Dia baru selesai mandi saat mendengar pintu kamarnya diketuk. "Siapa?" tanya Dia tegang. Energinya sedang habis. Ia tidak siap saat jikalau harus berseteru entah dengan siapa pun lagi. "Saya, Neng, Bik Titin." Syukurlah. Yang datang ternyata bukan musuh-musuhnya. Dia membuka pintu kamar. Bik Titin berdiri di ambang pintu. Tangannya membawa baki yang berisi obat-obatan. "Bibik obati lukanya ya, Neng? Ini bibik bawain obat antiseptik dan betadine untuk membersihkan luka di kepala Neng Dia," kata Bik Titin. "Tidak usah, Bik. Saya sudah mengobatinya sendiri. Saya membawa obat-obatan sendiri dari Jakarta kok." Dia menolak sopan. "Oh, sudah diobati toh. Kalau begitu Bibik permisi dulu." Bik Titin pun berlalu. Dia yang tadinya akan menutup pintu menghentikan gerakannya. Samar-samar ia m