Pembicaraan tersebut berlanjut, hingga Sagara hampir tiba di gedung WO tempat meeting Felora, ditemani Kikan dan Fay. Fayra juga mengabari sudah di sana. Hanya adiknya yang tahu kepulangannya. Sagara meninggalkan koper dalam mobil, bergegas turun. Sepatu putih yang dikenakan, membawa langkahnya lebar-lebar juga cepat. Fayra menunggu, “Kak!” Sagara mendekat, memeluk adiknya, “Felora di mana?” “Astaga, tanya dulu kabar adikmu dulu bisa kan?! Langsung saja tanya Felora!” decaknya sebal. Sagara mengusap puncak kepala adiknya, “kamu terlihat baik, sehat. Makanya aku tidak tanya kabar.” Sambil merangkulnya. Fayra menunjukkan jalan menuju ruang meeting. “Aku tadi bilangnya dapat telepon penting, padahal tunggu kamu di lobi pas kamu kabari sudah dekat.” “Dia masih murung?” tanyanya.