2

1513 Words
Ponsel Kevin berbunyi berkali-kali. Sementara sang empunya ponsel memilih untuk terus terlelap.  Jam masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Amanda dengan malas meraih ponsel tersebut dan mendapati nama Pingkan disana. Dia sedikit bingung kenapa iparnya harus menghubungi ponsel suaminya? "Ya pingkan, ada apa?" Amanda menjawab telfon sambil setengah mengantuk. "Maaf mbak aku nelfon ke mas Kevin dan mengganggu malam malam. Tadi aku telfon ke ponsel mbak tapi gak aktif." "Oh mungkin habis baterai, tumben kamu nelfon jam segini. Apa ada yang penting?" Tanya Amanda lagi. "Iya mbak, aku mau ngomong penting tentang Azka. Tapi sebaiknya mas Kevin jangan tahu dulu." Perasaan Amanda tiba tiba tidak enak. Apalagi itu berhubungan dengan putra sulungnya itu. Perempuan itu segera bangkit untuk duduk. "Azka kenapa? Dia baik-baik aja kan?" Amanda semakin penasaran. "Mbak, Azka baik tapi kekasihnya meninggal." "Ya ampun Pingkan, mbak kira kenapa? Trus ini cuma pemberitahuan ke mbak kan?" "Mbak, kekasih Azka meninggal waktu melahirkan!" Amanda terdiam mendengar kabar tersebut. Ia sama sekali tidak tahu hal ini. Apa sebenarnya yang terjadi di luar sana. Lalu apa hubungan dengan pacar putranya yang meninggal melahirkan? "Pingkan, kamu cerita yang jelas deh jangan buat mbak bingung." "Mbak, anak yang dikandung Cathy itu cucu mbak Amanda. Anaknya Azka!" Jawaban Pingkan kali ini benar benar membuat Amanda terkejut. *** Azka masih termenung di depan jendela apartemennya. Digendongannya sang putri cantik yang tengah tertidur. Ini hari kedua setelah pemakaman sang kekasih. Tadinya orang tua Cathy ingin menemaninya, tapi ia menolak. Ia sedang ingin sendiri bersama bayinya. Mengenang segala sesuatu yang takkan kembali. Dan hanya menyisakan putri mereka yang tengah terlelap. Sesuai keinginan sang kekasih ia memberi nama Charlotte Amarillys Wiratama pada sang putri. Ia kembali menatap bayi berusia lima hari tersebut. Tidurnya sangat tenang. Tadi charlotte sempat menangis namun setelah meminum susunya ia kembali tertidur. Air mata kembali mengalir dipipi Azka. Ingatannya tentang Cathy tidak akan mudah terhapus. Perempuan yang sudah menemani hari-harinya tiga tahun terakhir. Ia bukan pria cengeng, tapi menangis adalah satu satu hal yang ingin dilakukannya saat ini. Membayangkan cinta tanpa syarat yang diberikan Cathy padanya. Kekasihnya adalah orang yang paling mengerti mengenai sikap temperamentalnya. Seseorang yang Azka percayai tidak akan meninggalkannya walau ia terpuruk sekalipun. Seseorang yang selalu mendukung disetiap lelahnya tanpa pernah bertanya lebih dulu. Aroma tubuh Cathy  masih tercium di kamar ini. Azka sengaja tidak mencuci pakaian terakhirnya. Tidak juga mengganti sprei dan apapun yang ada di ruangan ini. Ia tetap ingin menghirup aroma itu. Dan yang lebih ia inginkan agar Cathy kembali ke kamar ini.  Ia berharap ketiadaan Cathy hanya mimpi. Bahwa Cathy hanya sedang pergi kuliah dan sebentar lagi akan pulang. Atau Cathy hanya pergi ke taman lalu mampir ke supermarket untuk membeli cemilan. Lalu nanti malam mereka akan bertemu kembali. Namun disatu sisi ia sadar bahwa kekasihnya tidak akan kembali. Sang kekasih hanya akan hadir dalam mimpinya dan tidak akan ada dalam dunia nyata. Azka  meletakkan Charlotte di boks dengan hati hati. Khawatir bayinya terbangun dan menangis kembali. Dipandanginya wajah bayi itu. Rambutnya kecoklatan namun matanya berwarna biru. Ia mewarisi mata milik sang ibu. Perpaduan sempurna antara ia dan Cathy. Buah cinta yang yang tidak pernah mengenal pelukan ibunya. Ia kembali teringat pada awal kehamilan Cathy, ia pernah bilang sangat menginginkan bayi perempuan. Dan kekasihnya hanya menjawab dengan senyuman. Ya Azka terlahir ditengah keluarga yang semua laki laki. Betapa inginnya ia kelak ada seseorang yang bermanja padanya dan membutuhkan perlindungannya. Azka meninggalkan kamar setelah menutup kelambu boks bayi. Ia berniat duduk di ruang tamu dan menikmati setiap sudut yang penuh dengan sentuhan Cathy. Kekasihnya itu sangat suka mengganti dekorasi rumah. Sering kali ia pulang kuliah dan mendapati posisi perabotan yan berubah. Atau tiba tiba ia ingin mengganti cat salah satu dinding apartemen mereka. Perlahan ia dusuk di sofa dengan tatapan kosong ke arah televisi. Entah sudah berapa lama Azka termenung di sofa. Ia tetap belum melakukan apa apa. Bunyi bel berkali kali menyentak lamunannya. Entah siapa diluar sana. Mungkin salah seorang temannya yang ingin mengucapkan belasungkawa. Dengan gontai Azka membuka pintu dan terkejut. Dihadapannya berdiri dua orang perempuan yang selalu ada untuknya. Ibunya dan Mommy! Ia menjatuhkan kepalanya di pundak sang ibu. Dan mendapatkan belaian di punggung dari sang Mommy. Ia benar-benar berada pada titik nol dan membutuhkan bahu untuk bersandar. Setelah kembali puas menangis Azka membawa mereka ke ruang tamu. Setelah lama duduk, akhirnya ibunya bertanya "Mana cucu ibu, mas?" "Masih tidur di kamar bu." "Ibu boleh lihat?" Azka hanya mengangguk dan beranjak menuju kamarnya. Kedua perempuan itu mengikuti sang putra. Dan ketika mendapati seorang bayi cantik sedang tertidur. Mereka berdua tersenyum. Amanda menahan diri untuk bertanya pada Azka. Ia merasa saat ini putranya pasti belum bersedia untuk berbagi. Dengan pelan ia mengelus pipi halus tersebut. Cantik, bahkan sangat cantik. Ia yang begitu merindukan anak perempuan. Kini sudah mendapatkannya. "Namanya siapa mas?" Tanya Pingkan. "Charlotte, mom." Jawab Azka singkat. Lama kedua nenek itu berada di kamar. Sampai kemudian Pingkan menyadari bahwa hari sudah beranjak malam. Lalu ia pamit pada Amanda untuk ke dapur. Sementara Amanda sibuk membersihkan tubuh charlotte dan mengganti pakaiannya. Azka hanya duduk di sudut ruangan memperhatikan semuanya dalam diam. Begitu selesai Amanda bermain sebentar dengan cucunya. Ketika waktu makan malam, mereka makan bersama. Semua diam, seakan takut untuk memulai pembicaraan. "Kuliahnya bagaimana mas?" Tanya Amanda akhirnya "Baru kemarin selesai bu, tinggal nunggu wisuda." "Trus, rencana mas bagaimana?" Lanjut sang ibu. "Belum tahu bu, Azka masih bingung. Kalau disini Azka harus kerja. Sementara Charlotte gak ada yang jaga. Mau dititip ke daycare juga masih terlalu kecil" Jawab Azka dengan mata menerawang "Apa gak mending kembali ke Indonesia?" "Itu sudah menjadi pertimbangan Azka bu. Cuma rasanya terlalu cepat meninggalkan Cathy. Aku belum sanggup. Lagian aku juga harus bicara sama orang tua Cathy dulu sebelum bawa Charlotte ke Indonesia. Nanti lah sampai nunggu wisuda selesai" "Kapan wisudanya mas?" Tanya Pingkan. "Dua bulan lagi mom." "Ya sudah, kalau gitu biar ibu yang nemenin kamu disini buat ngurus cucu ibu." "Ayah nanti siapa yang urus bu?" "Ibu sudah bicara dengan ayahmu sebelum berangkat kemari. Jangan khawatir mas. Ibu akan selalu mendukung kamu" jawab sang ibu sambil menggenggam tangan putranya.  Amanda melihat ada kelegaan dimata Azka. Sebagai ibu ia sadar sangat berat bagi putranya menghadapi hal ini. Selama ini ia hanya tahu bahwa Cathy adalah kekasih Azka. Namun jujur ia baru tahu  kalau kekasih putranya tersebut sudah mengandung. Sebenarnya ia ingin bertanya, kenapa Azka menyembunyikan hal ini. Tapi kembali Amanda sadar bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya. Sekali lagi dipandanginya Azka yang makan dalam diam dan kehilangan semangat. *** Azka melangkah menuju makam Cathy dengan menggenggam bunga mawar bercampur lily. Bunga favorite kekasihnya. Ia melewati jalan setapak dengan pandangan mengabur. Masih sulit rasanya untuk menerima kepergian sang kekasih selama dua bulan ini. Beruntung ada ibunya yang membantu menjaga putrinya saat ia harus keluar. Ketika tiba di hadapan pusara Cathy, Azka berjongkok dan meletakkan bunga itu. Mengecup nisan yang menuliskan nama orang yang begitu dicintainya. Ia masih menggunakan toga wisuda. Lalu mulai bicara "Hai, sayang... apa kabar? Aku harap kamu baik baik saja. Aku baik, walau terasa sangat sulit tanpa kehadiran kamu. Semua sudah berubah cathy. Dan walau semua berjalan baik tapi aku tahu bahwa tidak ada kata baik baik saja untuk aku dan Charlotte. Kemarin aku membawa gadis kecil kita ke rumah sakit. Untuk memeriksa kesehatannya. Berat badannya sudah naik dan ia sudah pintar mengoceh. Walau aku tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Kalau kamu ada, kamu pasti jauh lebih mengerti dari pada aku. Selama ini aku dibantu ibu mengurusnya. Pakaian bayi yang kamu beli dulu sudah banyak yang kekecilan. Ia juga senang sekali kalau kuajak bermain ditaman. Seperti kamu, ia suka udara luar. Pagi ini aku sudah di wisuda, sesuai dengan harapan kita. Semua berjalan tepat pada waktunya. Tapi tidak seperti rencana, aku menjalaninya sendirian. Tanpa kamu sayang. Apakah tadi kamu melihatku dari atas sana? Kamu tahu kan kalau tadi aku melambaikan tangan untukmu. Dan berharap menerima ucapan selamat darimu. Sayang, aku akan kembali ke Indonesia setelah ini. Seperti salah satu rencana kita dulu. Melanjutkan hidupku bersama Charlotte. Disana akan ada ibu dan mommy yang membantuku menjaga putri kita. Aku pergi bukan untuk melupakanmu. Tapi karena hidup harus terus berjalan. Aku memiliki tugas yang tidak bisa kuabaikan. Memenuhi janjiku pada kakek dan ibu" Ingat satu hal, bahwa aku sangat mencintaimu. Aku akan kemari setiap tahun dan memastikan bahwa tempat ini akan baik-baik saja. Bahwa ragamu akan tetap menungguku di bawah sana. Kalau kelak Charlotte sudah lebih besar kami akan bersama sama mengunjungimu. Aku dan Charlotte pamit Cath, kami akan selalu mencintaimu. Setelah mengucapkan salam perpisahan, Azka bangkit setelah sebelumnya mengecup nisan itu. Jari jarinya membelai nama yang tertera disana. Rasanya sangat berat untuk pergi. Kalau boleh memilih ia ingin tinggal disini. Agar bisa mengunjungi tempat ini sesering mungkin. Tapi iapun sadar, hidupnya sudah tidak sama lagi semenjak ada Charlotte. Dan orang yang paling ia percayai untuk merawat gadis kecilnya itu adalah ibunya sendiri. Lagi pula ia harus mulai mengurus perusahaan milik keluarga ibunya. Perlahan laki laki muda itu melangkah meninggalkan area pemakaman. Ketika sampai di samping mobilnya ia kembali mengarahkan pandangan ke makam Cathy. Lalu berucap "bye Cathy, bye sweet heart."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD