Bab 7

1015 Words
“Dari mana saja Semalam? Pergi kemana? Dan pulang jam berapa?” berbagai macam pertanyaan Angga lontarkan, dan Amel sangat terkejut mendengar pertanyaan Angga, pasalnya Amel sudah merasa aman dan tidak diketahui oleh Angga. “ Semalam aku pergi karena urusan skripsi. Karena kemarin aku pergi ke kampus skripsiku belum terselesaikan masih ada sedikit perbaikan. Jadi Semalam aku pergi untuk menemui teman kampus untuk menyelesaikan skripsiku yang harus direvisi.“ Jawab Amel yang membuat Angga langsung percaya, Karena Angga juga tidak tahu kalau kemarin itu adalah jadwal Amel ke kampus. "Lain kali kalau pergi malam-malam, dan itu menyangkut soal kampus Kamu, kamu bisa kasih tahu aku. Kenapa kamu tidak minta diantar supir? "Kata Angga dengan nada lembutnya. " Aku tidak ingin mengganggu, apalagi waktunya juga sudah cukup malam. "Jawab Amel. "Tugas mereka itu melayani Tuannya, mereka juga dibayar, dan mereka tidak akan merasa terganggu jika tuannya memberi pekerjaan, “ Kata Angga yang entah kenapa membuat Amel sedikit merasa senang, karena merasa diperhatikan oleh Angga. “Tidak apa-apa, Kak. Lagian semalam juga sudah waktunya istirahat. “ Kata Amel. Angga pun mulai menyantap sarapannya, dan setelah itu berangkat ke kantor. Seperti biasa, setelah Angga berangkat ke kantor, pasti Amel tidak akan diam dengan tenang, atau bersantai di rumah dengan tenang. Setelah Angga pergi ke kantor, pasti akan ada seorang pria dewasa yang akan mengganggu ketenangan Amel, yang tak lain adalah Bian. Karena Amel Sudah tahu kebiasaan Bian akan datang setelah Angga pergi, jadi Amel tidak beranjak dari ruang tamu, dan bersantai di ruang tamu seperti sengaja menunggu kedatangan Bian. Sebenarnya Amel bukannya sengaja menunggu kedatangan Bian, hanya saja Amel tidak ingin Bian mengganggu dirinya di kamar pribadinya dengan Angga. Jadi Amel memilih bersantai di ruang tamu daripada bersantai di kamarnya. Sesuai dengan dugaan Amel, Bian akan datang ke rumah setelah kepergian Angga. Terbukti sekarang Amel sudah mendengar mobil Bian berhenti di depan rumahnya. “ Papa mau sarapan di sini, atau menggangguku? "Tanya Amel to the point, tanpa melihat ke arah Bian. Bian yang tiba-tiba mendengar kalimat pertanyaan dari Amel langsung tersenyum, dan membawa langkahnya menuju ke dapur, sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan Amel, yang ternyata dari pertanyaan Amel tersebut sudah memberikan jawaban kalau Bian datang kesana untuk sarapan. Amel pun mulai melayani Bian di meja makan, bahkan Amel juga duduk di kursi untuk menemani Bian, hingga Bian benar-benar selesai sarapan. “ Ikut aku ke mobil, Aku ingin bicara serius. Di sini banyak CCTV, Aku tidak mau Angga mendengar pembicaraan kita. Ini penting. "Ujar Bian mengajak Amel untuk mengikutinya atau masuk ke dalam mobilnya, dan Amel langsung menurutinya karena Amel melihat wajah Bian seperti sangat serius, dan tidak sedang bermain-main. Jadi Amel mengikuti mode Bian untuk serius. Amel juga percaya kalau Bian ingin membicarakan suatu hal yang penting karena di dalam rumah itu juga sudah Amel ketahui kalau di rumah itu terdapat banyak CCTV. Karena kalau seandainya Bian ingin macem-macem, Bian juga tidak takut akan CCTV di rumah Angga, terlebih selama ini Bian sering mengganggu Amel bahkan bermain dengan bibir Amel juga di rumah, tidak merasa takut dengan CCTV, dan Baru kali ini dia memikirkan soal CCTV. Jadi mungkin saja Bian memang ingin membicarakan suatu hal yang sangat penting hingga Bian ingin berhati-hati. Amel masuk ke dalam mobil Bian, dan entah apa yang dibicarakan oleh Amel dengan Bian, yang jelas mereka berdua ada dalam satu mobil dengan waktu yang cukup lama. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan oleh mereka berdua, karena selain di rumah itu tidak ada orang lain mereka juga membicarakan hal yang ingin mereka bicarakan juga di dalam mobil, jadi tidak ada yang mendengar atau bahkan tidak ada yang melihat kalau mereka sedang bicara serius. Setelah cukup lama Amel dan Bian berada dalam satu mobil Amel keluar dari mobil Bian dengan wajah yang terlihat sangat masam, bahkan Amel menutup pintu mobil Bian dengan cara kasar, dan tidak terlihat Amel memperlakukan Bian seperti seorang mertua, karena disana tidak ada sikap sopan santun dari Amel. Entah apa yang mereka bicarakan hingga membuat Amel melupakan sikap sopan santunnya terhadap orang yang lebih tua. Setelah Amel keluar dari mobil Bian, Bian langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, seperti seorang sepasang kekasih yang tengah berantem tapi apa yang terjadi antara Amel dan juga Bian masih menjadi tanda tanya, karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi di antara mereka hingga membuat sikap di antara keduanya seperti sedang bertempur ego. 2 bulan sudah pernikahan Angga dan juga Amel berjalan, dan Selama 2 bulan itu juga Amel masih belum mendapatkan nafkah batin dari Angga, namun Amel tetap bersemangat untuk berharap dan berusaha agar Angga bisa membuka hati untuk dirinya. Jadi selama 2 bulan juga sikap Angga terhadap Amel tidak pernah berubah, tidak pernah bersikap kasar, namun tidak pernah juga memberikan sikap hangat layaknya seorang suami terhadap seorang istri. Bisa dianggap sikap Angga terhadap Amel biasa saja masih sama seperti orang asing namun tetap bertanggung jawab dalam kebutuhan sehari-hari Amel. Hari ini Bian terlihat sangat senang, entah apa yang membuat pria dewasa itu seperti orang yang sedang kasmaran. Pagi ini penampilan Bian sangat istimewa, terlihat sangat tampan, bahkan terlihat seperti anak kuliahan, meski usianya sudah menginjak kepala 3, tapi dengan penampilan yang seperti saat ini, Bian terlihat sangat tampan dan lebih muda dari usianya. Semua karyawan Bian menilai ketampanan Bian melewati batas, bahkan sampai membandingkan ketampanan Bian dengan Angga, dan menganggap kalau Bian lebih muda dari Angga. Ketampanan yang dimiliki oleh Angga lewat dengan penampilan Bian yang saat ini. Bian bersantai di ruangannya, sambil memainkan ponselnya seperti orang yang tengah menunggu seseorang yang akan datang. Entah siapa yang akan datang, atau entah Bian akan bertemu dengan siapa, hingga penampilan Bian kali ini begitu sangat tampan membuat semua orang kantor penasaran Bian akan bertemu dengan siapa. Erik, asisten Bian, mengetuk pintu ruangan Bian, hingga membuat Bian langsung meletakkan ponselnya dan mulai merapikan pakaiannya, lalu berteriak mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk membuka pintu ruangannya. Bian memperlihatkan wajah datarnya setelah Bian mendengar suara pintu ruangannya dibuka. Erik mempersilahkan tamu yang ia antar untuk masuk, sedangkan Erik sendiri menunggu di depan ruangan Bian untuk memastikan agar tidak ada orang yang mengganggu sang tuan. “ Selamat pagi, Sayang…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD