Leo 6

1319 Words
Diana kini sudah berada di ruangan Direktur Operasi. David dan Susan juga sudah kembali ke meja masing-masing. Dan Leo dengan senyum kemenangan melangkah menuju lantai 20. Dalam ruangan Direktur Operasi, Diana banyak belajar tentang pabrik-pabrik di bawah naungan SBI, mulai dari pabrik bahan mentah berupa buah kelapa sawit yang biasa disebut TBS (Tandan Buah Segar) diolah menjadi minyak mentah dan minyak inti yang ke semuanya berada di pabrik yang berada di Sumatra. Setelah berupa minyak, barulah dikirim ke Jawa untuk diolah menjadi berbagai produk seperti minyak nabati, margarin dan campuran coklat, kosmetik dan sabun, serta biodiesel. Diana mencermati semua proses dengan baik. Penjelasan Pak Wahyu begitu rinci membuat Diana yakin kalau papanya tidak salah memilih Pak Wahyu sebagai Direktur Operasional. Sementara itu di ruangan David, dia sedang fokus dengan segala berkas dari para manajer sebelum diteruskan ke direksi. “Susan, tolong ke ruangan saya sebentar.” David memanggil Susan melalui interkom. “Iya, Pak.” Susan segera beranjak menuju ruangan David. “Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanya Susan. “Tolong laporan dari keuangan ini kamu kembalikan. Siapa yang membuatnya? Laporan pajaknya perlu diperbaiki. Ada beberapa aset yang perlu ditambah dan dikurangi. Oh iya, apa laporan pajak semua direksi sudah beres? Kenapa belum ada di mejaku?” “Baik, Pak. Laporannya akan saya kembalikan. Untuk laporan pajak direksi sepertinya belum diserahkan. Nanti saya akan mengingatkan bagian pajak.” “Iya, baik. Jangan sampai telat melaporkan. Tahun kemarin kita sudah mendapatkan surat teguran dari Dirjen Pajak.” “Baik, Pak. “Ya sudah. Kamu boleh kembali.” Susan membungkuk lalu berlalu. Sebelum Susan mencapai pintu, David kembali berkata. “Tolong buatkan kopi. Sepertinya aku sangat membutuhkannya.” “Baik, Pak.” Susan pun pergi ke pantry untuk membuatkan kopi. Setelah selesai, dia kembali ke ruangan David dan mengetuknya. “Masuk.” “Permisi, Pak. Kopi Anda.” “Terima kasih, Susan.” Susan menaruh kopinya di meja. David segera memegang tangan Susan. “Kamu kenapa?” tanya David. “Tidak ada apa-apa, Pak. Maaf saya harus segera mengurus laporan pajak.” Susan melepaskan tangan David dan segera berlalu. Dia tidak ingin berdekatan dengan David. Entah kenapa dia marah pada Diana dan David yang bermesraan di depannya. Apa mereka tidak malu? Huft! Susan menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu kembali bekerja. Lebih baik dia bekerja saja daripada memikirkan David yang sekarang tidak bisa lagi dimilikinya secara utuh. David tahu kalau Susan sedang merajuk. Entah apa yang membuatnya kesal seperti itu. Mungkin sebuket bunga bisa membuatnya kembali tersenyum. David membuka ponselnya dan memesan buket bunga dan coklat untuk Susan. Pekerjaan hari ini sepertinya tidak ada habisnya. David tidak ingin mood Susan yang buruk membuat pekerjaannya juga buruk. Sejam kemudian, David mendengar pintunya diketuk. “Masuk!” katanya tanpa melihat siapa yang datang. “Ehm!” David menengadah, melihat senyum yang terkembang di bibir sekretarisnya. Senyum di bibir David ikut terbit. “Terima kasih,” kata Susan. “Untuk?” David mencoba menggoda Susan. Dia menaruh penanya dan menyatukan tangannya di meja. “Untuk bunga dan coklatnya.” Susan berkata dengan malu-malu. “Kau suka?” tanya David. “Hmmm.” Susan mengangguk. “Kemarilah!” Tangan David berayun memanggil Susan. Susan berjalan perlahan menuju samping kursi David. David memutar kursinya menghadap Susan. “Cium aku!” perintah David sambil tersenyum menggoda Susan. “Apa Bapak yakin?” Susan bertanya sambil menggesekkan kedua kakinya. “Kenapa tidak yakin?” “Entah. Karena kekasihmu juga di gedung ini, mungkin.” “Kau terus saja memikirkannya. Biar saja dia di ruangan direksi. Aku mau kamu di ruanganku.” Susan tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa dibutuhkan oleh David. David tidak sabar menunggu Susan yang tidak segera menghampirinya. Jadi dia dengan cepat menghampirinya dan menciumnya. Ciuman yang awalnya kasar dan menuntut berubah menjadi lembut dan memabukkan. tangan David yang awalnya hanya di pinggang, kemudian mulai merambah kemana-mana. saat dirasa udara mulai menipis. David menjauhkan bibirnya. “Quick s*x?” tanya David sambil melirik toilet di dalam ruangannya. Susan tersenyum lebar dan mengangguk. David segera menarik Susan ke kamar mandi dan melakukan apa yang ingin dilakukannya. Setelah 25 menit, David keluar dari toilet dan kembali duduk di kursinya. Tampilannya sudah rapi seperti sebelumnya. Tidak lupa dia menyemprotkan kembali parfumnya agar wangi Susan semakin tersamarkan. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan menampilkan Diana yang masuk dengan senyumnya yang menawan. Sangat cantik. David selalu terpesona akan Diana. David bangkit dan menyambut Diana. “Hei, babe.” Dia mengecup pipi Diana dan mengajaknya duduk di sofa. “Sibuk?” tanya Diana. “Tidak. Hanya pekerjaan rutin. Ada apa?” “Tidak ada. Hanya saja...” Diana belum selesai bicara saat pintu toilet David terbuka dan keluarlah Susan dari sana. “Susan?” Diana sedikit terkejut melihat sekretaris sekaligus sahabatnya itu keluar dari toilet David. Apa yang dilakukannya di dalam sana? Susan terkejut melihat Diana yang berada di dalam ruangan David. Apa dia akan curiga? “Hai, Di.” Susan terlihat sangat canggung. Perlahan-lahan dia berjalan menuju Diana. “Oh, Babe. Toilet di luar tadi sedang diperbaiki, jadi Susan terpaksa memakai toiletku.” Susan tersenyum dan mengangguk. “Iya, toilet di luar rusak.” “Oh begitu.” Diana mengangguk percaya. Susan bernafas lega. Senyumnya semakin lebar. “Susan, tolong kirim memo untuk manajer personalia kalau dia harus sudah punya gambaran untuk acara ulang tahun perusahaan empat bulan lagi. Dan dia harus sudah bisa mempresentasikannya saat rapat bulan depan padaku.” David berkata dengan serius pada Susan. “Baik, Pak.” Susan mengangguk dan segera keluar dari ruangan David. Huft! Selalu saja begitu. Jika maunya sudah dituruti, David akan langsung memasang wajah bos padanya. Ditambah dengan kehadiran Diana membuat David seperti tak pernah menyentuhnya. Susan sedikit sakit menyadari kenyataan itu. Tapi tetap saja dia melaksanakan tugasnya; perbaikan laporan, laporan pajak direksi, dan mengirim memo untuk manajer personalia. “Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” tanya David pada Diana. Dia memegang tangan Diana dan mengusap-usap punggung tangannya. Diana tersenyum geli. “What?” tanya David. “Nothing. Aku ingat dari dulu kamu suka sekali melakukan ini. Aku suka.” Diana tersenyum dan memandang David penuh cinta. Diana tidak tahu kenapa dia bisa secinta ini pada David. David tersenyum lalu mengecup punggung tangan Diana. “I love yo, Babe.” “I love you too, Babe.” David mencium kening Diana lalu turun pada kedua pipinya dan terakhir pada bibirnya. Diana memejamkan mata menikmati apa yang dilakukan David padanya. Dia menikmati saat bibirnya dilumat dan dihisap. Tapi tidak lama kemudian, Diana menyudahi ciuman mereka. “Maaf. Aku takut kita kebablasan.” Diana berkata sambil mengatur nafasnya. “No, Babe. Aku yang meminta maaf.” David memundurkan tubuhnya. Diana juga melakukan hal yang sama. “Sebaiknya aku kembali ke rumah. Kedatanganku ke sini hanya menghambat pekerjaanmu.” Diana berdiri dan merapikan bajunya. David ikut berdiri dan mengantar Diana menuju pintu. “Dinner at 7?” tanya David saat membukakan pintu. “At 7.” Diana mencium pipi David sekilas lalu keluar. “Susan, aku pulang dulu. Bye!” “Hati-hati di jalan.” Susan melambaikan tangannya pada Diana. Sementara itu, di lantai dua puluh, Leo sedang duduk di kursinya sambil memperhatikan monitor yang menampilkan adegan di mana David sedang mencium Susan habis-habisan sebelum menariknya ke kamar mandi. Ya, Leo memasang kamera mini di beberapa titik di ruangan David. Lebih tepatnya, Leo menyuruh seseorang untuk memasang kamera di ruangan David saat tadi mereka makan siang. Leo kini sudah mempunyai bukti perselingkuhan David dengan Susan tapi Leo tetap bingung apa yang akan dilakukannya. Apa dia akan berterus terang pada Diana atau pada Pak Johan? Leo bingung. Dia mengetuk-ketukkan telunjuknya di meja. Mungkin Leo masih akan mengumpulkan bukti-bukti yang lain. Untung saja pekerjaan David selama ini selalu beres dan bisa dipertanggungjawabkan. Entah sudah berapa lama David dan Susan menjalin hubungan. Dilihat dari intensnya mereka berciuman dan dilanjut ke kamar mandi, Leo memperkirakan ini sudah berlangsung lebih dari sebulan. Kasihan Diana. Dia tampak begitu mencintai David.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD