Wina berdebar keras mendengar ucapan Ian. Ia juga tak sabar ingin menikah dengan Ian. "Jadi, Pak Ian beneran mau bawa aku dan King pindah?" "Ya." Ian melepaskan pelukan. "Kita bisa lihat-lihat rumah baru kita besok. Bareng King juga. Dia harus lihat sekolah barunya." Wina mencebik. "Aku agak cemas soal ini. King baru menikmati gimana enaknya bersekolah dan berteman." Wina mengedikkan dagunya ke pintu rumah lalu membawa Ian masuk ke rumah. "Apa King mau gitu aja pindah sekolah?" "Ehm, kita ajak bicara nanti. Tapi, aku rasa ini yang terbaik. Semua orang pasti akan tetap membicarakan King di belakang kita. Akan lebih baik kalau King nggak dengar apa pun," ujar Ian. Wina mengangguk setuju. Ia lalu duduk di sofa. Kedua kakinya bersilang dan ia membuang napas panjang. "Aku ketemu Layla tadi