34. Desas-Desus yang Masih Sama

1116 Words

Keesokan paginya, Mariana sudah tiba lebih dulu di lobi hotel. Rambutnya ia ikat sederhana, wajahnya tanpa riasan mencolok, hanya sapuan tipis bedak dan lip cream yang membuatnya tampak segar. Ia berdiri di dekat sofa panjang sambil memeluk map dokumen yang sudah ia siapkan sejak tadi malam. Ketika Nate muncul dari arah lift, langkahnya mantap seperti biasa, tapi matanya langsung menangkap sosok Mariana. “Kamu datang lebih awal,” katanya sambil menghampiri. Mariana tersenyum tipis. “Iya … aku pikir akan lebih baik kalau kita bisa evaluasi jadwal sebentar sebelum berangkat.” Nate mengangguk. “Kamu baik-baik saja?” “Masih sedikit pusing. Tapi sudah minum obat,” jawab Mariana jujur. Mariana tidak berani menatap Nate terlalu lama. Masih ada sisa kegugupan sejak pesan semalam—pesan yang s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD