Bab 12

1069 Words
“Tapi boleh kan bersenang-senang malam ini. Aku tidak tahan kalau harus nunggu sampai kita menikah. “ Kata Bian yang langsung mengecup d**a Amel, hingga Amel berhasil meloloskan desahan pertamanya di malam itu. Mendengar desahan Amel, Bian semakin bersemangat mencumbu tubuh Amel, membuat Amel semakin merasa panas di seluruh tubuhnya karena ulah Bian. Saat Bian ingin melepaskan kain Segitiga transparan yang menutup bagian bawah Amel, Amel langsung menahannya, hingga Bian tidak bisa membukanya. Padahal, di kain segitiga itu ada tali di pinggang sebagai penahan agar tidak terlepas, di bagian samping kain segitiga itu, hingga hanya dengan sekali tarikan saja, kain segitiga itu akan terlepas dengan begitu mudahnya kalau Bian menariknya. Tapi karena dicegah oleh Amel, Bian tidak bisa melepaskan kain segitiga tersebut hingga memperlihatkan bagian indah yang selalu menjadi dambaan Bian. “ Sayang, Aku tidak tahan Sumpah demi apapun Aku tidak tahan. “ Ujar Bian dengan wajah melasnya, membuat Amel merasa kasihan. Amel mencoba untuk bangun, dan sedikit menjauhkan posisinya dari Bian, hingga Bian langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang dengan kasar bersamaan dengan kedua tangan yang mengusap wajahnya secara kasar karena tidak bisa menahan nafsunya. “ Amel Bantul pakai tangan atau mulut seperti biasanya ya. "Ujar Amel mencoba untuk menawarkan sebuah kesenangan meski tidak harus bercinta seperti yang diinginkan oleh Bian. Ya, sebenarnya ini bukan pertama kalinya Bian meminta Amel untuk melayaninya, bahkan meminta untuk bercinta. Ini permintaan Bian Untuk yang kesekian kalinya, karena setiap malam atau setiap hari mereka selalu atau sebelumnya juga sering bertemu, bahkan setiap malam saat Amel pergi tanpa sepengetahuan Angga sejak dulu, itu untuk bertemu dengan Bian. Dan Setiap Amel hilang tengah malam dan datang pagi-pagi tanpa sepengetahuan Angga, itu karena Amel menemui Bian untuk memberi kesenangan pada Bian. Makanya sekarang Amel dengan begitu mudahnya menawarkan diri untuk membantu menuntaskan hasrat Bian melalui tangan, atau dengan mulutnya, karena Amel masih belum siap untuk menyerahkan mahkota berharganya pada papa mertuanya. Ya, sampai saat ini Amel masih perawan, karena Amel sudah berjanji pada dirinya sendiri Untuk tetap menjaga keperawanannya, sampai dirinya benar-benar bisa mendapatkan pria yang mencintai dirinya. Meski Amel melihat cinta yang begitu sangat tulus dari Bian, tapi Amel tetap mempertahankan keperawanannya, karena Amel dan Bian masih belum menikah. Sebenarnya Amel sangat sadar kalau Amel sangat kurang ajar dan bahkan sangat berdosa pada Angga karena telah mengkhianati pernikahannya, terlebih orang yang menjadi partner dalam pengkhianatan itu adalah papa mertuanya sendiri. Tapi, Amel tidak akan melakukan Perselingkuhan itu kalau Angga mau menerima dirinya sebagai istrinya atau bahkan hanya sekedar menganggap saja dirinya sebagai seorang istri, menganggap kehadirannya, dan tidak mengkhianati pernikahannya dengan sekretarisnya, Amel juga tidak akan mengkhianati pernikahannya. Amel berselingkuh dengan papa mertuanya, itu karena Amel tahu kalau selama ini Angga telah mengkhianati pernikahannya, ditambah lagi antara Angga dan juga Bian tidak ada hubungan keluarga, Karena Bian hanya papa angkat saja, atau lebih tepatnya Bian yang mengangkat Angga sebagai anaknya, karena Bian menemukan Angga di depan rumah saat Angga masih bayi. Sebenarnya Bian juga tidak akan merebut Amel dari Bian, hanya saja Bian memiliki banyak alasan kenapa Bian tega merebut Amel dari Angga, dan bahkan Bian tega berselingkuh dari Angga. Tapi Bian tidak bisa menjelaskan sekarang Apa alasan Bian berselingkuh dengan Amel, yang jelas alasan pertamanya kenapa Bian sama menginginkan Amel untuk menjadi miliknya, itu karena Bian tidak ingin wanita yang ia cintai disakiti oleh anak angkatnya, terlebih Bian tahu sejak awal kalau Angga tidak pernah menghargai Amel dan mencoba untuk membuka hati buat Amel. Awalnya Bian mencoba untuk sabar melihat wanita yang ia cintai bersanding dengan anak angkatnya, tapi setelah dia memergoki Angga telah menghianati Amel, bersenang-senang dengan wanita lain, itu membuat Bian murka dan langsung mengambil tindakan untuk merebut Amel dari Angga. Bian yang mendengar tawaran dari Amel untuk membantu menuntaskan hasratnya melalui mulut atau tangannya, langsung mendengus kesal, bukan merasa senang, karena Bian sudah tidak tahan untuk bercinta dengan Amel. Setiap bertemu, Amel hanya membantu menuntaskan hasratnya menggunakan tangannya saja, meski Pian dalam mode nafsu tinggi. “ Baby, Ayolah. Sekarang ataupun nanti, hasilnya tetap sama tetap saja, tetap kamu menjadi milikku. “ Ujar Bian memaksa Amel untuk bercinta, bahkan sampai mengelus paha Amel, namun Amel mencoba untuk menahannya agar tidak terpancing gairah juga saat Bian memberi sentuhan-sentuhan lembut untuk memancing hasratnya. “Pa, tunggu sampai kita menikah ya. “Ujar Amel dengan Nada yang terdengar begitu sangat lembut, namun tetap saja tidak membuat Bian luluh, mungkin Bian sudah terlalu tinggi berkeinginan untuk bercinta dengan Amel. “ Tapi aku tidak tahan, Sayang, “ kata Bian lagi yang memang merasa sangat kesulitan untuk menahan hasratnya. "Ya sudah kalau begitu kita tidak perlu bertemu. Biar Papa bisa menahan nafsu Papa. Kalau kita sering bertemu, pasti nafsu Papa terus terpancing. "Ujar Amel melarang Bian untuk bertemu, membuat Bian langsung Melototkan kedua matanya. " Mana bisa begitu? Kalau aku tidak bertemu aku bakal rindu. Ini aja cuma beberapa hari kita nggak bertemu aku rindu banget, makanya aku rela melakukan apa saja dan mencoba berbagai macam cara, agar aku bisa kesini karena kamu tidak menemuiku. "Ujar Bian yang membuat Amel langsung melotot. Amel melempar tatapan tajamnya pada Bian karena Amel mulai mengerti Kalau kedatangan Bian ke rumah, bukan karena urusannya dengan Angga, melainkan ada niatan terselubung, yaitu bertemu dengan dirinya. “ Jadi Papa kesini bukan Karena ada urusan penting dengan Kak Angga? “ tanya Amel dengan penuh selidik. "Ya memang dianya yang punya keperluan sama aku, tapi karena aku rindu kamu, aku jadikan kesempatan itu buat ketemu kamu." Ujar Bian dengan memperlihatkan tawa renyahnya, membuat Amel langsung memukul d**a Bian dengan pelan, hingga Bian semakin tertawa kencang penuh bahagia. “Sayang, aku ingin merasakan kebahagiaan dengan bebas. Segeralah ajukan cerai. Aku benar-benar ingin hidup berdua saja. “ Ujar Bian dengan wajah seriusnya. “Papa sabar ya. Tunggu. Meski begini, aku akan tetap menyenangkan Papa di ranjang Papa sendiri. “ Ujar Amel meminta agar Bian sabar, yang diakhiri dengan kecupan singkat di bibir Bian, membuat Bian semakin merasa tidak sabar untuk memiliki Amel. “Sayang, telanjang ya. Gak papa kita gak bercinta. Tapi telanjang ya, “ pinta Bian dengan wajah permohonan, membuat Amel bingung. “Tapi kalau aku udah telanjang, aku bakal kecolongan, “ Ujar Amel yang tidak percaya Bian, karena tidak telanjang saja Bian sudah gak tahan, apalagi telanjang. Pikir Amel. “Aku berjanji, Sayang. “ Ujar Bian seraya mengangkat kedua jarinya sebagai sumpahnya. Amel pun percaya dan mulai melepaskan baju dinasnya, namun gerakan Amel langsung terhenti saat mendengar suara Angga. “Apa yang Papa lakukan… . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD