Aku semakin menunjukkan perkembangan yang positif. Hari ini, aku sudah dipindahkan ke ruangan biasa, ruangan satu kamar, tanpa ada orang lain. Luasnya memang hanya cukup untuk satu orang. Ada meja, lemari dan dua buah ranjang, seolah ranjang satunya memang diperuntukkan untuk keluarga yang menginap. Walau begitu, hanya diperbolehkan dua orang untuk menjagaku. Selebihnya harus menunggui di luar kamar. Nenek kali ini datang, dibawa oleh suami bibi Nita. Dia memang memiliki hati yang rapuh dan sangat lembut, sehingga dia menangis saat melihat keadaanku yang lemah. Aku tidak tega melihatnya menangis, jadi aku menyeka air matanya. Bukannya berhenti, tangis nenek malah makin menjadi. Aku menjadi bingung sendiri. “Bu, Renata akan kebingungan dan sedih jika melihatmu menangis, hentikan tangis Ibu

