52. Di pantau Mas-mas

1552 Words
Minggu pagi yang sangat cerah, Deema sudah berjalan menuju tempat kerjanya. Katanya, Kaila akan mengajak Deema dan karyawan lainnya untuk berlibur hari ini, dan toko akan tutup di hari minggu ini. Betapa senangnya Deema di saat mendengar kabar liburan. Deema sudah siap dengan pakaian santainya, ia pun memakai sepatu yang tidak begitu berat, agar ketika ia lama berjalan-jalan, kakinya tidak terasa sakit. Ia akan menikmati minggu ini dengan kebahagian, karena esok ia harus memulai melakukan aktivitasnya lagi. Deema menggerak-gerakan tangannya di pinggir jalan, ketika ada angkutan umum yang melintas di hadapannya. Deema memutuskan untuk menaiki angkutan umum, dari pada meminta Aiden untuk menjemputnya. Ia tidak enak hati jika terus bergantung kepada Aiden. Deema merasakan sesuatu yang bergetar dari ponselnya yang ia simpan di tas kecilnta. Deema rasa itu hanya notifikasi dari sebuah pesan, tapi getaran itu semakin lama berbunyi. Sepertinya ada telepon. Ah, Deema tidak perlu menebak itu siapa, siapa lagi kalau bukan Aiden. ''Iya, Mas?'' ''Kamu dimana?'' ''Di jalan, Mas. Sebentar lagi sampai toko.'' ''Kenapa gak telpon saya? Saya baru mau jemput kamu dengan Kak Kaila.'' ''Ah ... Eng-- itu ... Aku tadi sekalian bayar listrik di mini market makanya langsung berangkat.'' ''Hati-hati ... Saya bentar lagi sampai di toko.'' Telpon pun mati, Deema mengerutkan dahinya? Ia tidak salah mendengar jika Aiden akan segera sampai di toko? Berarti ... Sepertinya Aiden akan ikut bertamasya kali ini. ''Mas Aiden, ada-ada aja.'' Gumam Deema sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak lama, akhirnya Deema sampai di jalan pertigaan dekat toko. Ia masih harus berjalan kaki untuk sampai di sana. Dari arah kejauhan, Deema bisa melihat jika di sisi toko sudah terparkir satu buah mini bus. Sepertinya itu mobil yang di siapkan Kaila untuk karyawannya yang berjumlah 5 orang. Ketika Deema membuka pintu masuk, ternyata sudah ada Nomi, Riki, Arin dan ... Galang, seorang karyawan yang masuk di hari yang sama dengan Arin. ''Selamat pagi, semua ...'' sapa Deema sambil melambaikan tangannya. ''Selamat pagi, Deema ...'' jawab semuanya. ''Aku telat ya?'' tanya Deema, karena sepertinya ia yang paling datang terlambat hari ini, padahal jam masih menunjukan pukul 07:20 pagi. ''Kamu gak telat kok, Kak. Kita yang kecepatan. Hahaha ...'' ucap Arin sambil tertawa. ''Iya, aku semalam tidur lagi di toko. Eh sekitar jam enam pagi, Arin datang dan gak lama Riki dan Galang datang.'' ''Kirain aku yang telat.'' ''Enggak kok, Kak.'' Deema melihat-lihat di sekitar toko. Semua karyawan Kaila tidak memakai apron yang biasa mereka pakai, saat ini semuanya memakai baju bebas dan tentunya nyaman. Juga, ada tas-tas sedang yang ada di samping mereka masing-masing. Toko sudah rapi dan bersih, juga tidak ada kue-kue yang berjajar di etalase. Semuanya dipindahkan ke dalam lemari pendingin. Tapi ... Ada sekitar beberapa box besar yang berlogokan toko The K, yang sepertinya sudah di siapkan untuk diambil oleh pemesan. ''Kita masih ada orderan?'' tanya Deema kepada Galang yang tengah mengurusi hal itu. ''Ini, mau diambil jam setengah delapan nanti. Dan dua kue itu juga mau di ambil ke toko langsung.'' ''Belum di masukin box?'' tanya Deema. ''Emmm ... Saya belum bisa, Dem. Hehehe ...'' ''Ya ampun, Kak Galang ... Minta bantuankan bisa ... Sini aku bantu.'' Deema membantu galang untuk memasukan dua kue itu ke dalam box. Memang memasukan kue ke dalam box butuh kehati-hatian yang ekstra dan jika salah kue sudah terjamin tidak akan selamat sampai tujuan. ''Pertama, kamu lipat dulu boxnya ngikutin garis-garis ini, Kak ...'' Deema menjelaskan dari awal pembuatan box. Box ini sudah di custom khusus untuk box kue dari toko the K. Hanya saja, para karyawan masih harus tetap melipat box itu untuk menjadi box yang sempurna. ''Setelah itu, di sambung-sambung aja, Kak. Dan jangan lupa, kasih lem di bawahnya, biar kuenya gak goyang-goyang.'' Galang mengangguk-angguk sambil mengikuti arahan dari Deema bagaimana caranya membuat box kue, di box lainnya. ''Di masukin kuenya, tepat di atas lem yang sudah di tempel tadi. Boxnya di tutup ... Di kasih lem warna pink ... Kasih pisau dan lilin, sudah deh ....'' Galang melakukan hal yang sama, sampai ia bisa memasukan satu kue ke dalam box dengan rapi tanpa kesalahan. ''Wah ... Hebat banget,'' kata Deema sambil bertepuk tangan dan tak lupa tersenyum ke arah Galang. Galang mengangguk dan mengucapkan terima kasih. ''Terimakasih banyak, Deema. Saya sudah bisa memasukan kue ke dalam box sekarang.'' Deema mengacungkan jempolnya. ''Siap, Kak. Sama-sama ... Kayanya itu yang mau ngambil kue udah ada deh. Kakak samperin aja,'' kata Deema sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang masih muda yang berjalan masuk ke dalam toko. Deema yang tidak tau harus melakukan apalagi, ia pun menghampiri Nomi yang tengah melipat tangannya di depan dan sambil menahan senyumnya ke arah Deema, lalu Nomi menggerakkan kepalanya ke arah kiri, seperti memberitahu sesuatu kepada Deema. ''Kenapa, Mb---'' Deema yang berbicara sambil menengokan kepalanya, harus terhenti karena ia melihat wajah garang Aiden sudah terlihat di sana. Aiden menatapnya dengan tatapan harimau ingin menerkam, dan ... Sejak kapan Aiden diam di atas tangga? Sepertinya perang dunia ke 3 akan terjadi. .... Saat ini, Deema, Aiden, Kaila, Nomi, Riki, Arin dan Galang sudah berada di dalam mini bus. Kaila akan mengajak mereka ke sebuah tempat di ujung kota, dengan pemandangan yang indah, dan tentunya banyak sekali wanaha yang bisa di kunjungi. ''Kali ini kita mau ke tempat, sebuah wahana ... Tapi tempatnya berdekatan dengan gunung. Maka dari itu, aku nyuruh kalian buat pakai pakaian panjang dan membawa jaket.'' ucap Kaila yang memberitahu clue dimana tempat liburan mereka kali ini. ''Wah ... Pasti seru banget, Kak ...'' ucap Arin yang sepertinya sudah tak sabar. ''Oh, aku tau dimana tempatnya. Kak Kaila nih, setiap hari selama minggu kemarin, ngomongin tempat ini terus, iyakan Rik?'' tanya Nomi yang meminta persetujuan Riki. ''Iya, bener.'' ''Hahaha ... Ketauan deh. Tapi ... Pokoknya di sana tempatnya seru banget deh. Kalian juga pasti suka.'' Mini bus yang di tumpangi mereka, di kendarai oleh Galang yang sudah ahli membawa mobil. Riki duduk di depan menemani Galang. Di jok belakang ada Nomi, Kaila dan Arin. Karena mobil ini cukup besar, mereka duduk bertiga pun tempat duduk mereka masih sangatlah luas. Dan di jok selanjutnya ada Deema dan ... Aiden yang wajahnya masih murung karena belum mendapatkan penjelasan dari Deema. Di tempat paling bekalang mobil ini, adalah barang bawaan Kaila yang berisi box-box makanan dan hadiah yang katanya akan di berikan kepada semua karyawannya. Sungguh sangat senang bisa bekerja dengan bos sebaik Kaila. Deema melirik ke arah Aiden yang sedari tadi melipat tangannya dan tak lupa dengan wajahnya yang sangat dingin. Ia menjadi tak berani ingin berbicara kepada Aiden, karena sepertinya Aiden akan memarahi dirinya. Deema tahu semua permasalahan ini berawal dari ketika dirinya mengajarkan Galang bagaimana cara memasukan kue kedalam box. Dugaan kalian itu benar, Aiden memang benar-benar posesif. Musik di dalam mobil dinyalakan, dan Deema sudah tidak mendengar suara percakapan. Sepertinya mereka tertidur. Deema pun memberanikan diri untuk memegang lengan Aiden, dan memanggil kekasihnya dengan lembut. ''Mas ...'' bisik Deema. Aiden yang jual mahal itu pun malah memalingkan wajahnya ke arah kiri. Deema yang melihat itu sedikit kesal, lagipun untuk apa Aiden mengikuti acara seperti ini. ''Mas marah?'' tanya Deema kembali berbisik. Takut jika ada orang yang mendengar suaranya. Aiden belum juga merespon pertanyaan Deema. ''Mas marah sama aku?'' ''Hm?'' ''Mas marah?'' ''Enggak.'' Deema menahan tawanya. Sungguh, ia merasa geli kali ini. Mengapa bisa Deema bersikap seperti ini? Merayu-rayu seorang laki-laki yang tengah merajuk ternyata lucu juga. Apalagi ekspresi wajah Aiden itu ketika sedang marah sangatlah kentara. ''Maaf ya, Mas ... Aku gak bermaksud.'' ''Galang ganteng, pergi aja sama Galang.'' ''Pftt ...'' sekuat tenaga Deema menahan tawanya, namun ia kembali membuang dan menarik napas agar tidak tertawa. Sungguh, Aiden sangatlah menggemaskan. ''Mas, kok gitu? Kamu paling ganteng kok.'' ''Nggak.'' ''Ih, nanti kalau marah-marah jelek tau mukanya cepet keriput. Mau?'' ''Biarin.'' ''Mas ...'' rengek Deema, namun suaranya tidak besar ia masih takut jika ada orang yang mendengar suaranya. ''Mau pindah duduk ke depan sama Galang? Yasudah saya turun.'' Buru-buru Deema menggandeng lengan Aiden, agar Aiden tidak bangun dari duduknya. ''Jangan ... Nanti aku nangis gimana?'' ''Ada Galang.'' Deema tidak bisa menahan tawanya. Ia sedikit tertawa. ''Kenapa ketawa? Lucu?'' Deema mengangguk. ''Lucu, kamu lucu banget ....'' ''Mas cemburu?'' tanya Deema. Sepertinya Deema tidak perlu bertanya seperti itu, Aiden sudah cemburu kepadanya. ''Enggak. Ngapain saya cemburu.'' ''Bener enggak cemburu?'' Aiden tersenyum jahat, dan sedikit berdecih. ''Cemburu sama dia?'' ''Bener nih? Ya--'' Deema yang hendak bangun itu pun, tak jadi, sebab Aiden melingkarkan tangannya di perut Deema. ''Duduk,'' kata Aiden yang berbicara penuh dengan penekanan. ''Makanya jangan gengsi ...'' kata Deema yang akhirnya puas melihat wajah Aiden yang kesal. ''Dasar ...'' Aiden menyentil dahi Deema dengan pelan. Ia pun memilih bersandar di bahu Deema. ''Diem, saya ngantuk tidur jam tiga.'' ''Mas kebiasaan deh ....'' Deema mengusap rambut Aiden dengan lembut. ''Tidur aja, Mas. Perjalanan masih jauh kayanya.'' ''Maaf ya, tadi aku cuma ngajarin Kak Galang masukin kue ke box. Pasti kamu kesel liatnya. Maaf ya, Mas ....'' Aiden yang bersandar di bahu Deema pun hanya mengangguk. ''Iya ....'' Aiden sepertinya sudah tidak tahan menahan rasa kantuknya. Biarlah ia mengistirahatkan matanya terlebih dahulu, agar ia pun tidak merasakan pusing yang terus menerjang kepalanya. Dari sini, Deema bisa melihat ciptaan tuhan yang sangat sempurna tercetak jelas di wajah Aiden. Hidung mancung, bibir tebal berwarna pink, dengan bulu mata dan alis yang sangat tebal serta wajahnya yang mulus, membuat Deema tidak bisa mengalihkan matanya dari wajah Aiden.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD