“Kenapa lihatin saya kayak gitu? Kamu masih nggak rela saya harus pulang?” Tidak ada yang lebih indah dari pemandangan yang menyuguhkah raut wajah jatuh cinta, sorot mata bahagia, dan bibir yang tersenyum dari hati. Seperti sebuah paket komplit, sayang sekali Andi yang penuh cinta adalah Andi di bawah pengaruh mantra. Itu semua yang disesalkan Natasha malam ini. Natasha memperhatikan Andi lamat-lamat. Dalam diam Natasha sedang menimbang-nimbang, sesiap apakah dirinya kehilangan sosok Andi yang sebucin ini padanya? Apa sebaiknya Natasha membuat Andi menikah dulu dengannya, baru kemudian mencabut jampi-jampi itu? Ah, batin Natasha bergulat. "Gue masih kangen sama elo, pengen terus deket-deket elo." Natasha menyenggol bahu Andi. "Gue nggak mau lo balik, karena bisa jadi ini malam terakhir

