mau ke mana?" Eldo menahan tangan Zka. "Mengganti pakaianku." "Tidak perlu." "Lalu aku harus memakai apa?" Zka memandangi dirinya yang tengah memakai dress selutut berbahan satin. Ia belum sempat berganti pakaian ketika Maria mencegatnya di tangga tadi dan memberitahunya untuk menemui Eldo. "Kau tidak perlu memakai apa-apa. Buka saja bajumu." Eldo tersenyum licik. "Hah?" Zka mengedarkan pandangannya ke sekeliling halaman belakang kediaman Eldo yang luas ini. "Kau memintaku membuka baju di tempat terbuka seperti ini?" "Memangnya kenapa?" "Siapa saja bisa melihatku, entah pengurus rumah atau para pengawalmu." "Aku tidak keberatan. Aku mengizinkan mereka untuk ikut melihat tubuh indahmu, selama mereka tidak bisa menyentuhmu. Hanya aku yang bisa menyentuhnya, Cantik." Eldo mengatakannya sambil mengecup lembut bibir Zka. Tangannya perlahan menarik turun retselting dress yang Zka kenakan, dan tanpa perlu usaha lebih dress berbahan lembut itu meluncur dengan mudah dari tubuh gadis itu. Zka bisa merasakan hembusan angin yang menerpa langsung di kulitnya. Zka tercekat ketika merasakan tangan Eldo meraih pengait bra dan menariknya lepas. Sepertinya pria ini berniat menelanjanginya di tempat ini. Zka hanya bisa berharap dalam hatinya semoga tidak ada yang melihatnya dalam keadaan memalukan seperti ini. Ia harus mengeraskan hatinya agar tidak menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Pria Iblis ini. Dia tidak akan memohon agar Eldo berbaik hati padanya, apalagi menujukkan air matanya dan berharap pria itu akan jatuh kasihan padanya. Yang Zka tahu, Pria Iblis ini tidak memiliki hati. Jadi percuma saja mengharapkan belas kasihan darinya. "Masuklah ke air agar kau tidak kedinginan." Eldo menuntun Zka ke tepi kolam dan memintanya turun setelah gadis itu tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Zka menuruti saja perintah Eldo tanpa membantah. Bukan karena ia tidak berani melawan, tapi ia malas membuang tenaganya untuk berdebat. Lagipula Zka sudah tahu akhirnya akan seperti apa tanpa perlu mencoba terlebih dahulu. Mungkin lebih baik ia mencoba menenggelamkan dirinya saja di kolam ini agar ia mati dan Pria Iblis ini tidak dapat mengganggunya lagi. "Berapa lama aku harus berenang?" "Entahlah. Belum kutentukan. Berenang saja dulu." Zka mencoba tidak mempedulikan keadaannya saat ini dan menekan rasa malunya, ia berenang menuju tepi kolam yang lain. Ketika ia mencapai tempatnya semula, Zka melihat Eldo sudah ikut bergabung dengannya di dalam kolam. Namun anehnya, pria itu tidak melepaskan pakaiannya. Kemeja hitam yang tadi dikenakannya masih melekat di tubuhnya. "Sudah cukup." Eldo menahan pinggang Zka ketika gadis itu akan kembali berenang. "Sekarang aku ingin menikmati tubuhmu yang indah." Eldo memutar tubuh Zka, mengangkat tubuh gadis itu dan melingkarkan kaki Zka di sekeliling pinggangnya. Kini p******a Zka terekspos tepat di depan wajah Eldo, membuat pria itu tidak dapat menahan gairahnya lagi. Eldo sendiri mulai merasa heran dengan dirinya karena ia mendapati gairahnya selalu mudah bangkit hanya dengan berdekatan dengan Zka. Eldo mulai melumat p******a Zka, memainkan lidahnya di puncak kirinya, sementara tangan kanannya memilin puncak satunya. Karena takut terjatuh, tanpa sadar Zka melingkarkan lengannya di leher Eldo. Eldo sedikit menurunkan tubuh Zka namun tetap memeluknya erat. Ia mulai memagut bibir Zka. Seperti yang biasa terjadi, tidak ada balasan dari gadis itu. Eldo melepaskan pagutannya dan kini mulai memandangi wajah Zka sambil terus bergerak seirama dengan gadis itu, hingga ia mencapai pelepasannya. Eldo melepaskan pelukan mereka dan meraih celana pendek yang ia lepaskan di tepi kolam. Eldo memakainya kemudian naik meninggalkan Zka sendiri di dalam kolam. Zka meletakkan lengannya di tepi kolam dan menelungkupkan kepalanya. Ia masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Ia merasa begitu terhina, harga dirinya benar-benar terinjak-injak. "Ayo, naik!" Eldo berjongkok di tepi kolam, tepat di depan Zka. Zka mengangkat wajahnya, terkejut ketika melihat Eldo membentangkan bathrobe untuk menutupi tubuh telanjang Zka begitu ia menjejakkan kakinya di atas. "Terima kasih." Zka menunduk canggung. "Sudah malam, tidurlah." Eldo berjalan lebih dulu dan meninggalkan Zka terpaku di tempatnya. *** --- to be continue ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD