bc

Istri Kontrak CEO Arogan

book_age18+
7.1K
FOLLOW
41.9K
READ
dark
contract marriage
HE
arrogant
boss
heir/heiress
blue collar
bxg
like
intro-logo
Blurb

Azura tidak pernah menyangka hidupnya berubah dalam satu malam. Pesta perpisahan yang dia kira akan memberikan kenangan manis bersama pacarnya, kini berubah mencekam karena dia kehilangan kesucian karena orang yang tidak dia kenal. Tatapan tajam lelaki itu terus membuat Azura terbayang, dia berusaha melupakan segalanya tetapi dua bulan setelah semua berlalu dia mengalami hal yang tidak biasa, Lelaki bermata tajam itu datang dan membuat Azura tak bisa berkata-kata.

"Jadilah istri kontrak demi calon bayi di rahimmu."

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Salah Orang
"Sayang," bisik Azura tepat di telinga seorang pria yang saat ini masih dipeluknya. Wanita bernama Azura itu mulai terjaga setelah semalam menyerahkan keperawanan yang selama ini dia jaga untuk Rangga, kekasihnya. Dia merasa sangat bahagia karena sudah memberikan apa yang diinginkan pria itu. Tak ada lagi kekhawatiran yang sempat mengusik ketenangannya dalam beberapa hari ini. Akhirnya, setelah sempat ragu, Azura pun bisa merelakan kehormatannya sebelum Rangga pergi meninggalkannya untuk perjalanan bisnis selama dua bulan ke Bangkok. Pria yang kini menelungkup kan tubuhnya kini mulai bergerak, membalikkan tubuhnya hingga menghadapnya. Azura pun menajamkan penglihatannya. Melihat sosok pria yang tak pernah dilihatnya kini ada di satu ranjang dengannya. Bahkan sama sepertinya, pria itu juga tak mengenakan pakaian sama sekali. "Siapa kamu!" teriak Azura dan itu cukup memekakkan telinga bagi yang mendengarnya. Termasuk pria yang ada di samping Azura saat ini. Merasa sangat terkejut dengan semua kebodohan yang dilakukannya, Azura pun coba menatap lebih jelas di bawah cahaya temaram dari lampu ruangan di kamar itu. Melihat sosok pria itu yang kini sedang menguap dan duduk santai menghadap Azura yang kedua matanya sudah tampak berkaca-kaca. "Ya Tuhan, siapa pria ini? Kenapa aku jadi tidur dengannya? Kenapa aku bisa sebodoh ini sampai salah orang?" Tangis Azura yang sudah tak terbendung lagi sambil beranjak dari atas ranjang setelah mendapati pria itu ternyata bukanlah Rangga. Pria yang seharusnya menikmati kesuciannya. Dengan langkah gontai, Azura mulai memunguti satu persatu pakaian miliknya yang berserakan, lalu pergi menuju kamar mandi. "Kenapa ini bisa terjadi padaku?" Azura merasakan sakit di pangkal pahanya. Dia telah menyerahkan kesuciannya pada orang asing yang bahkan tidak dia kenal sama sekali. Lantas bagaimana nanti jika dia bertemu dengan Rangga? Apa yang harus dia katakan jika nantinya Rangga akan tahu dirinya sudah tak lagi perawan? Setelah kembali mengenakan seluruh pakaiannya, Azura pun pergi tanpa kata. Tak lupa, dia juga membawa tasnya dan meninggalkan hotel itu dengan luka yang begitu dalam di hatinya. Sulit menggambarkan rasa sakit yang dirasakannya. Rasanya begitu hancur hingga untuk bisa mengatakan baik-baik saja, rasanya sangat mustahil. Sambil terus melangkah, dia coba menghubungi Rangga, walau tak ada satu pun yang berhasil terhubung. Azura pun hanya bisa membaca pesan Rangga yang mengatakan bahwa dia sudah berangkat ke bandara dan menanyakan keberadaan Azura semalam yang tidak bisa ditemukan. "Kenapa malah jadi seperti ini? Kenapa?" Lagi dan lagi Azura hanya bisa menangis. Air matanya terus menetes deras dan semakin menenggelamkan dirinya dalam kehancuran. Azura pun terus menangis sepanjang jalan. Dia hanya bisa menunduk dan meratapi nasibnya yang tak sesuai harapannya. Sementara itu, di dalam kamar hotel. Pria bernama Melvin itu hanya bisa melihat Azura pergi sambil menangis dengan begitu terisak. Dia bahkan tidak tahu siapa wanita itu dan apa alasan Amel memberikan Azura padanya. Hal yang sangat aneh menurutnya. Bagaimana bisa ada seorang wanita memberikan wanita pada kekasihnya untuk ditiduri dan kenapa juga bukan Amel sendiri yang datang ke kamar hotelnya. "Kenapa dia menangis? Apa dia bukan wanita bayaran? Tapi, sepertinya memang bukan. Kalau dia wanita bayaran, tidak mungkin juga wanita itu masih perawan." Tadinya, saat Azura datang ke kamarnya, Melvin berpikir jika wanita itu adalah seorang wanita bayaran yang Amel kirim untuknya. Tetapi, semua asumsi itu berubah saat melihat tangisan Azura dan itu sangat membuatnya kesal. "Amel benar-benar gila!" umpat Melvin, segera bangkit dari posisi duduknya, lalu mulai melangkah menuju kamar mandi yang ada di sudut ruangan. *** Setibanya di rumah, Melvin bertemu dengan Adira yang notabenenya adalah neneknya sendiri. Pemegang tertinggi perusahaan keluarga yang kini semakin menggurita di mana-mana. Melvin pun tidak bisa berkutik jika berhadapan dengan neneknya sebab wanita itulah yang sangat berjasa dalam hidupnya karena sudah membesarkannya. Mungkin jika tidak ada neneknya, Melvin tidak akan tumbuh dengan baik sejak kecelakaan yang terjadi 25 tahun silam. Adira membesarkan Melvin sebagai penerus keluarga. Dia tidak ingin jika perusahaannya sampai jatuh ke tangan Haikal, adik dari Haidar, ayah Melvin. Haidar adalah anak pertama Adira dan dia yang memimpin perusahaannya karena sejak awal hanya Haidar yang mampu mengelolanya, tidak seperti Haikal yang menjalankan perusahaan dengan cara kotornya. "Ke mana saja kamu?" Adira duduk di singgasana kebesarannya. "Aku ada pekerjaan," jawab Melvin tidak berani menatap mata neneknya. "Wanita itu lagi? Jika dia tidak ingin menikah denganmu putuskan dia." Adira berkata sangat tegas, sejak awal dia ingin menuruti keinginan Melvin, tetapi dia tidak suka dengan Amel yang selalu menolak tiap kali Melvin mengajaknya ke jenjang yang lebih serius. "Nenek, kalau soal apa pun Nenek bisa mengaturku, tapi tidak tentang siapa yang akan menjadi istriku, Nenek sudah janji," ucap Melvin yang sedikit menaikan nadanya. Mengingatkan sang nenek tentang apa yang pernah dia katakan. "Kamu tahu, semua ini untuk mempertahankan posisimu." Adira mulai berdiri dan berjalan dengan perlahan menghampiri Melvin. Tubuh ringkih Adira memang mengkhawatirkan, kesehatannya yang terkadang menurun selalu membuat Melvin khawatir jika sewaktu-waktu dia bisa kehilangan neneknya. "Nenek sudah tua, menikah akan mengukuhkan posisimu untuk menggantikan nenek." Adira menasehati Melvin yang kini menunduk. Melvin anak yang penurut, tetapi dia tidak ingin menikah jika tidak bersama dengan wanita yang dia cintai. Dan, hanya Amel, wanita yang selama ini dia cintai. "Nenek, tolong kasih Melvin waktu dua bulan! Aku akan membujuk Amel untuk menikah." Melvin meminta waktu pada Adira karena dia masih menunggu Amel pulang dari New York. "Baik, Nenek akan memberikan kamu waktu. Lebih dari itu, maka Nenek yang akan menentukan sendiri siapa yang akan menjadi istrimu. Ingat, Melvin! Kamu itu butuh keturunan!" Adira tampak sungguh-sungguh dengan perkataannya karena mau bagaimanapun, dia merasa waktunya hidup sudah tidak lama lagi karena kondisi kesehatannya yang kian memburuk. Melvin pun hanya mengangguk patuh, walau hatinya merasa kesal. Dan, setelah kepergian neneknya, pria itu terlihat menghela nafasnya dengan berat. Baginya, meminta Amel menikah bukan hal yang mudah karena wanita itu masih ingin mengejar karir. Bahkan seolah-olah, Amel sama sekali tidak memiliki perasaan padanya setelah apa yang dilakukannya semalam. Memberikan wanita lain untuk ditidurinya. "Lama-lama aku bisa gila memikirkan semua ini." *** Sementara itu di tempat lain, Azura sejak tadi terus menangisi kebodohannya. Dia masih bergelung di selimut tebalnya di kos sempit miliknya yang tidak seberapa. Pikirannya melayang ke mana-mana karena takut jika dia nantinya bisa hamil setelah menyerahkan kesucian pada pria yang tak dikenalnya, lantas apa yang akan dikatakan oleh ibunya jika semua itu sampai terjadi? Selama ini, hidup ibunya di desa sudah sengsara karena neneknya. Ayahnya seakan tidak berguna karena tidak bisa melindungi ibunya dari tingkah nenek yang sangat arogan. Apa pun yang Azura dan ibunya lakukan salah dan karena itulah banyak kekerasan yang ibu Azura dapatkan di sana. Sebenarnya Azura sangat ingin mengajak ibunya untuk pergi dari sana, tetapi apa yang bisa dia lakukan? Menghidupi dirinya sendiri saja masih susah, setengah gajinya dia berikan pada ibunya dan setengahnya lagi untuk membayar kos sempit ini. "Ya Tuhan, Aku bersalah. Maafkan Aku," ucap Azura yang kembali menangis tersedu-sedu. Azura menyesal telah melakukan hal yang buruk, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini. Azura tidak bisa berpikir dengan jernih atas kebodohan yang telah dilakukannya. "Apakah Rangga akan marah padaku? Aku tidak memberikan itu padanya dan aku malah memberikannya pada orang lain." Sulit rasanya mengingat kejadian semalam, bahkan mengangkat telpon dari Rangga saja dia sudah tidak sanggup. Azura selalu mengingat kesalahannya, dia tidak ingin Rangga merasa kecewa saat mengetahui semua yang terjadi padanya. "Siapa pria itu? Kenapa aku bisa masuk ke kamarnya?" Azura kembali memikirkan hal itu, tetapi dia tidak bisa mengingat kenapa dia bisa menyerahkan keperawanannya karena terlalu mabuk saat itu. "Semoga aku tidak akan pernah bertemu dengan pria itu." Saat ini, Azura hanya bisa berharap jika hubungannya yang sudah rumit dengan Rangga tidak akan semakin rumit ke depannya karena kesalahan yang telah dilakukannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook