58 – Diskusi Pertama

1688 Words

Mas Bima seperti orang sakit, dari membuka mata sampai sarapan bersama, tidak berhenti tersenyum. Apa lagi saat tatapan kami bertemu, dia memandang seolah aku sedang telanjangg. Membuat kesal sekaligus merona. Harusnya ... yang sudah terjadi, biarkan terjadi. Jangan diungkit-ungkit lagi. Memang dia tidak terang-terangan menggodaku, tapi caranya menatap itu membuat salah tingkah. “Kita ... harus keluar hari ini,” ujarnya tiba-tiba, setelah beberapa saat hanya terdengar denting sendok beradu dengan piring. “Kau ‘kan tahu, tadi malam itu akal Mas benar-benar hilang. Jadi, semuanya lost control. Merobek gaun yang kau kenakan, bahkan sampai ke dalaman. Sebagai permintaan maaf, kita membeli yang baru. Berapapun yang kau mau, Mas tidak keberatan.” Mungkin pipi sudah setara dengan tomat busuk. B

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD