Bab 6. Sebuah Insiden

1058 Words
Hal yang paling tidak diinginkan dan diharapkan bahkan ditakutkan olehnya akhirnya terjadi. Dia tidak mau Attar sampai menyukai, menyayangi bahkan sampai mencintai dirinya karena dia takut tidak akan pernah bisa membalas perasaan pria itu padanya. Rindu menghembuskan napas kasar. "Jangan pernah sayang atau cinta sama aku, Mas. Masih banyak perempuan lain yang masih singel yang bisa Mas Attar ajak pacaran atau menikah dan itu bukan aku." Attar tidak suka mendengar ucapan Rindu. "Apa bedanya kamu dengan perempuan lain? Sama aja kok, kamu juga sekarang masih singel. Justru kamu punya kelebihan, bisa setia sama seorang pria walaupun pernah dibuang tapi kamu tetap mengharap dia masih punya perasaan sama kamu." Rindu menutup matanya rapat-rapat lalu menarik napas panjang karena kesal dengan ucapan Attar. "Aku enggak pernah dibuang, Mas!" protes Rindu. "Aku yang minta cerai. Dibuang sama minta cerai itu enggak sama." "Kalau bukan dibuang jadinya dilupakan? Sudahlah jangan ngarepin dia terus. Dia enggak akan pernah memalingkan wajahnya buat sekedar ngeliat wajahmu sebentar aja, Rin, dia sudah punya yang lain." Perasaan kesal Rindu terus bertambah pada Attar. "Stop bahas mantan suamiku atau aku minta diturunin di sini, Mas!" Attar pun diam. Sepanjang perjalanan ke rumah Rindu, keduanya diam. Sampai di rumah Rindu, Attar menggendong Rafa turun dari mobil. Saat pria itu akan membawanya masuk ke rumah, Rindu menahan langkahnya. "Biar aku aja, mas." Rindu mengambil Rafa dari gendongan Attar. "Terima kasih sudah mau nganter sampai rumah." Perempuan itu bicara dengan nada datar. "Maaf kalau ucapanku tadi menyinggung perasaan kamu." "Hmm." Rindu hanya memberikan jawaban singkat. "Aku pulang dulu." Attar pamit pada Rindu. Dia tinggalkan perempuan itu bersama anaknya karena orang tua Rindu masih belum pulang ke rumah. Pria itu pun melajukan mobilnya menuju rumah. *** Tengah malam di kediaman Aksa, pria itu baru saja tiba di rumah bersama kedua orang tuanya. Dia pamit langsung ke kamar untuk beristirahat. Seharian bekerja di kantor ditambah acara pertunangan membuat pria itu merasa lelah. Aksa ingin mandi. Dia pun berdiri di bawah shower yang mengalirkan air hangat. Dia teringat pada Rafa. Anak kecil yang dia lihat pertama kali di toko kue milik Rindu. Seorang anak yang wajahnya mirip dengannya. "Apa dia anakku?" tanya Attar dalam hati sambil mengakhiri mandinya. Dia meraih handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Pria itu keluar dari kamar mandi lalu berpakaian. Kemudian dia naik ke ranjang lalu meraih ponselnya. Pria itu membuka akun media sosialnya lalu mencari akun media sosial milik Rindu. Yang pertama kali diperiksa Aksa adalah foto-foto di akun Rindu. Di sana banyak sekali foto Rindu dan Rafa. Selain itu juga ada foto-foto kue dan pastry hasil karya Rindu. "Jadi selama ini dia pergi ke Amerika?" "Apa aku adalah ayah dari anak ini? Tapi kenapa Rindu enggak pernah bilang ke aku kalau dia hamil?" "Kenapa dia merahasiakan anak itu dariku? Apa yang dia katakan pada anak itu tentang ayahnya? Apa pernah Rindu bilang pada anaknya kalau akulah ayahnya?" Begitu banyak pertanyaan di benak Aksa sampai dia meremas rambutnya karena penasaran. Namun, tidak menemukan jawabannya. "Kalau dulu dia benar hamil, kenapa dia minta cerai?" Aska terus memikirkan Rindu dan anaknya. Setelah bercerai Rindu, orang tua Aksa selalu memaksa anaknya untuk rujuk, tetapi Aksa menolak dengan alasan Rindu sudah tidak mencintainya lagi. Bahkan setelah minta cerai perempuan itu langsung pergi dari rumah, tidak pernah mau kembali. Saat itu Aksa merasa membutuhkan sandaran karena banyak pikiran soal pekerjaan, ketika Rindu pergi dia bertambah pusing pada awalnya, tetapi lama kelamaan dia merasa biasa bahkan merasa tidak ada lagi yang merengek atau manja padanya yang selalu minta waktu dan perhatiannya sebagai suami. "Apa Jangan-jangan waktu itu dia hamil sehingga berubah menjadi perempuan manja?" Pertanyaan itu hadir lagi. Kesibukan Aksa bukan berkurang sejak dia mulai naik jabatan menjadi wakil pimpinan perusahaan sampai sekarang. Lalu orang tua Aksa meminta anaknya segera menikah lagi dan memiliki anak. Sempat Aksa berpikir untuk tidak menikah lagi karena tidak mau dipusingkan lagi dengan urusan perempuan manja. Namun, lama-lama dia merasa kasihan pada mamanya karena terus dibujuk agar segera menikah lagi. Aksa pun minta dicarikan perempuan yang bisa dia ajak serius. Dia pun berkenalan dengan Eliana sejak satu tahun terakhir. Perempuan itu adalah seorang model. Dia tidak pernah menuntut Aksa memberikan waktu banyak untuk Aksa yang penting pria itu selalu memberikan uang bulanan untuknya, padahal mereka jelas-jelas belum menikah. Aksa tidak mempermasalahkan soal uang. Baginya yang penting Eliana tidak menuntut mereka harus bertemu setiap hari bertemu dan tidak menanyakan soal pekerjaan dan mengapa dia selalu pulang malam. Bahkan di akhir pekan pun Aksa masih disibukkan dengan pekerjaan. Mereka pun lebih banyak berkomunikasi lewat ponsel daripada bertemu. Beberapa bulan terakhir, Eliana minta Aksa menikahinya. Pria itu setuju untuk menikah dengan Eliana asal dia berjanji tidak akan menuntut banyak waktu dari Aksa. Eliana pun setuju. Aksa pun mengatakan pada orang tuanya akan menikahi Eliana. Orang tua Aksa tidak mempermasalahkan siapa perempuan yang akan dinikahi anaknya. Yang penting bagi mereka Aksa segera menikah dan memiliki anak. Malam itu Aksa tidak bisa tidur, dia merasa harus bertemu dengan Rindu untuk menuntaskan rasa penasarannya pada mantan istrinya itu. *** Besoknya, Aksa mendatangi toko kue milik Rindu pada jam makan siang. Dia mengetahui toko itu adalah milik Rindu setelah kemarin Rindu mengatakan jika Rafa adalah anaknya dan Rafa mengatakan jika pemilik toko kue itu adalah mamanya. Ketika dia masuk toko kue milik Rindu, Aksa langsung menemui karyawan toko dan menanyakan soal Rindu. "Mbak Rindu lagi pulang ke rumah dulu, Pak, nanti juga kembali lagi. Ada perlu apa ya, Pak?" tanya karyawan itu pada Aksa. "Kira-kira jam berapa Rindu balik ke sini lagi?" Aksa harus menemui Rindu hari itu juga titik. "Sekitar jam dua atau jam tiga gitu deh." "Ya sudah, nanti sore saya ke sini lagi sekitar jam lima." Aksa pun pamit kembali ke kantor. Dia pastikan sore nanti akan kembali ke toko untuk menemui Rindu. Benar saja, tepat jam lima sore, Aksa datang kembali ke toko kue Rindu. Saat dia datang Rindu sedang berada di luar bersama Rafa sambil menggelap kaca depan toko. Melihat kedatangan Aksa, Rindu mengajak pria itu masuk toko. Saat itu Rindu mengira Rafa ikut masuk bersamanya. Namun, saat mendengar teriakan di luar toko, dia pun menjadi panik karena Rafa tidak ada bersamanya. Sementara di luar sudah ramai orang berkumpul. Rindu segera keluar dari toko diikuti oleh Aksa. Betapa terkejutnya dia melihat Rafa tergeletak di jalanan dan dikerubuti banyak orang. Tanpa perintah siapa pun, Aksa mengangkat tubuh Rafa dalam gendongannya menuju rumah sakit bersama Rindu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD