Ian baru saja masuk ke mobilnya bersama Egi. Ia melonggarkan dasinya begitu mobil itu berjalan menjauh dari gedung yayasan Permata Hati. Ia menatap jalanan dan tersenyum tipis. Kehidupannya mungkin akan berubah mulai sekarang. Kini, ia adalah pengangguran, tetapi entah bagaimana hatinya terasa jauh lebih tenang. Ian sudah tak sabar untuk mendatangi Wina, tetapi tiba-tiba ponselnya bergetar di balik jas. Ia merogoh benda pipih itu dan melihat nama Meli di sana. Kedua mata Ian menyipit. Meli mungkin ingin protes karena ia langsung mengumumkan bahwa Meli akan menjadi penggantinya. "Halo," ujar Ian. "Kak! Mama pingsan! Mama dibawa ke rumah sakit!" seru Meli dengan cepat. "Apa? Mama sakit apa?" tanya Ian. Ia memejamkan matanya sejenak. Ia pasti telah membuat wanita itu terkejut karena konfe