“Apa yang Papa lakukan!!! “ Amel benar-benar terkejut dan bahkan tangannya sampai gemetaran saat mendengar suara lantang Angga, tapi berbeda halnya dengan Bian, yang tetap terlihat santai.
Bian mulai membuka pintu kamarnya, dan Bian melihat Angga Tengah berdiri di depan pintu.
"Kenapa kamu mengganggu tidurku?" Tanya Bian dengan nada dinginnya.
“ Kenapa Papa tidur di sini? Kamar ini kan belum dibersihkan? "Tanya Angga saat melihat Bian ada di kamar dekat ruang tamu, lebih tepatnya kamar itu memang kamar Bian, tapi kamar yang sudah tidak terpakai. Angga sudah menyiapkan kamar khusus untuk Bian, dan itu sudah dibersihkan oleh Amel. Angga sengaja menyuruh Amel membersihkan kamar itu, khusus untuk Bian kalau menginap dirumahnya, anggap aja pindah kamar karena Bian sudah lama tidak menginap di rumahnya.
“Ada yang salah? Bukannya ini memang kamarku? “ tanya Bian dengan nada santainya karena kamar itu memang kamar Bian.
“ Setelah sekian lama Papa tidak pernah menginap di sini, aku memindahkan kamar Papa jadi di sana. “Ujar Angga Seraya menunjukkan kamar yang seharusnya menjadi kamar Bian.
“ Sudahlah. Aku sudah mengantuk. Jangan menggangguku. “ Ujar Bian yang langsung menutup pintu kamarnya, membuat Angga yang ingin membuka suara langsung berhenti karena pintu sudah terlanjur tertutup, hingga Angga tidak bisa membuka kamarnya.
“Papa sih. Sudah kubilang ini di rumah Kak Angga. Kita tidak akan leluasa kalau bukan di ranjang Papa sendiri.” Ujar Amel dengan nada protesnya pada Bian. Bian pun langsung menjatuhkan tubuhnya dengan begitu lemasnya.
“Keluar lah kalau kamu tidak ingin mendapat masalah. Aku yakin, malam ini aku tidak bisa tidur, “ ujar Bian meminta agar Amel keluar dari kamarnya membuat Amel yang mendengarnya langsung tersenyum.
Amel mulai turun dari ranjang dan membenarkan pakaiannya, lalu mendekati Bian dan bahkan merebahkan tubuhnya di atas tubuh Bian.
“Papa jangan khawatir. Kalau ada kesempatan Aku akan kembali kesini. Tapi aku gak janji. “ Ujar Amel dengan penuh kelembutan, hingga membuat Bian langsung menahan tangan Amel.
"Baby, Jangan menggodaku. Aku takut lepas mengendali.” Ujar Bian dengan penuh ketegasan karena Bian memang sedang dalam mode on.
Mendengar ucapan Bian, Amel langsung menurut karena Amel Sudah tahu dan bahkan sangat paham Seperti apa kalau Bian sedang dalam mode on.
Sebelum Amel benar-benar keluar dari kamar Bian, Amel memastikan terlebih dahulu agar ia tidak ketahuan oleh Angga. Setelah dirasa di luar sudah aman, barulah Amel keluar dengan perlahan, dan setelah sedikit menjauh dari jarak kamar Bian, Amel mulai berjalan dengan santai dan menuju ke kamarnya sendiri.
Ceklek
“ Dari mana kamu? "Tanya Angga saat melihat Amel baru masuk ke kamarnya.
“ Aku tadi habis terima telepon dari guru bimbing aku. “Jawab Amel sambil menunjukkan ponselnya, yang kebetulan Bian juga membawa ponsel Amel saat membawa Amel ke kamarnya.
"Apa ia harus malam-malam begini? Apa tidak bisa besok?” tanya Angga yang sedikit merasa tidak percaya kalau orang yang menghubungi Amel itu adalah guru pembimbingnya, Namun bukan berarti Angga mencurigai kalau Amel ada hubungan dengan papanya sendiri. Jadi Angga berpikir kalau Amel sedang menghubungi pria lain di belakangnya, tanpa ada kecurigaan kalau pria yang menjadi selingkuhan Amel itu adalah orang terdekatnya sendiri.
“ Ya nggak bisa. Sangat penting. Dan aku juga mau kasih tahu Kak Angga, mungkin besok pagi, atau enggak sore aku harus ketemu guru bingbing aku. “Ujar Amel menjawab pertanyaan Angga, dan Amel juga sedikit menambahi kebohongannya untuk bepergian besok, hingga membuat Angga langsung percaya pada Amel.
Angga pun Menuju ke kamar mandi, sedangkan Amel langsung naik ke atas ranjang dengan perasaan kesal, karena hampir saja Angga tidak mempercayai dirinya.
Sebenarnya Amel penasaran Angga pergi ke mana, dan Amel juga sudah tahu kalau kepergian nggak itu karena pulang Bian. Amel penasaran sebenarnya Angga pergi ke mana, dan Apa rencana Bian hingga membuat Angga pergi dari rumah dengan waktu yang Cukup lama dan baru kembali tengah malam. Jujur saja, Amel merasa penasaran Angga dari mana, namun Amel juga tidak ada keberanian untuk bertanya pada Angga, dari mana ia atau ke mana ia pergi. Amel lebih baik bertanya langsung pada Bian, tapi tidak sekarang. Amel langsung memejamkan matanya untuk istirahat tanpa harus menunggu Angga keluar dari kamar mandi.
Angga keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Angga mendekati ranjang, dan menatap wajah cantik Amel tanpa berkedip. Entah apa angka tergoda aku mau atau enggak Hanya penasaran saja Seperti apa kecantikan yang dimiliki oleh seorang Amel. Setelah cukup lama Angga memandangi wajah cantik Amel, Angga mulai masuk ke dalam selimut yang sama dengan Amel, dan membelakangi Amel. Apa tidak langsung memejamkan matanya. Angka seperti memikirkan sesuatu, yang entah apa yang dipikirkan oleh Angga setelah angka cukup lama memandang lurus ke depan seperti orang melamun, Angga kembali Turun Dari Ranjang dan malah menuju ke sofa, dan ternyata Angga lebih memilih tidur di sofa daripada tidur seranjang dengan Amel. Tanda Apa alasan Angga tidak tidur seranjang dengan Amel, karena sebelum-sebelumnya Angga biasa-biasa saja tidur satu ranjang dengan Amel, meski diberi pembatas oleh bantal guling, tapi Angga tetap tidur 1 ranjang dengan Amel, dan malam Ini pertama kalinya Angga tidur terpisah dengan Amel. Mengenai alasan Angga Kenapa memilih tidur di sofa daripada satu ranjang dengan Amel masih belum bisa dijelaskan, karena tiba-tiba saja Angga memilih untuk tidur di sofa.
Tanpa Angga sadari, Amel menyadari saat Angga berpindah tempat, karena memang Amel berniat tidak ingin tidur dan memilih menunggu Angga yang tidur lebih dulu, Yang ternyata yang Amel dapatkan bukanlah Angga yang tidur, melainkan Angga yang berpindah tempat tidur. Niat Amel untuk ke kamar Bian tidak jadi, kepikiran Kenapa Angga tidur tempat yang berbeda , pasalnya selama menikah dengan Angga, Meskipun mereka berantem atau bahkan sekalipun Angga tidak pernah menganggap dirinya ada atau tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang istri, Angga tetap tidur satu ranjang dengan dirinya. Jadi wajar saja kalau malam ini Amel dibuat penasaran dengan sikap Angga yang tiba-tiba saja berubah tidur di tempat yang berbeda dengan dirinya.
“ Apa aku buat salah? Atau Kak Angga tahu kalau aku ada hubungan dengan papa Pian? "Gumam Amel dalam hati tanpa membuka pinjaman matanya, karena Amel merasa Iya tidak punya salah atau tidak membuat masalah.
Keesokan paginya, Amel bangun dari tidurnya dan Amel mendengar suara ada yang sedang mandi.
“Tumben dia bangun pagi sekali. " Gumam Amel saat mendengar suara gemercik air di kamar mandi. Amel menunggu sampai Angga keluar dari kamar mandi, lalu setelah Angga keluar dari kamar mandi, tanpa membuka suara atau hanya sekedar sapaan Selamat pagi saja, Amel langsung masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, dan setelah itu baru menyiapkan sarapan.
Setelah Amel selesai menyiapkan sarapan, Amel memanggil Angga dan juga Papa Bian yang sedang bersantai di ruang tamu untuk sarapan bersama.
“Papa tidak apa-apa sarapan ditemani Amel, aku ada keperluan mendadak? “ tanya Angga yang membuat Bian langsung tersenyum misterius, mau dibilang senang tentu senang, tapi Bian tidak menampakkan.
“Tidak masalah. Cuma sarapan. Papa sudah biasa sarapan sendiri. “ Ujar Bian yang langsung membawa langkahnya menuju ruang makan.
Saat di ruang makan, Bian melihat Amel tengah menuangkan air putih ke gelas, yang dengan cepat Bian mendekati Amel dan memeluk Amel dari belakang, membuat Amel terkejut.
“Pah, ada Kak Angga, “ Bisik Amel
“Angga sudah pergi.” Kata Bian seraya mencium leher Amel dengan penuh nafsu.
Angga yang belum pergi mulai membawa langkahnya menuju ke ruang makan untuk memberitahu Amel kalau ia tidak ikut sarapan bersama. Namun, betapa terkejutnya Angga saat melihat pemandangan yang tidak biasa di depan matanya, hingga membuat mata Angga terasa panas.
“Aku belum pergi, Pa…