Bab 9. Dua Sendok Sambel

1048 Words
Rafa menghampiri Rindu ke teras karena merasa ditinggal oleh mamanya walau hanya sebentar. "Mama ngapain di sini? Ayo masuk." Rafa meraih lengan Rindu hendak mengajaknya masuk rumah, tetapi Aksa menahannya. Rindu dan Rafa menoleh pada Aksa bersamaan. "Tunggu. Aku pengen foto bareng sama Rafa, boleh?" tanya Aksa pada keduanya. Pria itu memberikan ponselnya pada Rindu. Dengan perasaan malas Rindu menerima ponsel Aksa. Aksa lalu menggendong Rafa. Anak kecil itu menatap wajah Aksa dari dekat sambil berpikir mengapa pria itu sering bertemu dengannya. Rindu memberi aba-aba lalu memfoto Aksa bersama Rafa beberapa kali. Lalu dia mengembalikan ponsel itu pada Aksa. "Ayo masuk!" ajak Aksa pada Rindu sambil menggendong Rafa. Di ruang tengah, Aksa menurunkan Rafa di sofa. Lalu dia duduk di sebelahnya. Pria itu lantas menelepon sang mama melalui panggilan video. "Halo, Ma, ini ada yang pengen ketemu dengan Mama." Rindu mengerutkan dahi melihat tingkah Aksa. Dia benar-benar heran dengan mantan suaminya itu. Sekian lama tidak bertemu, tetapi sekarang dia memaksa untuk masuk dalam kehidupan Rindu melalui Rafa. Jujur, Rindu pikir semua itu masih terasa aneh. Kemana saja Aksa selama ini? tanya Rindu dalam hati. "Itu siapa, Om?' tanya Rafa saat melihat wajah Jani di layar ponsel. "Ini nenek, bilang halo sama nenek!" Rindu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Aksa mengajak Rafa bicara dengan mamanya. Dia tinggalkan ruang tengah menuju dapur untuk membantu mamanya menyiapkan makan malam. "Aksa diajak makan di sini, Ma?" tanya Rindu saat melihat Utari menyiapkan piring lebih dari biasanya. "Iya. Kamu enggak keberatan kan kalau Aska makan malam di sini?" "Enggak kok, Ma. Kan aku udah bilang, aku enggak ada perasaan apa-apa lagi sama dia." Bagi Rindu, cukup dia yang tahu bagaimana perasaannya pada Aksa yang sampai saat itu masih tetap sama. Utari menuju meja makan lalu mengintip kebersamaan Rafa dengan papanya. "Lagi telepon dengan siapa mereka? Kamu udah bilang sama Rafa ya Rin kalau Aksa adalah papanya?" tanya sang mama yang melihat Rafa dan Aksa terlihat akrab. "Aska telepon mamanya. Aku belum bilang apa-apa ke Rafa. Masih bingung deh Ma ngasih tahunya gimana?" Utari ada ide untuk Rindu cara untuk memberitahu Rafa kalau Aksa adalah papanya. "Di HPmu ada foto pernikahan kalian enggak? Kalau enggak ada, cari aja album foto pernikahan kalian terus kasih lihat ke Rafa. Terus pelan-pelan kamu jelasin sama dia." Rindu berbinar mendengar ucapan Utari. "Ide bagus, Ma. Nanti aku kasih tahu Rafa dengan cara itu. Makasih ya, Ma." Rindu merasakan ada seseorang yang memeluk kakinya. Dia pun melihat ke bawah. "Rafa kok di sini? Omnya enggak ditemenin?" tanya Rindu lalu berjongkok di hadapan anaknya. "Aku laper, Ma. Mau makan." "Ok. Tunggu ya! Mama mau ngajak om Aksa makan bareng sama kita." Panggilan om pada Aksa terdengar aneh di telinga Rindu. Sementara ini dia harus terbiasa mengatakan itu. Perempuan itu menuju ruang tengah untuk mengajak Aksa makan malam. Ternyata pria itu masih menelepon mamanya. Mantan mertuanya itu melihat kehadiran Rindu di sana. "Sa, Mama mau ngomong sama Rindu dong, kangen." "Kangen katanya?" batin Rindu merasa bingung mendengar ucapan mantan mertuanya. Aksa pun menyapa Rindu yang berdiri di belakangnya. "Rin, mamaku pengen ngomong sama kamu. Nih!" Aksa berikan ponselnya pada Rindu. Dengan gerak cepat Rindu segera duduk di sofa setelah mengambil ponsel Aksa. "Halo, Tante, apa kabar?" tanya Rindu basa-basi karena dia tidak tahu harus bicara apa dengan Jani. "Baik, Rin, kamu apa kabar? Maaf ya selama ini Mama enggak tahu kalau ternyata kamu hamil. Ternyata kalian punya anak. Mama seneng banget." Rindu merasa canggung bicara dengan Jani. Mengapa mamanya Aksa itu bersikap seolah dia masih menantunya, padahal dia dan Aksa sudah bercerai. Berbeda dengan sikap orang tuanya yang memperlakukan Aska bukan sebagai suami Rindu lagi. Apa Jani masih menyesal karena perceraian anaknya? Rindu sendiri masih bingung. "Kapan-kapan nanti aku ajak Rafa sama Rindu ke rumah buat ketemu sama Mama." Entah sejak kapan Aska pindah tempat duduk di samping Rindu. Bahkan hampir tanpa jarak saking dekatnya. Rindu terkejut saat tahu pria itu ada di sampingnya. "Iya, Rin. Kamu sama Rafa harus main ke rumah Mama ya. Nanti Mama masak makanan yang enak. Nginep juga enggak apa-apa kok, Rin." "Hah? Nginep katanya? Halo Mantan mama mertua, aku bukan menantumu lagi. Kenapa sampai diajak nginep segala?" batin Rindu yang benar-benar merasa Jani semakin aneh. Rindu merasa Aksa terus menatapnya sejak tadi. Dia pun menoleh sekilas. Rindu merasa Aksa sedang menatapnya dengan lekat lalu membuat jantung perempuan itu berdebar kencang karenanya. "Terus ini Aska kenapa lagi? Duh, bisa gila lama-lama aku kalau terus dekat-dekat Rafa atau Mantan mama mertua ini." Rindu menarik napas panjang berharap bisa menetralisir debaran jantungnya. "Iya kapan-kapan ya, Tante. Kalau Rafa libur sekolah. Oh ya, Tante, mamaku ngajak Aksa makan di sini dulu enggak apa-apa kan ya? Aku siapin mejanya dulu, ya. Tante ngomong lagi aja sama Aksa, ya." Rindu mengembalikan ponsel Aksa, lalu bangkit dari duduknya menuju meja makan. Di sana Utari dan Rafa sudah menunggu. Saat Rindu sedang mengambilkan nasi dan lauk untuk Rafa, Aksa sudah berada di sampingnya bahkan mengagetkannya. "Wah, makan apa kita malam ini?" tanya Aska tepat di telinga Rindu. Hembusan napas pria itu yang mengenai telinganya membuat Rindu merinding. "Duduk, Sa! Ini Tanta masak yang ada aja. Kita makan sekarang aja, jangan tunggu papanya Rindu, katanya tadi dia makan malam di luar, masih ada kerjaan kantor." Aska menganggukkan kepala. Dia mengambil tempat duduk di hadapan Rindu. "Ambil sendiri enggak apa ya, Sa." Karena Rindu sudah bukan istrinya lagi, tentu Utari tidak akan menyuruh anaknya untuk melayani Aksa. Namun, pria itu punya akal. Dia mengambil nasi dan lauk yang ada di dekatnya dulu. "Rin, tolong dong lauk yang lain!" Aksa menggeser piringnya ke arah Rindu. Saat perempuan itu mengangkat piring lauk untuk diberikan pada Aska, pria itu menggelengkan kepalanya. "Tolong ambilkan, ya!" Demi apa Aksa malam itu bersikap aneh pada Rindu. "Aksa kesambet apaan, ya?" tanya Rindu dalam hati sambil mengambilkan lauk lalu dia letakkan di piring Aksa. "Awas aja kamu, ya!" Rindu meletakkan lauk yang banyak di piring Aksa lalu tersenyum lebar. "Udah cukup?" tanya Rindu sambil tersenyum manis walaupun dalam hatinya dia ingin muntah. "Udah, makasih ya." Aska tidak protes pada Rindu. "Mau sambelnya sekalian?" Tanpa menunggu jawaban dari Aksa Rindu menumpahkan dua sendok sambel ke piring Aksa. "Ups, enggak sengaja. Maaf banget ya, Sa. Ayo dimakan!" Rindu tertawa puas dalam hati. "Habis ini sakit perut kamu nanti, Sa."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD