“Emmmhhh… . Emmmh… emmmm..
Amel kesusahan untuk melepaskan diri dari Bian, karena Bian benar-benar menahan tubuh Amel dengan begitu kuat untuk menikmati bibir Amel.
Karena Amel tidak ingin papa mertuanya melakukan hal yang lebih dari hanya sekedar permainan di bibir, Amel langsung menggigit bibir Bian dengan kuat hingga dengan refleknya Bian melepaskan tautan Bibirnya dengan Amel karena merasa sakit secara tiba-tiba. Bian langsung menyentuh bibirnya, dan tidak lama setelah itu, Bian melihat ibu jarinya, di mana di ibu jarinya itu terdapat cairan merah akibat ulah Amel yang menggigit bibirnya. Ya, bibirnya mengeluarkan cairan merah karena digigit oleh Amel.
“ Sejak kapan kamu berubah jadi seorang vampir? " tanya Bian dengan diiringi oleh senyuman singkat. Nafas Amel masih ngos-ngosan dan ia merasa tidak perlu untuk menjawab pertanyaan Bian tadi. Bian kembali mendekati Amel, dan mencengkram kuat lengan Amel, lalu salah satu tangan Bian lainnya memegang dagu Amel, hingga Amel tidak bisa menghindari tatapan Bian terhadap dirinya.
"Dengar baik-baik, setiap hari, bahkan setiap detik, aku akan melakukan apapun yang aku mau terhadapmu selagi kamu menolak, cepat atau lambat Kamu tidak akan menolakku lagi. " Ujar Bian seraya melepaskan tangannya dari dagu Amel secara kasar hingga membuat Amel sedikit terdorong ke belakang karena tindakan Bian.
Bian duduk di kursi Seraya melepaskan jasnya, Dan memberikan jas tersebut pada Amel.
“ Ada jas di mobilku. Ambilkan salah satu dan bawa ke sini, lalu buang jas itu. "Titah Bian dengan penuh ketegasan, meminta agar Amel mengambil salah satu jas Bian di mobilnya, dan meminta agar Amel juga membuat jas yang ada di tangan Amel, membuat Amel tidak mengerti kenapa jas semahal dan masih bagus juga harus dibuang.
Melihat Amel yang hanya diam saja, Bian kira Amel tidak mau menurutinya. Bian langsung berdiri.
"Sekali lagi aku mengulang kalimat yang sama, maka Angga akan tahu apa yang sudah kita lakukan barusan. " Ujar Bian mengancam Amel, yang dekat cepat Amel langsung memutar bola matanya jengah. Amel langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Bian. Bian tersenyum melihat Amel mulai jadi seorang penurut terhadap dirinya, dan tetap akan melakukan apapun yang ia inginkan terhadap Amel, untuk menjadikan sebagai alasan atau bahan sebagai ancaman buat Amel.
“Pa, yang ini biar aku cuci aja nggak perlu Dibuang. Nggak boleh. "Ujar Amel Seraya menunjukkan jas yang disuruh buang oleh Bian, lalu memberikan jas yang ia ambil di mobil yang tadi pada Bian.
Bian menatap jas yang dibawa oleh Amel, lalu tersenyum.
" Ternyata dia pintar Juga memilihkan jas mana yang cocok untuk dipadukan dengan warna kemejaku. “ Gumam Bian dalam hati yang merasa cocok dengan pilihan Amel
"Terserah. Yang penting Angga tidak tahu. Iya kan." Ujar Bian yang membuat Amel langsung terdiam, karena ia tidak kepikiran Kalau Angga akan tahu mengenai jas Bian yang akan ia bantu untuk cuci.
Bian mulai memakai jasnya, lalu maju beberapa langkah untuk mendekati Amel, dan setelah itu Bian langsung membisikkan sesuatu pada Amel, dan entah bisikan apa yang diberikan oleh Bian, hingga membuat Amel langsung mencengkram kedua tangannya begitu kuat serta perubahan raut di wajahnya.
“ Aku pergi kantor dulu. Jaga diri baik-baik. "Ujar Bian Seraya mencolek dagu Amel, membuat Amel langsung mengusap bekas colekan Bian tadi dengan kesal.
“ Kenapa aku Justru malah mendapatkan perlakuan itu dari Papa Mertuaku bukan dari suamiku sendiri? “ tanya Amel dalam hati, Seraya memandangi kepergian Bian. Amel merasa tidak percaya dengan jalan hidup yang ia jalani saat ini, di mana ia merasa ada yang terbalik, yang seharusnya mendapatkan perlakuan manis, romantis dan bahkan sifat agresif itu dari suaminya, malah ia dapatkan dari Sang papa mertua.
Karena hari ini Amel ada jadwal kuliah, jadi Amel mau bersiap untuk pergi kuliah. Jadi suasana di rumah pasti akan kosong karena tidak ada penghuninya. Setelah Amel selesai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus Amel lebih memilih untuk diantar supir taksi daripada diantara supir rumah, karena menurut Amel ya tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ratu di rumah Angga, di saat Angga masih belum bisa membuka hati untuk dirinya Jadi Amel berangkat ke kampus dengan naik taksi. Beberapa menit Amel pergi ke kampus sekarang tiba-tiba ada seorang wanita yang mengetuk pintu rumah Angga dan bahkan mencoba untuk membuka pintu rumah Angga, hingga tidak berselang lama wanita itu langsung menghubungi seseorang. Tidak lama setelah itu, ada sebuah mobil mewah datang, dan ternyata orang yang dihubungi oleh wanita itu adalah Angga. Angga mencoba untuk membuka pintu rumahnya ternyata benar dikunci seperti yang dikatakan oleh wanita yang menghubunginya tadi. Angga pun mulai mencari kunci cadangan dengan wajah yang terlihat emosi, dan membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan. Setelah itu , Angga mulai masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan, dan mengajak wanita tersebut untuk pergi bersama setelah mengambil barang yang ketinggalan.
Melihat keadaan rumah yang sangat sepi, pikiran Angga sangat buruk terhadap Amel, dan berpikiran tidak tidak mengenai Amel yang tidak ada di rumah.
Karena Amel tidak ada di rumah, jadi Angga memutuskan untuk pulang dari kantor lebih awal, karena Angga ingin tahu kemana Amel pergi, dan kenapa Amel tidak bilang kalau iya akan pergi.
Sesampainya di rumah, Angga tidak lagi melihat rumah sepi, karena Angga melihat Amel Tengah menonton TV. Dengan pangkah lebarnya Angga mendekati Amel , lalu melempar jasnya secara kasar pada samping Amel, membuat Amel kaget.
"Kak Angga sudah pulang? Tumben pulang jam segini?" Tanya Amel Seraya berdiri dan mencoba untuk mengabaikan keterkejutannya.
"Kenapa? Kamu kaget aku pulang lebih awal, karena kamu berniat untuk jalan-jalan?" Angga malah balik tanya , dan pertanyaan kali ini seperti mencubit jantung Amel, hingga Amel merasa sakit saat mendengar kata-kata Angga.
"Apa maksud Kak Angga? Aku tidak mengerti? " tanya Amel yang memang tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti apa penyebab Angga marah, hingga dengan polosnya dia mengajukan sebuah pertanyaan maksud dari kalimat Angga tadi.
“Sudah merasa jadi nyonya besar di sini? Sudah merasa jadi ratu? Main pergi seenaknya gak bilang? Atau jangan-jangan kartu yang aku berikan kemarin sudah kosong? "Tanya Angga mengira kalau Amel pergi dari rumah untuk berfoya-foya karena memang Angga tidak tahu jadwal pergi ke kampus hari apa.
Belum sempat Amel membela diri, Angga sudah menaiki anak tangga hingga Amel tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan pada Angga kemana ia pergi.
Amel menghela nafasnya kasar melihat kepergian Angga, karena Amel tadi pergi itu untuk kuliah, bukan untuk bersenang-senang seperti yang dipikirkan oleh Angga.
Meski Amel tahu Angga marah dan Amel juga yakin Angga tidak akan menghargai makanan yang ia buat untuk makan malam, Amel tetap Masak untuk makan malam setelah Amel selesai Menyiapkan makan malam, Amel kembali ke kamarnya dan melihat Angga ada di atas ranjang sambil memangku laptopnya. Amel tetap diam saja dan tidak menyuruh Angga makan malam, karena tidak ingin mengganggu Angga.
Amel dengan sabar menunggu Angga di sofa, hingga 20 menit lamanya, barulah Angga meletakkan laptopnya di atas nakas.
“ Makan malam sudah aku siapkan, Kak Angga mau makan? "Tanya Amel dengan nada lembutnya, Namun sayang Angga tidak menanggapi pertanyaan Amel, dan Justru malah merebahkan tubuhnya di ranjang dan menutup tubuhnya dengan selimut, membuat Amel merasa sakit hati saat usahanya untuk menjadi istri yang baik itu tidak dihargai oleh Angga.
“Kak Angga, jangan menyesal! “ gumam Amel dengan nada lirihnya Seraya memandangi punggung Angga yang tengah membelakanginya. Entah apa maksud dari kalimat Amel tadi, semua masih menjadi rahasia Misteri.
Amel keluar dari kamarnya setelah memastikan Angga sudah tidur, seperti yang dilakukan Amel kemarin, Amel keluar dari rumah dengan menggunakan pakaian yang sangat tertutup, dan entah Amel akan pergi ke mana, Yang jelas Amel melakukannya seperti kemarin malam.
Meski Amel melakukan hal yang sama seperti kemarin tapi keberuntungan yang dimiliki Amel tidak sama seperti kemarin. Mungkin kemarin kepergian Amel tidak diketahui oleh Angga, tapi malam ini, nggak tahu kalau Amel pergi.
Saat Amel Tengah menyiapkan sarapan untuk Angga, dan tersenyum pada Angga saat Angga datang, seketika senyum Amel sirna saat mendengar pertanyaan Angga.
“Dari mana saja Semalam? Pergi ke mana? Dan pulang jam berapa?