59. Nona muda

1322 Words
Deema yang sudah tidak bisa lagi menahan sesuatu, ia pun buru-buru berjalan ke arah dinding besar yang berada di dekat rak buku itu. Ketika ia mendekat, ternyata benar, di sana ada sebuah jalan yang sepertinya jalan menuju kamar dan toilet. Deema pun berjalan perlahan-lahan, takut jika ada sesuatu yang mengejutkan dirinya. Ketika Deema sudah masuk ke dalam ruangan itu, ia bukan di kejutkan oleh sesuatu hal yang menakutkan, melainkan ia di kejutkan dengan suatu hal yang menakjubkan. Bagaimana tidak? Deema baru melihat pertama kalinya ruangan kamar yang sangat mewah ini. Ia pun merasa aneh jika di dalam sebuah kantor kerja ada kamar seperti ini. Ia mengangkat bahunya, mencoba mengusir semua pertanyaan-pertanyaan yang ada. Mungkin hanya dia yang tidak tahu, atau hanya dia yang norak di sini. Setelah melihat pintu yang sepertinya itu adalah toilet, ia pun langsung berjalan ke arah pintu itu. Tak lupa, ia menyimpan berlebih dahulu tasnya di atas kasur. ''Wah ... Mas ganteng kayanya gak main-main sih ...'' gumam Deema tatkala ia masuk ke dalam toilet yang tak kalah megah. ''Stop, Deema. Lo norak.'' Setelah membuang hajatnya. Deema kembali keluar dari toilet. Suasana di ruangan ini cukup menyeramkan karena sepi, apalagi kamar ini di d******i oleh warna-warna gelap. Cahaya lampu memang terang, tapi ... Lebih baik Deema memilih untuk pergi ke ruangan Aiden yang ada di depan. Setidaknya jika ada penampakan atau hal-hal mengerikan ia bisa berteriak dan meminta tolong. Deema kembali membawa tasnya dan berjalan keluar. ''Astagfirullah ...'' Deema terkejut ketika melihat seorang wanita yang sudah memiliki umur tersenyum ke arahnya. ''Maaf, Nona ... Sudah mengejutkan. Saya dapat kabar untuk pergi ke ruangan Pak Aiden dan menghampiri Nona, ada yang bisa saya bantu?'' Deema tersenyum canggung. Ia rasa wanita ini adalah office girl di perusahaan Aiden ini, terlihat dari seragam yang ia pakai. ''Tidak perlu, Bu.'' ''Pak Zaffran bilang saya harus membawakan makanan untuk Nona. Silahkan ... sudah saya siapkan,'' katanya sambil menunjuk ke arah meja yang sudah di penuhi oleh berbagai macam makanan. ''Ya ampun, banyak sekali ... Bu ....'' Ibu itu tersenyum. ''Ini pesanan dari Pak Zaffran. Silahkan dinikmati, Nona ....'' ''Jika ada sesuatu bisa panggil saya. Saya ada di depan ruangan Pak Aiden. Saya pamit keluar, Nona ....'' Ibu itupun keluar dari dalam ruangan Aiden. Setelah memastikan ibu itu menutup pintunya, Deema menyimpan kedua tangannya di pinggang, ia menggeleng melihat banyak sekali makanan yang di sajikan saat ini. Deema tidak perlu menebak ini kerjaan siapa. Tentunya pasti Aiden yang membawakannya makanan sebanyak ini. ''Mas Aiden bener-bener ya ... Mentang-mentang badan Gue kurus kerontang, dia seenaknya ngasih makan sebanyak ini.'' Deema memang suka sekali dengan makanan lokal di negerinya, apapun itu pasti Deema makan. Tapi ... Ia rasa untuk makan banyak sekali jenis makanan ini, ia tidak bisa. Kalian bisa bayangkan ada satu porsi sate ayam yang lengkap dengan semua bumbu dan teman-temannya, ada nasi goreng, satu porsi nasi padang yang lengkap juga, ada ayam bakar, ayam goreng, mie goreng, dan ada ... Makanan junk food yang terdiri dari burger, pie, nugget, kentang goreng dan ah ... Deema tidak bisa menyebutkannya lagi satu persatu. Deema memang merasa lapar, tapi untuk memakan banyak makanan seperti ini ia harus berpikir berkali-kali. ''Ini seriusan Gue yang makan?'' tanya Deema yang bertanya dengan dirinya sendiri. Apalagi, semua makanan itu lengkap dengan nasinya masing-masing. Deema pun duduk di hadapan meja yang sudah diisi oleh makanan-makanan itu. Tak lama, Deema mendengar dentingan di ponselnya. Sepertinya ada sebuah pesan SMS. Tidak perlu menduga-duga, itu sudah pasti Aiden. Ketika Deema membuka ponselnya, benar saja, Aiden mengirimkan dirinya sebuah pesan yang bertuliskan : Dimakan semuanya, sayang ... Kalau gak sanggup bungkus saja. Meeting saya masih lama. ''Lah ... Di kira Gue lagi makan di warteg main bungkus aja. Mas Aiden otaknya dimana ya? Jelas-jelas Gue gak sanggup ngabisin makan sebanyak ini, malah dibeliin makanan gak kira-kira ....'' ''Keburu laper Gue ngeluh terus.'' Deema yang tidak ingin lagi protes, ia lebih baik mengambil piring mie goreng yang sudah dihias dengan sangat cantik itu. Mie itu sangat menggugah selera Deema. Dan perlu kalian tahu, makanan penutup dan minuman pun sudah tersedia di sana. Ternyata roti bakar kesukaannya pun turut hadir di sana. ''Emm ... Enak banget masakannya,'' kata Deema yang berkomentar ketika menyuapkan satu sendok mie kedalam mulut nya. ''Jus apa ini ya? Kok warnanya kuning? Nanas? Mangga? Pisang? Apa ya?'' Deema mengira-ngira dengan gelas yang berisi sepertinya jus yang berasal dari buah yang berwarna kuning. ''Ini mangga deh kayanya.'' Deema yang hendak mengambil gelas itu, namun matanya teralihkan oleh es teler yang menggugah seleranya. ''Aaa ... Ini mantap nih ...'' Deema tidak peduli berapa banyak makanan yang sudah masuk ke dalam perutnya. Ia semampu mungkin akan menyimpan makanan ini dengan baik di dalam perutnya. Deema tidak suka dengan yang namanya mubazir. Makanan yang tidak menggugah seleranya, tidak ia sentuh sedikit pun, agar orang lain yang menginginkannya nanti, bisa memakannya. Satu porsi mie goreng, satu burger berukuran besar, dua roti bakar, satu potong pancake, dua pie appel, dan satu piring nasi goreng sudah masuk dengan aman ke dalam perut Deema. Deema menyandarkan punggungnya, ia merasa lelah karena sedari tadi mulutnya terus berolahraga. Oh iya, tak lupa dengan satu mangkok es teler dan jus jambu merah pun masuk ke dalam perutnya. ''Ah ... Kenyang banget ...'' kata Deema sambil mengusap-usap perutnya. Deema yang sudah tidak bisa bangun itu, lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya di sofa yang sangat empuk ini. Satu jam sudah berlalu, tapi Aiden masih belum selesai dengan meeting nya. Dari sini pun Deema bisa melihat awan yang sangat mendung, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Deema yang sudah merebahkan tubuhnya itu, merasa kantuknya datang, dan ia tidak sadar jika matanya sudah menutup, dan ia tertidur. ... ''Pak, pacar baru?'' Zaffran menaik turunkan alisnya ketika mereka baru saja selesai keluar dari ruang meeting. Aiden tersenyum kecil ke arah Zaffran, sekertaris sekaligus teman kuliahnya dulu. ''Calon istri,'' jawab Aiden santai. ''Astaga ... Astaga ... Jadi ini? Niat terselubung Lo buat jadi guru? Mau mepet anak SMA?'' Zaffran sudah tidak bisa lagi menahan hawa rumpi di dalam jiwanya. ''Kecilin suaranya.'' ingat Aiden yang membuat Zaffran langsung menutup mulutnya. Mereka pun masuk ke dalam lift, untuk menuju ke lantai 8 dimana ruangan Aiden berada. Mereka sudah menghabiskan waktu 2 jam untuk menyelesaikan meeting mereka. Pada pukul 4 sore ini, mereka baru saja menyelesaikan meeting nya. ''Eh iya-iya, maaf, Pak.'' Kalian sudah menebak bagaimana Zaffran sebenarnya. Namanya memang keren, tapi sikap dan sifatnya tak sekeren namanya. Zaffran memang sangat rumpi jika berada dekat dengan Aiden, tapi jika mereka sedang bekerja, Zaafran bisa bersikap profesional dan juga, sedikit menakutkan. ''Jadi guru ya pekerjaan. Bukan buat mancing cewek,'' jawab Aiden. ''Bener nih? Ah gak asik banget, masa Lo udah taken Gue masih jomblo ....'' ''Cari cewek makanya! Gue kasih libur masih aja terus kerja.'' Kalian tidak perlu aneh mendengar Aiden yang berbicara 'Lo, Gue' dengan temannya itu. Aiden masih muda, ia masih mengerti untuk menggunakan bahasa gaul. ''Tapi yang Gue liat sih, Lo cocok banget sama anak kecil tadi.'' ''Anak kecil? Lo kira Gue p*****l?'' ''Hahaha ... Bukan ... Maksudnya anak SMA tadi. Lo cocok. Secarakan, Lo itu orangnya kaku, pendiem dan ... Suram.'' ''Suram apa maksud Lo?'' tanya Aiden yang tidak terima jika Zaffran bicara tentang dirinya yang suram. ''Maksudnya susana hidup Lo itu suram, Pak. Jadi pas ada anak SMA itu, hidup Lo lebih berwarna. Pantes aja, Lo lebih milih ngajar daripada di kantor.'' ''Namanya Deema, bukan anak SMA.'' ''Nah iya. Gue lupa namanya.'' ''Lain kali, kenalin Gue sama anak murid Lo ya, Pak guru ....'' Aiden menatap tajam ke arah Zaffran. ''Gak ada yang mau sama orang rumpi kaya, Lo.'' Aiden pun buru-buru keluar dari lift setelah lift itu terbuka. Zaffran yang merasa tertinggal oleh Aiden, ia pun berlari. ''Pak guru jangan gitu dong, saya juga mau pacaran sama anak SMA. Biar awet muda." bisik Zaffran karena tidak ingin karyawan lain mendengar suaranya. ''Nih, ngomong Lo sama kursi puter.'' ucap Aiden dan langsung meninggalkan Zaffran untuk masuk ke dalam ruangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD