bc

Suami Nona Muda

book_age16+
915
FOLLOW
5.6K
READ
love after marriage
confident
drama
sweet
bxg
enimies to lovers
tricky
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Seorang Nona Muda bernama Jennifer Kielle terpaksa menikah dengan seorang satpam bernama Ibram Abraham yang bekerja di rumahnya atas perintah sang ayah. Padahal, di saat yang sama, Jennifer tengah dimabuk asmara pada seorang aktor ternama.

Kisah pernikahan keduanya yang terjalin dalam rasa hambar karena Jennifer yang terus berlari menggapai cinta sang aktor, belum lagi kisah mereka dibumbui dengan berbagai teror misterius yang selalu mengintai keselamatan Jennifer di mana pun.

Bisakah seorang satpam meluluhkan hati dan juga melindungi Nona Mudanya?

chap-preview
Free preview
Jennifer
“Bisakah kau menjauhkan tanganmu dari kulit mulusku?” Itu adalah kalimat peringatan yang diungkap oleh seorang Jennifer Kielle untuk ke-tiga kalinya. Ia menghempaskan tangan seorang teman pria yang dengan lancang mengusap kulit wajahnya yang baru saja selesai melakukan sebuah perawatan dua jam lalu. Seharusnya, kulit wajahnya tidak tersentuh selama seharian ini. “Kau terlalu berlebihan, Jen! Oh, ayolah? Aku hanya mengusap wajahmu dengan halus, bukan mencakarnya. Aku yakin tidak akan meninggalkan bekas sama sekali,” elak pria yang tadi telah melakukan sebuah kelancangan kepada seorang Jennifer, ia adalah Darel—salah satu teman yang Jennifer dapatkan ketika zaman kuliah. “Tetapi mungkin saja tanganmu tersebut mengandung kuman-kuman yang sangat banyak dan menempel di pipiku yang mana pada akhirnya akan membuat seluruh rangkaian perawatan yang aku lakukan pada wajahku akan berakhir dengan sia-sia. Apa kau mau ganti rugi jika timbul satu bintik merah di wajahku?” Darel memutar bola matanya malas. Jennifer adalah seorang wanita yang sangat memuja kecantikan. Ia melakukan perawatan setiap harinya untuk setiap helai rambut yang menghias kepalanya dan seluruh bagian tubuhnya hingga ujung kaki. Tak ada satu inci pun tubuhnya yang lolos dari perawatan. Bahkan, selama kurun waktu dua tahun ini, Jennifer selalu menghabiskan dua jam di pagi hari untuk berada di salon. Dan itu ia lakukan setiap hari, Jennifer melakukan hal tersebut sejak ia mengetahui sebuah berita yang menginformasikan salah satu idolanya yang berasal dari Korea Selatan selalu menghabiskan empat jam di pagi hari untuk berada di salon. Ingin rasanya Jennifer menyaingi waktu perawatan idolanya tersebut, hanya saja jabatannya sebagai salah satu manajer produksi di perusahaan milik ayahnya sendiri membuat ia harus berkecimpung di dalam kantor dan melibatkan dirinya dengan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan jabatannya. “Aku selalu menunggu datangnya jerawat hinggap di wajahmu, Jen, aku yakin kau akan tampak sangat manis jika saja ada satu jerawat yang bersedia mampir di wajahmu,” komentar Darel dengan nada yang sangat santai. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kayu dari kursi yang kini ia duduki. Keduanya berada di salah satu restoran mahal, Jennifer yang memilih tempatnya dan Darel hanya bisa mengangguk saja. Dalam sejarah pertemanan mereka, tak sekalipun Darel mendapati Jennifer yang mau berkunjung ke restoran-restoran yang harganya terjangkau. Memang seperti itulah Jennifer, boneka berbi berjalan yang sangat cantik dan memiliki gaya hidup yang luhur. “Aku tidak berniat untuk menumbuhkannya di wajahku, bagaimana jika nanti kau katakan saja pada jerawat agar mereka hinggap di wajahmu? Aku yakin kau juga akan terlihat manis jika saja ada satu jerawat yang timbul di ujung hidungmu yang lancipnya tak wajar itu!” “Kau selalu senang mengejekku!” kesal Darel dengan wajah yang menunjukkan mimik tak suka. Tak serius, karena sejujurnya ejekan yang dilontarkan oleh Jennifer memang sudah sangat sering ia dengar sejak mereka menjalin pertemanan. “Tidak, aku tidak mengejek, tetapi hanya mengatakan fakta saja,” elak Jennifer. *** Langkah kakinya yang sangat anggun membuat Jennifer sempat menarik perhatian banyak lelaki, itu hanya sekejap karena tak lama kemudian tubuh molek tersebut sudah masuk ke dalam sebuah mobil berwarna merah menyala yang mana hanya ada dua puluh tiga unit saja yang diproduksi untuk kurun waktu seratus tahun ke depan. Setelah duduk dengan tenang, Jennifer menghela napas panjang seraya mengusap dadanya sendiri, hal tersebut ia lakukan guna menghilangkan rasa kesalnya pada teman sejawat yang sangat menyebalkan yang baru saja ia tinggalkan di dalam restoran. “Nona, apakah saya harus melajukan mobilnya sekarang?” tanya Rama, seorang sopir profesional yang dibayar ayahnya untuk mengantar Jennifer ke mana pun. Jennifer menggelengkan kepalanya keras. “No, bisakah kita berdiam diri sejenak? Aku harus meredakan amarah yang ada di dalam dadaku karena Darel yang sangat menyebalkan itu berhasil mengobrak-abrik emosiku hingga ke ubun-ubun. Kau tahu bukan jika tak baik berkendara saat sedang marah?” “Tapi bukan kau yang menyetir—“ “Tetap saja aku pun termasuk pengendara karena aku juga duduk di dalam mobil ini karena mobil ini milikku. Ah tidak, mungkin masih milik Daddy. Tetapi aku yakin jika sebenarnya Daddy membelinya untukku, dia hanya gengsi untuk mengatakannya,” cerocos Jennifer dengan tangan yang mengipas-ngipas wajahnya sendiri. Jennifer memang sosok anak yang sangat dekat dengan ayahnya yang mana merupakan satu-satunya orang tua yang kini ia miliki. Ibu dari Jennifer meninggal ketika Jennifer masih berusia dua tahun. Namun demikian, Jennifer tak pernah merasakan kekurangan kasih sayang karena ayahnya merupakan pria hebat. Selain sukses dalam dunia bisnis, ayahnya pun merupakan seseorang yang sangat penyayang. Nicholas Kielle, begitu namanya tersohor. Jennifer sangat bangga dengan pria yang mana telah menyumbangkan darah pada tubuhnya hingga ia bisa beruntung dan terlahir sebagai putri Kielle. Putri yang dimanjakan oleh ayahnya dan juga seluruh orang yang bekerja pada ayahnya. Jika ia mengalami sebuah kesulitan, sering kali tangan orang lain bertindak lebih cepat untuk mengatasinya. Begitulah kehidupannya yang membuat Jennifer merasa beruntung akan hidupnya yang sempurna. *** “Rama berhenti sekarang juga!!” teriak Jennifer kala ia melihat sebuah kerumunan di depan sebuah gedung salah satu stasiun televisi. Dari kejauhan, ia melihat seorang aktor terkenal yang baru saja keluar dari gedung. Kedua mata cantik Jennifer langsung saja membelalak ketika menyadari jika sosok yang menjadi dalang kerumunan tersebut adalah idolanya, suami masa depannya. Dave Damian. Jennifer segera turun dari mobil yang dikendarai oleh Rama dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya. Langkah kakinya yang sangat anggun membawa Jennifer berada di tengah-tengah kerumunan. Namun, ia tidak sudi untuk berdesak-desakan karena takut jika kulit mulusnya akan tergores sesuatu yang akan membuatnya tak sempurna lagi. “Permisi, tolong minggir sejenak karena aku harus menemui suami masa depanku,” usir Jennifer dengan satu telunjuknya yang ia gunakan untuk menggeser tubuh-tubuh yang menghalangi langkah kakinya. Namun, seperti biasanya ia tidak akan mendapatkan jalan karena orang-orang yang berkerumun itu lebih fokus pada sosok Dave yang kini sudah masuk ke dalam mobil miliknya. Jennifer mendengus kesal dibuatnya. Ia sudah bersusah payah turun dari mobilnya dan mau menerjang teriknya matahari hanya demi bertemu dengan calon suami masa depannya. Namun, usahanya tersebut sia-sia karena lautan manusia yang tidak dapat ditembusnya. “Ini semua karena kalian manusia-manusia menyebalkan yang berani-beraninya menghadang jalanku!” kesal Jennifer yang tentu saja sama sekali tak mengundang perhatian banyak penggemar lain yang ada di sekitarnya. Melihat mobil milik Dave sudah meninggalkan area, Jennifer pun kembali berjalan menuju mobilnya dengan mimik wajahnya yang terlihat masam. Rama yang mendapati hal tersebut sudah tidak asing lagi, Jennifer selalu menunjukkan mimik wajah yang sama setiap kali gagal bertemu dengan idolanya. Seingat Rama, dari sekian ratus percobaan yang Jennifer lakukan untuk bisa bertemu dengan Dave Damian, puluhan di antaranya gagal dan sisanya hampir berhasil. Hanya hampir, tetapi tidak pernah berhasil. Mungkin Tuhan belum mau memberikan izin kepada wanita manja dan feminin itu untuk bertemu dengan pria idamannya. “Apa kau—“ “Gagal lagi, tolong jangan mengejekku karena aku gagal bertemu dengan calon suamiku di masa depan, Rama. Kau tahu bukan jika kau melakukannya maka aku akan sangat bersedih?” Jennifer sudah lebih dulu memotong kalimat yang akan diungkapkan oleh sopir rasa temannya tersebut. Rama mendengus geli. “Aku hanya akan bertanya.” “Dan kau sama sekali tidak perlu melakukannya. Aku bisa menelan rasa kecewaku karena gagal bertemu dengan suami masa depanku sendirian. Aku tidak mau berbagi rasa kecewa mendalam yang aku rasakan ini,” tutur Jennifer dengan mimik wajah yang masih masam. Ia melipat tangannya dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil dengan tak nyaman. “Rama, apa menurutmu ide bagus jika aku meminta ayahku agar menjodohkanku dengan Dave Damian? Aku yakin jika Dave tak akan menolakku setelah dia bertemu dengan diriku yang memiliki kontur wajah bak titisan dewi ini.” Rama memutar bola matanya secara diam-diam. “Sepertinya itu ide yang cukup buruk, Nona. Kau tahu bukan banyak kisah mengerikan terjadi dalam perjodohan?” Jennifer mengangguk singkat. “Kau benar, tetapi aku yakin akan berbeda hasilnya jika yang dijodohkan adalah aku dan Dave. Kau bisa melihatnya sendiri bukan betapa aku sangat cocok dengan Dave? Dia adalah pria tampan, mapan, dan juga berkelas. Sama seperti diriku, aku pun wanita cantik, berkarier cemerlang, dan juga berkelas.” “Jika begitu, sebaiknya kau segera membicarakannya kepada Tuan Nicholas,” saran Rama pada akhirnya. Padahal ia tahu jika Nicholas tak akan pernah mau melakukannya. Bahkan pria tua itu sudah sering memprotes dinding kamar putrinya yang bergambar wajah seorang pria. Jennifer mengangguk dengan semangat. “Kau memang sangat cemerlang, Rama! Aku akan segera meminta ayahku untuk menjodohkan aku dengan Dave. Kau tunggu saja sebentar lagi wajahku akan wara-wiri di layar televisi dan orang-orang akan memanggilku dengan sebutan Jennifer Damian.” Senyum yang Jennifer tunjukkan sangat cerah, secerah hatinya yang berbunga-bunga karena memikirkan jika dirinya akan segera dijodohkan dengan pria yang selama ini selalu hadir di pelupuk matanya. Ketika ia sedang terbangun atau bahkan bermimpi sekalipun, hanya wajah Dave yang selalu terbayang. “Apa menurutmu Dave akan menyukaiku?” ”Bukankah kau sangat percaya diri tadi?” balas Rama dengan helaan napas yang terdengar sangat kasar. Seolah baru mengingat dirinya yang sangat percaya diri, Jennifer kontan saja menganggukkan kepalanya. “Ah, ya. Kau sangat benar, sudah pasti Dave akan menyukaiku.” “Sepertinya kau salah mendengar, Nona. Aku mengatakan bahwa kau sangat percaya diri, bukan—“ “Itu artinya kau menyetujui ucapanku bahwa Dave akan menyukaiku,” serobot Jennifer dengan cepat. “Baiklah, terserah kau saja.” Jennifer mengangguk dengan sebuah senyuman di bibir, saat ini suasana hatinya sedang baik. Semoga saja ketika sampai di rumah, suasana hatinya tak akan berubah. Karena di sana, ada salah satu pengawal ayahnya yang sangat menyebalkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook