Kopi

2316 Words

Rania mengembuskan napas kasar, setelah meletakkan kardus berisi barang-barangnya ke meja kerjanya yang baru, terletak di depan ruangan Rehan. Ia melirik ke arah pintu ruangan laki-laki itu, berdecak kesal. Sejujurnya Rania enggan masuk ke dalam sana, apalagi setelah mengetahui apa yang diinginkan atasannya itu. Namun, lagi-lagi ancaman maut dari bosnya memaksa Rania mau tidak mau, harus mau masuk ke dalam sana. Rania menguatkan tekad, menarik napas kuat-kuat saat tangannya mulai meraih gagang pintu. Ia sudah menguatkan mental untuk menghadapi bosnya yang super duper menyebalkan. Rania juga berusaha meredam rasa jengkelnya, memaksa ekspresinya menampilkan raut wajah seramah mungkin. "Permisi Pak," ucap Rania saat memasuki ruangan Rehan. Tampak laki-laki itu sedang sibuk dengan tumpukan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD