Aku menghela napas panjang sembari menatap ke arah jendela, menikmati hujan yang turun dengan pandangan mata ganda. Entah kenapa, hujannya terlihat dua kali lebih indah dari sebelumnya. Sepertinya, memiliki disfungsi penglihatan tidak buruk juga. Dulu aku pernah berjanji, tidak akan meminta apapun lagi pada Tuhan. Namun aku menarik penyataan itu sekarang. Aku ingin mengajukan permohonan. Bukan mengemis kesembuhan atau keajaiban, melainkan sebuah kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengannya. Izrail. Sekali saja. Nanti. Entah kapan. Aku tidak mau mengakui kalau Izrail, pemuda dengan sorot mata sedih yang selalu datang setiap aku terluka dan diduga sebagai malaikat, sebenarnya, tidak pernah ada. Izrail adalah delusi yang aku ciptakan karena tidak bisa mencintai diriku sendiri. Walau begitu

