1

1386 Words
Di sebuah ruangan kantor ada seorang seorang gadis bertubuh gemuk yang tertidur di sebuah sofa. Ia tampak tidak nyaman dengan posisi tidurnya karena sofa yang ia tidurin terlalu kecil tidak sepadan dengan tubuh besarnya. "Isssshhhhh.... Kak El lama banget sih... Tahu gini aku pulang naik taxi." Gumam Mika sebal Semua ini ga akan terjadi kalau dirinya lebih hati-hati lagi. Dan ga membuat kakaknya yang over protective ini memberikannya hukuman. Harusnya ia tahu jika sang kakak sudah marah maka ia harus siap dengan segala konsekuensi nya. Dan ini adalah salah satu konsekuensi yang harus Mika hadapi. Peristiwa sebulan yang lalu akibat keteledorannya dalam menyetir, sehingga membuat mobilnya menabrak pohon. Dan akibat tabrakan itu mengakibatkan mobilnya rusak parah dan tangan kirinya retak gara-gara benturan itu. Sekarang tangannya masih dalam proses penyembuhan. Bahkan sampai detik ini tangan kirinya masih memakai gips agar retakan di tangannya tidak tambah parah. Dan hari ini ia adalah jadwal Mikayla  kontrol ke dokter Irvan untuk memeriksa keadaan tangannya. Sebenarnya ia bisa sendiri ke rumah sakit tapi Kak El memaksa untuk mengantarkan dirinya sendiri. Karena sang kakak ingin tahu secara langsung bagaimana perkembangan tangannya. Dan kalau sang kakak sudah punya keinginan harus dipatuhi. Kalau sampai Mika lagi-lagi melanggar bisa-bisa Mika akan cari mati. Karena kalau Kak El udah marah maka ga ada yang bisa menenangkan. Termasuk Mika sendiri adik kesayangannya. Mika bangkit dari ruang kerja  Kakaknya dan akan bertanya pada Annisa sekretaris Kak El apa meetingnya masih lama. Karena dia sudah benar-benar bosen nunggu lama disini. Kalau memang meetingnya masih lama ia akan kabur dari sini dan akan pergi ke tempat dokter Irvan sendiri. Dan ia bisa langsung pulang ga usah lama-lama disini. " Mbak Annisa kira-kira  Kak El meetingnya masih lama ga ya?" Tanya Mika langsung "Maaf Mbak Mika saya kurang tahu tapi sepertinya masih lama." kata Annisa sekretaris Kak Elang "Ooooo, gitu ya Mbak. Jadi belum tahu selesai jam berapa. Gini aja deh nanti tolong sampain ke Kak El aku langsung ke tempat dokter Irvan sendiri. Dan setelah dari tempat dokter Irvan aku langsung pulang. Jadi ga usah kuatir nyariin aku. Dan kalau kak El ga percaya bisa cek langsung ke dokter Irvan." kata Mika to the point " Tapi Mbak tadi Pak Elang berpesan sama saya supaya mbak Mika disuruh tunggu. Dan Pak Elang juga melarang Mbak pergi sendiri sebelum pak Elang selesai meeting." Kata Annisa melarang Mika untuk pergi "Udah mbak nanti sampain gitu aja. Biar nanti aku telp Kak El langsung. Aku udah bosen nunggu lama disini. Lagian aku pengin cepat-cepat pulang udah capek dan ngantuk banget aku." Kata Mika mulai sebal Tanpa menunggu persetujuan Annisa lagi Mikayla pun segera meninggalkan kantor Kakaknya. Ia tak menggubris panggilan dari Annisa sekretaris sang kakak yang terus memanggilnya. Tapi tak di hiraukan oleh Mika. Ia memilih untuk pergi dari kantor sang kakak dan langsung menuju rumah sakit tempat dimana dr. Irvan praktek sekarang. Mika menghadang taksi di depan kantor kakaknya. Dan ia bergegas ke rumah sakit. "Pak Rumah Sakit Medika Utama." Kata Mika memberi tujuan kepergiannya "Baik Mbak." Jawab sang supir taksi Mika tampak santai setelah bisa kabur dari kantor kakaknya. Ia juga sudah mengirimkan pesan pada sang kakak bahwa ia ke rumah sakit sendiri dan langsung pulang. Ia tahu kakaknya pasti marah. Tapi bodoh  amat deh ia benar-benar bosen harus nunggu kakaknya dikantor. Daripada jamuran disama kelamaan nunggu kakaknya kelar meeting lebih baik dia berangkat sendiri aja. @ Rumah sakit Medika Utama "Tumben kamu kesini sendirian? Biasanya Elang yang nemenin kamu kesini." Tanya dokter Irvan "Iya Kak aku kesini sendirian. Sebenarnya aku kabur dari kantor kak El. Lagian Kak El meeting lama banget. Daripada aku mati bosen di kantor Kak El mending aku langsung kesini aja. Dan bisa langsung pulang kalau kak Irvan udah cek semua. " Kata Mika cuek Kak Irvan ini salah satu sahabat Kak Elang. Ia juga menjadi dokter bagi keluarga Wardana. Jadi wajar saja jika Mika memiliki kedekatan dengan Kak Irvan. Bahkan dr. Irvan sudah menganggap Mika seperti adiknya sendiri. Ia juga tahu bagaimana sahabatnya ini begitu menyayangi adik satu-satunya ini. Jadi jangan heran ia begitu over protective sama adiknya ini. "Kamu ini emang bandel. Pantes aja Elang selalu jagain kamu seketat ini. Orang adiknya sendiri yang susah kalau dibilangin. Pasti sebentar lagi Elang telepon kakak pas tahu kamu udah kabur dari pengawasannya." Kata Irvan menceramahi Mika "Habis mau gimana lagi. Kak El juga gitu banget sama aku. Masak aku udah sebesar ini masih aja di jagain. Apa-apa harus bilang dulu. Dan yang paling parah aku mesti pergi sama bodyguarg yang sumpah nyeremin gitu. Kak El apa ga nyadar kalau aku itu butuh privacy. Ga semuanya Kak El harus tahu juga kan. Aku kan juga ingin ngerasi kehidupan sama seperti orang lain. Aku pengin bebas ngelakuin apa yang aku suka tanpa harus bilang dulu ke Kak EL." Kata Mika terus saja mengomel Dr. Irvan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dari adik sahabatnya ini.Ia selalu saja mendengar keluh kesah Mika ketika ia sedang memiliki masalah dengan Elang sahabatnya. Dan dengan setia Irvan selalu mendengarkan cerita dari Mika. Oya Kak, kapan gips aku bisa di lepas? Aku udah pegel nih pakai gips terus. Mana kalau gatal ga bisa digaruk." Tanya Mika mengalihkan perhatian Irvan "Minggu depan baru bisa dibuka Mik. Jadi kamu harus sabar dulu. Kakak harus pastiin retakan ditangan kamu udah membaik. Lagian kakak harus konsultasi dengan Elang soal ini kan. Karena akan ada pengecekan lebih lanjut." Jawab Irvan menjelaskan "Ahhhh... Apa ga bisa dilepas sekarang. Harus banget ya konsultasi dulu sama Kak El segala. Aku yakin kalau Kak  El sampai tahu dia pasti akan buat semuanya tambah ribet. Dia pasti minta kakak buat check semuanya. Dan yang paling parah kak El pasti ngelarang aku lagi keluar sendiri lagi. Dan dia pasti akan nyuruh banyak pengawal buat ngikutin sepanjang hari. Dan itu bikin aku risih banget. Padahal aku udah ga papa. Aku juga udah dewasa. Udah bisa jaga diri sendiri. Tapi Kak El masih aja anggap aku anak kecil." Kata Mika protes Irvan hanya bisa tersenyum melihat ekspresi wajah adik sahabatnya ini. Ia benar-benar menggemaskannya. "Kamu kayak ga kenal kakakmu saja. Kamu tahu kan semua ini demi kebaikan kamu. Karena bagi Elang kamu adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki. Jadi wajar saja kalau Elang memberikan yang terbaik buat kamu. Dan sedikit over protective sama kamu." Kata Irvan menasehati Mika mengerti apa yang Kak Irvan maksud. Peristiwa beberapa tahun yang lalu dimana mereka harus kehilangan papa dan mama yang sangat mereka cintai. "Iya Kak aku ngerti kok. Ya udah kalau gitu aku nurut apa kata Kak Irvan saja." Kata Mika patuh "Gitu dong. Ya udah Minggu depan kita lakukan pengecekan ulang lagi. Dan semoga saja gips di tangan kamu bisa dilepas." Kata Irvan "Ok Kak. Kalau gitu aku pulang duluan. Aku mau cepat-cepat sampai rumah mandi dan langsung tidur. Aku capek banget." Kata Mika mulai mengeluh "Ya udah hati-hati dijalan. Maaf ya kakak ga bisa nganter kamu pulang. Kakak masih ada pasien." Kata Irvan menyesal "Ga papa kak. Aku bisa pulang sendiri kok. Kakak tenang aja. Kalau gitu Mika pulang dulu ya Kak." Kata Mika berpamitan Mika pun pergi meninggalkan ruangan Irvan dengan santai. Tapi sebelum ia pulang ia sempat mampir di cafe sebelah rumah sakit untuk mengisi perutnya. Tadi ia belum sempat makan siang gara-gara nunggu kakaknya yang masih meeting. Jadi ia mengisi perut sebelum ia pulang ke rumah. Hari ini Karrell benar-benar dalam mood yang sangat buruk. Masalah pekerjaan yang harus diselesaikan ditambah lagi Jenny perempuan yang mengejar-ngejarnya terus saja menerornya. Jadi jangan salahkan Karrell kalau hampir semua karyawan yang melakukan kesalahan walaupun sedikit pasti kena amarahnya. Karrell memutuskan untuk minum secangkir kopi untuk membuat moodnya membaik. Serta melupakan segala masalah yang dihadapi walaupun ia tahu masalah itu akan datang lagi kepadanya. Karrell sedang meminum kopi pesanannya sambil menikmati suasana sore itu. Untung saja cafe tidak lagi ramai jadi suasana sore itu cukup nyaman bagi Karrell. Karrell sedang menikmati kopinya ketika matanya menangkap sosok wanita yang membuatnya tertarik. Wanita itu tampak asyik sedang menikmati steak yang dipesannya. Entah kenapa perhatian Karrell langsung terfokus pada wanita itu. Untuk pertama kali seorang Karrell White terpesona dengan pesona seorang wanita. Ya wanita bertubuh gemuk dengan kacamatanya serta tangan kirinya yang di gips entah kenapa bisa membuatnya terpesona. Karrell merasa semua fokusnya tertuju pada wanita itu. Wanita itu seakan memiliki sebuah pesona yang membuatnya tertarik padanya. "Who's are You girl?" Gumam Karrell
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD