bc

CEO-ku, Mantanku

book_age18+
1.7K
FOLLOW
11.2K
READ
HE
confident
boss
blue collar
drama
bxg
mystery
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Ashilla Zalina, tak pernah menyangka bahwa dirinya akan bertemu kembali dengan Aprilio Mahendra, setelah perpisahan mereka dua belas tahun yang lalu. Terlebih, pertemuan itu sebagai sekretaris dan CEO.

Bagi Shilla, Lio adalah sosok yang paling ingin ia lupakan dalam hidupnya. Seorang pria, yang telah merusak sebagian masa mudanya. Seorang pria, yang sampai saat ini berada dalam kebencian di hatinya. Namun sayangnya, kini ia tak bisa menghindari sosok itu, karna tuntutan pekerjaannya.

Sedang bagi Lio, Shilla adalah satu-satunya wanita, yang sampai saat ini tak pernah bisa ia singkirkan dari hatinya. Meski waktu telah berlalu. Meski ia telah berkali-kali menjalin hubungan dengan wanita lain. Bahkan meski kini. ia telah bertunangan dengan seorang desaigner terkenal bernama Yasmin Putri Cendana.

Melihat Shilla kembali, Lio bertekad untuk merebut gadis itu dari pelukan Arman Prasetia. Meski ia tau, hal itu tak akan mudah baginya. Karna kebencian Shilla, begitu besar padanya.

chap-preview
Free preview
Awal
Menjadi sekretaris di sebuah perusahaan yang tengah berkembang, merupakan suatu keberuntungan yang tak terkira bagi Ashilla Zalina, yang pada saat melamar pekerjaan itu, ia hanyalah seorang gadis lulusan SMA. Gadis yang kini berusia tiga puluh satu tahun itu, telah menjadi karyawan tetap perusahaan itu di tahun ketiga ia bekerja. Bisa dibilang, ia salah satu orang yang banyak membantu dalam berkembangnya perusahaan tersebut. Awalnya, ia hanya diminta oleh salah satu guru SMA-nya, untuk membantu seorang temannya yang sedang membutuhkan sekretaris saat itu juga. Mengingat kecakapan Shilla saat bersekolah dulu. Maka ia pun, meminta Shilla untuk mencoba melamar pekerjaan di sana. Beruntung, Shilla dapat melalui semua tes dengan baik. Hingga akhirnya ia pun, berhasil mendapatkan posisi sekretaris di perusahaan itu. Kini, setelah hampir delapan tahun bekerja, ia menjadi orang yang paling diandalkan oleh Agudstinus Subroto, CEO perusahaan tersebut. Telepon di atas meja berdering, kala Shilla sedang merapihkan notulennya di laptopnya. Segera, ia mengangkat panggilan tersebut. "Iya, Pak.?" ucap Shilla, begitu gagang telepon menempel di kupingnya. "Shil, nanti istri saya mau dateng ke sini bawain makanan. Tolong bilang sama yang lain, buat ga pesen makanan apa pun, ya." Titah dari suara di seberang panggilan. "Baik, Pak," jawab Shilla menyanggupi. Setelah panggilan terputus. Shilla menggeser tampilan di laptopnya, menuju aplikasi percakapan grup, yang tak pernah sepi saat istirahat tiba. Namun karna saat ini merupakan jam kerja. Maka tak satu pun, penghuni grup tersebut yang berani muncul di grup tersebut, jika bukan untuk urusan pekerjaan atau hal mendesak lainnya. Gaes, Bu Feby mau dateng bawain kita makanan. Jadi kalian jangan pesen makanan apa pun, ya. Kita makan bareng-bareng, nanti di rooftop. Tulisan Shilla di grup, langsung terbaca oleh semua karyawan yang ada di grup tersebut. Terdapat hampir empat puluh orang, di ruangan yang berada di lantai tujuh belas itu. Dan rata-rata, mereka hanya membalas pesan Shilla dengan mengirim emoticon tangan yang mengacungkan jempol saja. Agustinus, atau yang kerap disapa pak Agus itu, memang sengaja menyediakan ruang istirahat, yang berada di rooftop kantornya. Ia paham bahwa, pekerjaan di kantor kadang terasa melelahkan. Oleh sebab itu, ia menyulap rooftop kantornya, menjadi taman yang dilengkapi dengan tempat istirahat yang nyaman. Agar para karyawannya, bisa menghilangkan penat di tempat itu. Setelah membuat pengumuman tersebut. Shilla pun, kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. *** Denting suara lift terdengar. Menandakan seseorang akan keluar dari ruang sempit tersebut. Dan benar saja. Febyana Cantika, datang bersama dengan beberapa asisten, yang selalu membantunya. Tiga puluh menit, sebelum jam istirahat tiba. Shilla langsung berdiri, begitu ia melihat Feby keluar dari lift. Dan berjalan menghampiri wanita cantik itu. "Hai, Shil. Apa kabar kamu?" Feby merentangkan tangannya, dan memeluk Shilla erat. "Baik, Kak. Kakak sendiri, apa kabar?" tanya Shilla balik. "Sama. Aku baik juga." Feby merentangkan pelukan mereka. Sejak awal mereka berkenalan, Feby memang menolak dipanggil 'ibu' atau 'nyonya' oleh Shilla. Menurutnya, ia akan terlihat sangat tua, jika dipanggil dengan sebutan itu oleh Shilla. Mengingat, hubungan kerja Shilla dan Agus sangat dekat. Apalagi, jarak usia Feby dan Shilla hanya terpaut lima tahun saja. Ia lebih suka jika Shilla memanggilnya 'kakak'. "Pak Agus tadi lagi ke toilet. Mungkin bakal balik beberapa waktu lagi," lapor Shilla pada Feby. "It's Oke. Biarin aja dia. Mending, kamu ikut aku bantu nyiapin makanan. Yuk." Feby melingkarkan tangannya ke tangan Shilla. Kemudian, menarik gadis itu untuk ikut dengannya. Tanpa banyak menolak, Shilla mengikuti langkah Feby menuju rooftop. *** Shilla sedikit terkejut, kala mendapati beberapa meja lehesan berjejer rapi di atas karpet. Pun, dengan semua yang ada di atas meja tersebut. Mulai dari kompor, alat pemanggang, penjepit makanan, botol-botol berisi saus, juga tak lupa set peralatan makan berupa sumpit dan piring. Di meja bagian samping, sedang disusun berbagai jenis sayuran, juga daging mentah yang kebanyakan telah diiris tipis. "Kak, ini ga salah?" Feby yang tengah menata minuman di atas meja, seketika menoleh saat mendengar ucapan Shilla. Wanita itu tersenyum, membuat parasnya semakin cantik. Persis seperti namanya, Cantika, "Engga, kok, Shil." Shilla tau, jika Feby memang pengusaha di bidang makanan. Jasa ketring yang dibukanya, selalu dipesan oleh para pejabat, juga dari kalangan artis, yang memang sangat suka dengan masakan Feby yang sangat lezat. Namun, jika untuk makan siang di kantor. Shilla rasa, ini terlalu berlebihan. Seolah, Feby memindahkan satu restoran, ke rooftop hari ini. "Tapi, ini beneran mewah banget loh, Kak." Mata Shilla masih tak bisa berhenti memindai situasi di sekelilingnya. Feby makin tertawa, melihat reaksi yang Shilla perlihatkan. Ia jadi semakin tak sabar, untuk melihat reaksi dari karyawan yang lainnya nanti. Entah kenapa, ia selalu merasa senang melihat orang-orang menikmati makanan yang telah ia buat. Feby berjalan mendekati Shilla, kemudian menarik wanita itu untuk membantunya menata buah potong yang telah ia siapkan. "Mending kamu nyiapin buah, daripada kamu bengong terus. Nih!" Feby memberikan Sarung tangan plastik pada Shilla untuk ia kenakan. Shilla menurut, tanpa banyak bertanya lagi. Ia pun, mulai membantu merapihkan makanan yang belum tersaji. "Ngomong-ngomong, Kak. Ini ga kebanyakan, ya? Kayanya, belum tentu bisa habis semua. Apa ga mubadzir, nanti?" Tanpa menoleh, Feby menggelengkan kepalanya. "Coba kamu liat di pojok kanan," katanya, dengan tangan yang sibuk menyusun kue di atas piring. Wajah Shilla menoleh ke arah yang Feby sebut. Terlihat di sana, ada kardus besar, yang entah apa isinya. "Itu apa, Kak?" tanya Shilla penasaran. "Itu box plastik, buat bungkus makanan. Jadi kalau nanti masih banyak, kalian bisa bawa pulang sisanya. Jadi ga mubadzir, kan?" Selesai dengan ucapannya, selesai juga Feby menyusun kue tadi. Ia memutar tubuhnya ke arah Shilla. Dan kembali memperlihatkan senyum cantiknya. Feby melirik jam di pergelangan tangannya. "Hampir masuk jam istirahat. Yuk, cepet selesain." Shilla mengangguk, dan kembali menyiapkan semuanya. Tepat lima menit sebelum jam istirahat tiba, semua makanan sudah tersaji dengan rapi di atas meja. Dan sesuai perkiraan Shilla. Saat akhirnya jam istirahat tiba. Semua karyawan bersorak ria, kala melihat menu makan siang hari ini, yang sangat spesial. "Kamu dari tadi di sini?" Shilla menoleh, kala seorang pria duduk di samping kanannya. Kemudian mengangguk, untuk memberi jawaban atas pertanyaan pria itu. "Kak Feby minta bantuin tadi." "Oh." Reaksi yang diberikan pria itu. Shilla memberikan pria tersebut minuman dan sepiring kecil buah, yang tadi sudah ia ambil lebih dulu. "Makasih," ucapnya sambil mengelus kepala Shilla. Pria itu adalah Arman Prasetia. atau biasa dipanggil Pras. Pria berusia tiga puluh tiga tahun, yang sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Shilla. Meski Shilla sendiri sudah berumur tiga puluh satu tahun. Namun, ia masih belum terpikir untuk menlanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius. "Ngomong-ngomong, tumben pak Agus nyediain makan sampe semewah ini. Ada apa?" tanya Pras, yang hanya bisa dijawab dengan naiknya kedua bahu Shilla secara bersamaan. Semua mulai mengantri, untuk mengambil bahan makanan yang sudah tersaji di atas meja parasmanan. Mereka tak perlu takut kehabisan daging karna, Agus sudah memberitahu bahwa stok daging yang disediakan masih tersimpan banyak di bawah meja. Pun, soal waktu istirahat. Agus memberi tambahan waktu istirahat satu jam. Khusus untuk hari ini. Tanpa mereka perlu menambah jam kepulangan nanti. Karna hal itu, semua karyawan bisa mengambil makanan dengan santai. Mereka sangat menikmati waktu makan siang kali ini. Apalagi makanan pendamping yang disediakan juga, semuanya sulit untuk mereka tolak. Jadi lah, siang itu perut mereka terasa sangat penuh. "Perhatian semuanya." Semua karyawan menoleh ke arah sumber suara. Di ujung sana, terlihat Agus dan Feby telah berdiri berdampingan. Semua diam, sambil menaruh perhatian pada keduanya. "Sebelumnya, saya ingin berterima kasih pada kalian semua. Terutama, beberapa karyawan yang memang sudah mendampingi saya sejak perusahaan ini pertama kali dibangun." Agus menjeda ucapannya, sambil menoleh pada Feby. Feby mengangguk sambil tersenyum. Tak lupa, tangannya menggenggam tangan Agus erat. Seolah, Feby ingin memberikan kekuatan pada Agus. "Saya punya sedikit pengumuman buat kalian semua. Mungkin, ini agak mendadak. Maka dari itu, saya minta maaf sekali." Agus menarik napasnya pelan, demi melonggarkan sedikit sesak di hatinya. "Jamuan makan kali ini adalah, sebagai ucapan terima kasih saya pada kalian semua. Juga, sebagai kenangan terakhir saya, bersama dengan kalian semua. Karna mulai besok, jabatan saya sebagai CEO, akan digantikan oleh adik ipar saya, yang baru saja pulang dari luar negeri." Semua karyawan tak bisa menahan keterkejutannya. Terutama, Shilla. Mereka semua berbisik, membicarakan nasib pekerjaan mereka ke depannya jika CEO perusahaan ini berganti. Agus menepuk tangannya dua kali, demi mendapatkan kembali perhatian para karyawan yang sempat terpecah. "Kalian tenang aja. Hanya CEO yang berganti. Sedangkan untuk kalian, akan tetap bekerja seperti biasanya. Termasuk, Shilla. Shilla akan tetap menjadi sekretaris untuk CEO yang baru nanti." Akhirnya semua bisa bernapas lega, setelah mendengar penjelasan dari Agus. Mereka tak perlu khawatir, akan kehilangan pekerjaan mereka nantinya. Shilla menenggak minumannya, untuk menghilangkan rasa tegang yang sempat ia rasakan tadi. "Oh, iya. CEO yang baru kalian bernama Aprilio Mahendra." Jus jeruk yang tengah Shilla minum, menyembur keluar demi mendengar nama yang Agus sebutkan. Entah kenapa, nama itu mengingatkan dirinya akan satu kenangan buruk. Dengan cekatan, Pras memberikan tisu pada Shilla. Ia juga membersihkan meja, yang basah karna terkena cipratan jus. "Ah, ini dia orangnya. Akhirnya sampe juga." Shilla tak berani menoleh, saat mendengar ucapan Agus barusan. Ia khawatir, ketakutannya menjadi nyata. Ia takut, nama yang Agus sebut dan orang yang tak ingin ia sebut namanya adalah, satu orang yang sama. "Halo, semua. Mohon maaf kalau saya terlambat datang. Karna tadi jalanan macet banget." Jantung Shilla berdegup dengan kencang. Telapak tanganya pun, kini dingin terasa. Menyadari ada yang tak beres dengan sang kekasih. Pras pun, bertanya. "Kamu kenapa, Shil?" Shilla tak menjawab. Pikirannya kosong seketika. Bahkan ia tak tau, apa yang CEO barunya sampaikan di depan sana. "Mohon bantuannya. Terutama untuk nona sekretaris, yang akan bekerja bersama saya nantinya. Nona Shilla. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik ke depannya." Pada akhirnya Shilla menoleh. Menatap CEO barunya, yang kini tengah tersenyum padanya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.5K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.3K
bc

Ayah Sahabatku

read
21.0K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook