PART 3. KEMBALI BERSEMANGAT

2252 Words
Mikha terlihat tidak bersemangat di depan ayah dan ibunya saat sedang makan malam. Raut wajahnya membuat Naura khawatir dengan putri bungsunya. "Mikha.. ada apa?" tanya Naura sembari memgangi tangan Mikha. "Tidak ada apa-apa, bu" balas Mikha dengan napas yang berat. "Lalu kenapa wajah mu seperti itu?" tanya Nino. "Tidak ada apa-apa, ayah.." balas Mikha kembali menatap ke arah ayahnya. "Kamu membuat masalah lagi?" lanjut Nino yang masih saja penasaran dengan putrinya. Mikha menarik pasokan udaranya lalu membuangnya dengan kasar. "Aku membuat Earlene kecewa.." ungkap Mikha jujur. "Memangnya kenapa?" "Hm.. sudahlah. Aku tidak napsu makan, Aku kembali ke kamar saja" ucap Mikha beranjak dari kursinya. Naura yang ingin mencegatnya namun Nino lebih dulu menahan istrinya. "Biarkan saja.. sepertinya ini masalah anak remaja" ucap Nino. "Oh iya.. kemana Nana?" lanjut Nino. "Nana ada urusan, mungkin sebentar lagi pulang" balas Naura. Nino dan juga Naura melanjutkan makan malamnya tanpa kehadiran kedua putrinya, sedangkan Mikha tampak sudah terbaring di atas ranjangnya. Dimana hatinya merasa gelisah karena tidak bisa membantu Earlene. Cukup lama Mikha terbaring tidak berdaya di atas ranjangnya, namun ia beranjak setelah mendengar suara Nana yang baru saja kembali dari rumah sakit. Mikha menuju kamar Nana untuk berkonsultasi dengan kakaknya mengenai permasalahannya dengan Earlene. Mikha memutuskan untuk jujur pada Nana demi mendapatkan solusi dari kakaknya. Mikha mendapati kakaknya yang sedang terbaring di atas ranjang dengan wajah sumeringah. "Kak, kamu kenapa?" tanya Mikha penasaran lalu mendekat. "Kamu tau lelaki yang Aku ceritakan pada mu setelah acara anniversary Capitaland kemarin, kan?" ungkap Nana bersemangat. "Jarvis itu?" balas Mikha memastikan. "Hm iya---Aku tadi baru saja bertemu dengannya" jelas Nana terbangun dari posisi baringnya. "Pantas saja kamu tidak ikut malam dengan ayah dan ibu" ucap Mikha. Melihat kakaknya yang begitu senang membuat Mikha penasaran dengan wajah Jarvis. Mikha meminta Nana untuk memperlihatkan wajah Jarvis padanya. Namun sayangnya Nana tidak memiliki foto wajah Jarvis. "Padahal Aku sangat penasaran ingin melihat bagaimana tampangnya sampai kamu seperti saat ini" ungkap Mikha. Lalu Nana teringat dengan sebuah potret yang dikirimkan Jarvis padanya tadi siang. Dimana potret tersebut diambil saat Jarvis telah menyelesaikan masa magangnya sebagai pemagang terbaik di Capitaland. Saat itu Jarvis memiliki kesempatan untuk berfoto dengan pemilik Capitaland dan para manager lainnya. Nana menyodorkan ponselnya dan memperlihatkannya pada Mikha. Mikha mendapati wajah ayahnya yang juga berada di dalam potret tersebut. Nana menujuk wajah Jarvis dalam potret yang dikirimkannya. Nana juga teringat dengan pertanyaan Mikha saat menghadiri acara anniversary Capitaland beberapa hari yang lalu. "Bukannya kamu penasaran dengan wajah pemilik Capitaland itu?" tanya Nana. Mendengar pertanyaan kakaknya membuat suasana hati Mikha kembali buruk mengingat kejadian na'as yang menimpanya dengan pemilik Capitaland. "Dia ada di dalam foto itu" lanjut Nana. Mikha yang melihat kembali potret itu tampak bingung dengan perkataan kakaknya, dimana dalam potret itu Mikha tidak mendapati wajah lelaki yang di kiranya adalah pemilik Capitaland. "Yang mana, kak?" tanya Mikha penasaran. Nana menujuk seorang lelaki paruh baya namun masih terlihat tampan dengan postur tubuh yang bugar. "Apa kamu yakin?" tanya Mikha kembali memastikan. "Iya! Jarvis sendiri yang memberitahu ku" balas Nana yakin. "Lalu siapa lelaki itu? Kenapa pengawal itu memanggilnya dengan nama Tn. Kelsey? Apa Aku salah dengar? Apa Aku halusinasi saja karena beban pikiran proposal itu?" batin Mikha menerka-nerka. "Kalau benar lelaki itu bukan Tn. Deefan Alastair Kelsey itu berarti Aku masih memiliki kesempatan untuk membantu Earlene!" lanjut Mikha bersemangat. "Hey.. Mikha!" tegur Nana saat mendapati adiknya sedang melongo. "Thank you, kak!" balas Mikha seketika bersemangat membuat Nana menatapnya bingung. Mikha kemudian kembali ke kamarnya untuk menghubungi Earlene. Namun sayangnya Earlene tidak menjawab panggilannya. *** Keesokan harinya, Mikha mencari Earlene untuk memberitahunya kembali kalau dirinya akan membantunya lagi meloby proposal penelitiannya. Dan kali ini Mikha sangat yakin kalau dia akan berhasil. Mikha bertemu dengan Earlene di kelas Prof. Oliver, baru saja Earlene ingin bercerita pada Mikha tentang proposalnya yang di tolak tiga perusahaan namun Mikha mendahuluinya membuat Earlene hilang kontrol hingga mendapat t7eguran dari Prof. Oliver. Earlene memeluk Mikha dan berterima kasih padanya. "Ssstt... " ucap Mikha yang tidak ingin mendapat teguran untuk kedua kalinya. Setelah perkuliahannya selesai, Mikha mendatangi Capitaland kembali. Seperti biasanya Mikha berhasil masuk dengan aman, kali ini ia memakai kacamata hitam agar tidak dikenali dimana sudah banyak kali ia datang dengan memasang wajahnya di Capitaland. Salah seorang staff mendekat dan mendekatinya menawarkan bantuan. Lagi dan lagi Mikha dengan rencana yang sama, ia berbohong mengatakan sudah membuat janji dengan Tn. Deefan Alastair Kelsey. Namun staf itu tidak mengijinkan Mikha bertemu dengan Tn. Kelsey. Mikha yang kesal karena alasan staff itu tidak menuruti perkataannya menantang staff tersebut hingga keduanya rebut. Staff itu mendorong Mikha hingga terjatuh, baru saja staff itu ingin menarik Mikha keluar namun tangannya berhasil di cegat. Staff tersebut sangat terkejut saat melihat orang yang mencegat tangannya adalah Noah Arthur Kelsey, wakil presdir Capitaland. "Hm... Tu---" Baru saja staff itu ingin menyebutkan namanya, namun Noah lebih dulu meminta Sein untuk mengurus staff tersebut. Sein asisten pribadi Noah membawa staff tersebut menjauh dari Noah dan juga Mikha. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Noah sembari menjulurkan tangannya pada Mikha. Mikha meraih tangan Noah dan mengucapkan terima kasih padanya karena sudah membantunya. Mikha sama sekali tidak mengenali Noah, dimana malam kejadian anniversary Capitaland saat ia dalam pengejaran Noah-lah yang menolongnya. Namun kondisi ruangan yang minim cahaya membuat Mikha tidak begitu fokus, berbeda dengan Noah yang mengenali wajah Mikha. Wajah yang membuatnya malam itu juga tertarik. "Apa Aku bisa tau maksud kedatanganmu kesini?" tanya Noah penasaran. "Apa kamu juga staff disini?" balik tanya Mikha. Noah mengangguk membenarkan pertanyaan Mikha. "Hm.. Aku ingin bertemu dengan Tn. Deefan Alastair Kelsey" ungkap Mikha jujur. Noah terdiam sejenak mendengar permintaan Mikha untuk bertemu dengan Deefan. "Apa keperluan mu?" tanya Noah kembali. Mikha balik terdiam dan tidak tau alasan apa yang akan ia berikan pada Noah. Lalu pandangan Noah teralihkan pada tangan kanan Mikha yang tengah memegang sebuah berkas. Noah berpikiran kalau Mikha datang untuk melamar pekerjaan di Capitaland. "Hm.. kamu ingin menjadi staff disini?" tanya Noah to the point. "Hm.. tidak! Bukan!" jelas Mikha mengelak. "Lalu?" "Apa Aku bisa melihat yang kamu pegang itu?" pinta Noah ramah. "Kenapa dia harus seramah ini pada ku!" keluh Mikha dalam hati. Mikha merasa perlakuan Noah sangat berbeda dengan beberapa staff serta pengawal yang ditemuinya di Capitaland memilih untuk jujur padanya. Mikha menjelaskan maksud kedatangannya, namun ia tidak memberitahu identitasnya pada Noah kalau dirinya adalah putri bungsu dari Nino Azel Ruby. Noah tertawa setelah menyadari kalau perkiraannya salah mengenai Mikha. "Sepertinya pengajuan proposal seperti ini tidak harus membuat mu bertemu langsung dengan presiden direktur Capitaland, Nona.." jelas Noah. "Aku rasa jika proposal itu langsung tiba di tangan Tn. Kelsey, Aku memiliki peluang yang cukup besar----hm, Ada sesuatu juga yang tidak bisa Aku katakana pada mu" ungkap Mikha jujur. "Aku akan membantu mu meloby proposal ini, tapi Aku minta maaf kalau Aku tidak bisa membantu mu untuk bertemu dengan Tn. Kelsey" jelas Noah. "Apa kamu yakin proposal ku akan di terima?" tanya Mikha memastikan. "Hm.. Aku akan memberitahu mu besok, bagaimana?" ucap Noah. "Ya! Aku akan datang besok lagi disin---" "Hm.. jangan disini, bagaimana kalau di café seberang kantor---makan siang?" sela Noah. Mikha menatap café seberang Capitaland dan menyetujui perkataan Noah. Mikha kemudian berterima kasih kembali pada Noah yang sudah ingin membantunya meloby proposal penelitian milik Earlene. Noah mencegat langkahnya saat Mikha ingin berpamitan. "Tunggu.. Aku belum tau nama mu" ucap Noah. "Ah.. iya. Aku belum memperkenalkan diri ku---hm, Aku Mikha Caleystra Ru---hanya sampai Caleystra saja" ungkap Mikha menyembunyikan marga Namanya. "Okay.. Mikha. Kamu bisa memanggil ku Noah" balas Noah tersenyum tipis menatap sikap lucu Mikha. "Kalau begitu, Aku permisi. Terima kasih, Noah" tutup Mikha dengan memperlebar senyumannya. Kepergian Mikha membuat Noah berbalik dan menuju lift. Disaat yang bersamaan Sein juga baru saja keluar dari lift. "Tn. Noah.." ucap Sein. Noah menyerahkan proposal Mikha pada Sein lalu memasuki lift. "Pecat staff tadi!" pinta Noah dengan wajah dinginnya. "Baik.. tuan" balas Sein nurut. *** Mikha berjalan menuju pintu keluar Capitaland, namun langkahnya tercegat saat mendapati Deehan yang baru saja ingin masuk ke dalam Capitaland. Mikha memasang kembali kacamata hitamnya agar tidak di kenali Deehan. Namun tampaknya, Deehan mengenali Mikha. Mikha bernapas lega saat Deehan melewatinya, namun sayangnya keberuntungan tidak memihaknya. Deehan memegangi pundak Mikha dan memaksanya berbalik kearahnya hingga keduanya saling berhadapan. Deehan meraih kacamata milik Mikha lalu membukanya. "Bukannya kita sudah pernah bertemu?" tanya Deehan. "Apa maksudmu?---hm, Aku tidak pernah bertemu dengan mu.. tuan" balas Mikha gugup. "Oh iya? Bukannya kamu wanita yang mengotori jas ku saat itu?" lanjut Deehan memojokkan Mikha. Mikha mencoba menahan diri agar tidak terpancing umpan Deehan, namun siapa sangka Deehan terus memojokkan Mikha hingga Mikha kehilangan kesabaran dan membenarkan perkataan Deehan. "Harusnya kamu berterima kasih karena sudah Aku tolong saat itu! Bukan malah menyuruh pengawal mu mengejar ku! Kaki sampai lecet saat itu karena berlari dengan heels ku!" keluh Mikha. "Kalau kamu memang hanya ingin menolong ku kenapa kamu harus melarikan diri dan panik?" balas Deehan yang tak mau kalah. "Tentu saja Aku lari, bagaimana tidak? Kalau malam itu keributannya sampai di telinga ayah ku!" batin Mikha menggerutu kesal. "Hey.. apa yang kau pikirkan?" lanjut Deehan membuyarkan lamunan Mikha. "Apa kamu salah satu orang yang sengaja melukai ku di acara itu?" tuduh Deehan yang membuat Mikha kesal. "Kamu benar-benar lelaki yang tidak terima kasih! Aku sudah menolong mu tapi kamu malah menuduh ku yang tidak benar!" balas Mikha marah. Mikha sangat kesal melihat Deehan yang terus menatapnya dengan tatapan curiga. Lalu tiba-tiba saja pandangannya teralihkan saat melihat Jarvis sedang berjalan dengan memegangi beberapa berkas. Mikha beranjak meninggalkan Deehan dan menuju Jarvis, namun pergelangan tangannya di tahan oleh Deehan. Mikha berusaha melepaskannya, cengkraman Deehan cukup kuat hingga membuat Mikha kesakitan. "Aw.. sakit!" Mendengar rintihan Mikha membuat Deehan mengendorkan cengkramannya hingga Mikha berhasil melepaskan diri. Mikha berlari menuju Jarvis lalu menegurnya. "Kak Jarvis?" tegur Mikha. Jarvis tertegun melihat seorang wanita yang mengenalinya, namun ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut. "Kamu mengenali ku?" tanya Jarvis pada Mikha. "Hm.. Aku Mikha adiknya kak Nana---hm, Nana Cerelia Ruby" jelas Mikha. Mendengar nama Nana yang disebutkan Mikha membuatnya mengangguk. "Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Jarvis. "Oh apa kamu ingin bertemu dengan ay---" "Tidak!" sela Mikha dengan nada yang sedikit tinggi hingga membuat Jarvis terkejut. "Bukan!---hm..." Mikha menjelaskan kedatangannya, ia mengatakan jujur pada Jarvis. Mikha juga merasa kalau posisi Jarvis lebih tinggi dari Noah, dimana Nana memberitahu Mikha kalau Jarvis memegang predikat pemagang terbaik selama di Capitaland. Deehan yang saat itu juga masih berada disana dengan samar mendengar percakapan antara Mikha dan juga Jarvis namun ia tidak menemukan inti dari percakapannya hingga membuat ia penasaran dan lebih mendekat. Jarvis terkejut melihat Deehan yang semakin dekat kearahnya. Hal itu membuat Jarvis tidak ingin terlalu lama dengan Mikha dan memutuskan pergi meninggalkannya. Mikha menggerutu kesal. Deehan mendekat dan menanyakan keperluan apa yang ingin membuat Mikha ingin bertemu dengan Deefan, namun Mikha dengan wajah juteknya mengabaikan pertanyaan Deehan lalu meninggalkannya. Deehan menghela napas kasar karena kesal dengan tingal Mikha. Mikha mengirimkan pesan pada Earlene, mengatakan kalau besok jawaban dari proposalnya akan di terima. *** Mikha dan Naura mengantar keberangkatan Nino ke bandara, dimana Nino akan pergi ke Jepang melakukan perjalanan bisnisnya. Nino meminta Mikha untuk tidak membuat masalah yang akan merepotkan ibunya. Naura meminta suaminya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya dengan kedua putrinya selama berada di Jepang. Naura juga meminta Nino untuk menjaga kesehatannya. Nino berjalan masuk dan meninggalkan Mikha serta Naura. "Berapa lama ayah pergi?" tanya Mikha sembari berjalan Bersama Naura menuju mobilnya. "Tadi ayah mu bilang dia akan pergi seminggu, ada apa memangnya?" tanya Naura. "Tidak apa" balas Mikha santai bersamaan dengan ia dan ibunya tiba di parkiran mobilnya. Mikha melajukan mobilnya menuju rumah, dimana Naura duduk disamping kursi pemudi sambil bercakap dengan Nana di dalam panggilan. Sepanjang perjalanan Naura juga membahas tentang perkuliahan Mikha serta pekerjaan Nana. Naura selalu bangga pada kedua putrinya, walaupun Naura tau kalau sejak awal suaminya tidak menyetujui Mikha mengambil jurusan seni. Namun karakter Mikha yang kekeuh dengan pendiriannya membuat Nino dan Naura mempercayakan masa depan Mikha ditangannya sendiri. *** Nama Deefan Alastair Kelsey tertulis jelas pada papan nama kaca yang berada di atas mejanya. Deefan yang sangat jarang berada di Capitaland hari ini menunjukkan dirinya setelah menyelesaikan pertemuannya dengan para staffnya. Deehan dan Noah berada di dalam ruangan Deefan sembari meminum teh kesukaan Deefan. "Bagaimana pekerjaan kalian akhir-akhir ini? Apa ada masalah?" tanya Deefan. Noah lebih dulu menjelaskan mengenai kendala yang di alaminya, namun ia berhasil menyelesaikan hingga membuat Deefan selalu puas dengannya. Lalu beralih pada Deehan yang selalu berada di nomor dua setelah Noah. Deehan sangat menyadari posisinya, dimana ia merasa kalau Deefan selalu lebih ingin menonjolkan Noah dari pada dirinya. Namun Deehan sama sekali tidak pernah merasa iri dengan Noah, ia justru melampiaskannya pada ayahnya. Walaupun Deehan tau kalau hal itu dilakukan ayahnya karena merasa bersalah atas kematian ibu Noah yang tidak lain adalah kakak kandung Deefan. Namun karena sikapnya itu membuat Deehan perlahan-lahan mengambil jarak dengannya. "Apa yang kamu pegangi itu, Noah?" tanya Deefan saat melihat Noah sedang memegangi sebuah berkas. "Hm.. hanya proposal biasa saja" balas Noah santai. Deehan meminta untuk meninggalkan ruangan ayahnya lebih dulu dan meninggalkan Noah serta Deefan di dalamnya. Kepergian Deehan dibiarkan begitu saja oleh ayahnya dan juga Noah. Deehan berjalan menuju ruangannya, dimana Deehan menjabat sebagai seorang CEO sedangkan Noah memiliki jabatan sebagai wakil presdir Capitaland. Deehan menyandarkan pundaknya pada kursi kerjanya sambil memijit pelipisnya. Lalu Theo selaku asisten pribadinya masuk untuk memberikan informasi padanya. "Bagaimana penyelidikannya?" tanya Deehan. "Maaf, Tn. Deehan. Aku masih belum menemukan apapun" balas Theo. "Hm.. baiklah. Pergi saja, Aku ingin beristirahat sebentar" pinta Deehan. Theo meninggalkan ruangan Deehan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD