PART 2. FIRST IMPRESSION YANG BURUK

2083 Words
Capital Art Gallery terlihat begitu megah dengan dinding nuansa klasik serta beberapa pilar raksasa yang menjadi peyanggahnya. Terdapat ratusan karya seni dari seniman ternama yang terpampang begitu indah di setiap dinding serta pojok galeri tersebut. Beberapa patung juga terlihat menghiasi galeri. Setiap tamu yang datang sedang membicarakan keindahan karya yang begitu luar biasa, hanya kalimat pujian yang terdengar mengisi galeri tersebut. Para pelayan yang telah disiapkan oleh Capitaland melayani para tamu dengan begitu sopan dan ramah. Pintu kembali di buka oleh seorang pengawal yang sedang berdiri di depan menyambut para tamu yang baru saja datang. Mikha dan Nana terlihat begitu cantic dengan gaun yang dikenakan. Mikha dibuat takjub dengan keindahan Capital Art Gallery yang baru kali ini ia kunjungi. Mikha yang mengambil jurusan seni tampak cocok dengan acara malam ini. "Wow! Keren sekali tempat ini, kak!" ucap Mikha jujur. Nana hanya mendengar perkataan adiknya dan terus melanjutkan langkahnya menyisiri galeri tersebut. Mikha lagi dan lagi di buat takjub dengan lukisan dari seniman kesukaannya. Bahkan Mikha meminta Nana untuk memotretkan dirinya di samping lukisan tersebut. Mikha begitu terbuai dengan keindahan karya seni di Capital Art Gallery hingga ia lupa dengan tujuannya datang acara tersebut. "Oh iya kak, apa kamu pernah bertemu Tn. Deefan Alastair Kelsey, pemilik Capitaland ini?" tanya Mikha. "Hm.. Aku belum pernah bertemu dengan orang sehebat dia, Mikha.. bagaimana mungkin" balas Nana jujur. "Bagaimana Aku bisa tau wajahnya, kalau kak Nana saja tidak mengenalinya" batin Mikha. "Sepertinya Aku sendiri yang harus mencari tau---Aku yakin di galeri ini pasti memasang wajah Tn. Kelsey itu" lanjut Mikha yakin. Mikha berasalan untuk pergi ke toilet pada Nana, alih-alih ia harus mencari potret Tn. Kelsey untuk bisa mengenalinya saat ingin menyerahkan proposal penelitian milik Earlene dan juga Gama. Mikha meninggalkan Nana dan menyusuri galeri tersebut, namun ia sama sekali belum menemukan potret pemilik dari Capitaland. Kakinya mulai terasa sakit karena heels yang ia kenakan. Lalu tiba-tiba saja ia melihat seseorang dengan sengaja menyenggol patung raksasa yang berada di dalam galeri hingga patung tersebut akan jatuh menimpa seorang lelaki yang tengah berjalan menuju arah patung dengan sebuah wine yang di peganginya. Betapa terkejutnya Mikha melihat hal tersebut hingga membuatnya berlari menuju lelaki itu lalu mendorongnya dan terjatuh di lantai. Gelas wine itu pecah dan membuat wine itu mengotori baju lelaki tersebut. Kejadian itu mengejutkan semua para tamu. Mikha menindih tubuh lelaki itu yang tersungkur di lantai. Melihat posisi yang kurang menyenangkan membuat Mikha tersadar lalu terburu-buru bangun dari tubuh lelaki tersebut. Deehan Alterio Kelsey terkejut melihat seorang wanita yang berlari kearahnya dan menolongnya. Deehan juga kembali di kejutkan saat melihat wanita itu adalah wanita yang beberapa hari yang lalu melakukan keributan di Capitaland. Sedangkan Mikha hanya diam sambil menyembunyikan wajahnya. "Jangan sampai adik mu membuat masalah, Nana" pesan Naura sebelum keduanya berangkat. "Hm.. maaf tuan. Aku tadi melihat seseorang menabrak patung itu dan patung itu akan jatuh menimpa mu" jelas Mikha jujur. Deehan hanya diam sembari mengamati wajah Mikha untuk memastikannya kembali. Lalu tiba-tiba saja seorang lelaki berjas hitam datang mendekat sembari memanggil Deehan. "Tn. Kelsey, apa Anda baik-baik saja?" ucapnya. Mata Mikha terbelalak mendengar lelaki itu menyebutkan nama Tn. Kelsey pada lelaki yang baru saja di dorongnya. "Apa? Tn. Kelsey? Apa dia Deefan Alastair Kelsey pemilik Capitaland ini?" batin Mikha menerka-nerka. Namun Deehan masih saja terdiam dengan tatapan yang sama kearah Mikha. Mikha yang panik karena first impression-nya pada pemilik Capitaland begitu buruk, ia tak ingin mendapat masalah lalu mengambil kesempatan kabur dari Deehan. Mikha berlari dengan kaki yang terasa sakit, ia bahkan melupakan Nana demi menyelamatkan dirinya. Mikha melihat beberapa pengawal tengah mengejarnya. Capital Art Gallery sangat luas membuat Mikha mengalami krisis oksigen, lalu tiba-tiba saja tangan Mikha di tarik seseorang yang tidak di kenalinya dan memasukkannya ke dalam sebuah ruangan yang minim pencahayaan. "Sssttt!" pinta lelaki tersebut sambil meletakkan tangannya di bibir Mikha. Mikha mengatur pernapasannya yang tersegal-segal karena berlari dari kejaran para pengawal tersebut. Lelaki itu menatap kearah cela pintu dan melihat para pengawal itu telah pergi. Setelah para pengawal itu pergi, lelaki tersebut meminta Mikha untuk bisa bernapas lebih lega. Mikha kemudian melihat ke arah luar ruangan dan tidak mendapati para pengawal tadi yang mengejarnya. "Terima kasih" ucap Mikha dengan pernapasannya yang masih saja kacau. Lalu Mikha meninggalkan lelaki itu yang belum sempat mengatakan sesuatu padanya. Kepergian Mikha yang begitu saja membuat lelaki itu mengukir senyum tipis di sudut bibirnya. Mikha kemudian berlari lagi hingga hilang dari pandangan Noah. "Permisi Tn. Noah, apa Anda tadi melihat seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna merah di sekitar sini?" tanya seorang pengawal pada Noah. "Tidak. Ada apa?" tanya Noah dingin. "Patung raksasa kesukaan Tn. Kelsey jatuh dan hampir mengenai Tn. Deehan" jelas pengawal tersebut. "Lalu apa hubungannya dengan wanita gaun merah itu?" tanya Noah bingung. "Tn. Deehan hanya ingin mengintrogasinya saja" balas pengawal kembali. "Tidak. Aku tidak melihatnya" jelas Noah. Beberapa pengawal tersebut membungkuk sebelum meninggalkan Noah. Lalu Noah berjalan masuk dan mendapati Deehan tengah berdiri tepat dimana tadi sebuah patung jatuh dan hampir menimpanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Noah pada Deehan. "Tidak apa-apa" balas Deehan santai. Noah melirik tipis saat Deehan enggan mengatakan yang sebenarnya padanya. Lalu beberapa pengawal kembali mendatangi Deehan. "Kami tidak menemukannya, tuan.." bisiknya yang dapat di dengar oleh Noah. Deehan hanya mengangguk dan meminta pengawal itu pergi. Setelah semuanya beres, acara kembali di lanjutkan. Dimana pemandu acara mengambil mic dan menyambut Deehan serta Noah untuk menggantikan Deefan yang sedang berhalangan hadir. Deehan dan Noah naik ke atas podium dan melakukan pidatonya masing-masing serta mengucapkan banyak terima kasih pada semua tamu. Disaat Deehan dan Noah sedang melakukan pidato, Nana baru menyadari kalau Mikha belum juga kembali dari toilet. Nana mencari Mikha ke dalam toilet namun tidak menemukannya, lalu tiba-tiba saja Nana di kejutkan dengan seorang lelaki yang menegurnya. "Nana?" ucapnya dengan suara berat. "Hm, iya?" balas Nana. Nana menatap lelaki itu cukup lama hingga kenangan lama terbesit di benaknya. "Jarvis?" lanjut Nana setelah mengenali lelaki yang menegurnya. "Ya.. Aku pikir kamu sudah tidak mengenal ku" balas Jarvis tertawa. "Hm.. iya. Maaf, tadi Aku memang sedikit kesusahan mengenal mu---apa yang kamu lakukan disini?" tanya Nana. "Aku baru saja menjadi seorang staff di Capitaland---bagaimana dengan mu? Apa kamu juga staff Capitaland?" tanya Jarvis kembali. Nana menjelaskan kalau dirinya bukanlah seorang staff Capitaland dan ia hanya menggantikan ayahnya hadir karena ayahnya adalah seorang manager keuangan di Capitaland. Nana juga memberitahu Jarvis kalau dia sedang kehilangan adiknya yang ikut bersamanya ke acara tersebut. Jarvis terkejut mendengar ayah Nana yang juga bekerja di Capitaland. "Dimana kamu kehilangan adik mu?" tanya Jarvis. "Tadi dia mengatakan kalau hanya ingin ke toilet saja" balas Nana panik. "Apa kamu sudah menghubunginya?" "Ah iya, Aku lupa---Aku akan menghubunginya" ungkap Nana sembari mengambil ponsel miliknya. Nana kemudian menghubungi Mikha, dimana dalam panggilannya Nana sedikit lega setelah mengetahui Mikha kembali lebih dulu karena mengalami sakit perut. Nana berpamitan pada Jarvis setelah mendapat kabar dari Mikha. Namun Jarvis menahan Nana dan meminta nomor ponselnya. "Apa kita bisa saling berkomunikasi lagi?" ucap Jarvis. "Oh iya, tentu saja" balas Nana sedikit terburu-buru. Nana memberikan nomor ponselnya pada Jarvis lalu meninggalkan Capital Art Gallery untuk melihat kondisi Mikha. Acara terus saja berlangsung, Deehan telah menyelesaikan pidatonya sedangkan Noah masih berada di atas podium. Deehan mengingat kembali wajah Mikha serta kejadian janggal yang membuat patung itu terjatuh kearahnya. Deehan meminta para pengawalnya untuk menyelidiki kejadian tersebut yang hampir saja membahayakan nyawanya. *** Mobil sedan berwarna putih tulang berhasil menepi di sisi kanan halaman parkir kampus. Mikha keluar dari mobil sambil memperbaiki kunciran rambutnya. Dengan langkah kaki yang pendek ia berjalan menyusuri koridor kampus sembari mencari keberadaan Earlene. Dimana sejak tadi Earlene tidak menjawab panggilannya. Mikha menuju perpustakaan, taman kampus, pantry dan juga kelas namun tidak menemukan Earlene. Lalu ia kebetulan melihat Veronika dan bertanya padanya. "Apa kamu melihat Earlene?" tanya Mikha. "Tadi Aku melihatnya di depan ruangan Prof. Oliver, mungkin saja masih ada disana" balas Veronika. "Thank you----" "Eh iya, Aku sudah membawa proposalnya di AON Art Gallery tinggal tunggu jawabannya" sela Veronika. "Baguslah.. kabari Aku selanjutnya" balas Mikha dengan langkah terburu-buru mencari Earlene. Mikha berlari menuju ruangan Prof. Oliver berharap mendapati Earlene dan memberitahunya kalau dirinya tidak bisa lagi membantu untuk meloby proposal penelitiannya di Capitaland, mengingat kejadian semalam yang menimpa dirinya dengan Tn. Kelsey. "Setidaknya Aku sudah berusaha" batin Mikha menyemangati dirinya. Mikha tiba di ruangan Prof. Oliver dan mendapati Earlene dan Gama di sana. "Mikha!" tegur Earlene. "Aku sejak tadi mencari mu" ucap Mikha. "Ada apa?" "Oh iya, bagaimana dengan proposalnya.. Mikha?" sela Gama mendahului Mikha. "Hm itu yang akan Aku katakana pada kalian" balas Mikha dengan wajah frustasinya. "Proposalnya di tolak?" tanya Earlene. "Hm.. Aku membuat kesalahan---ayah ku marah pada ku" balas Mikha berbohong. "Apa yang kamu perbuat?" tanya Earlene. "Aku mengacaukan pekerjaan ayah ku dan dia sangat marah. Aku tidak berani lagi meminta bantuannya---kamu tau ayah ku, kan.. Len" jelas Mikha. Earlene menghela napas panjang menatap wajah Mikha yang terlihat sedih. "It's okay, Aku dan Gama akan mencari geleri lainnya" ungkap Earlene tak mempermasalahkannya. "Tapi kita sudah tidak memiliki tempat lain, Len" sela Gama. "Aku akan mencari galeri lain---masih lima hari lagi kan?" balas Earlene. Gama terlihat kecewa dan meninggalkan Mikha dan juga Earlene. Earlene mencoba menghibur Mikha agar sahabatnya tidak terus merasa bersalah padanya. Earlene begitu peduli dengan Mikha dan sangat memahami kondisi Mikha di depan ayahnya. "Maafkan Aku, Len.." ucap Mikha. "Kenapa kamu meminta maaf? Aku yang meminta bantuan mu, kan? Lagi pula saat meminta bantuan mu, kamu juga sudah mengatakan kalau proposalnya belum terjamin bisa di terima, kan?" jelas Earlene. Earlene terus saja terlihat optimis walau dalam benaknya sendiri ia merasa sangat khawatir dengan proposal penelitiannya, mengingat target pengajuannya tinggal lima hari. Dan Earlene benar-benar tidak memiliki galeri pengganti untuk di Capital Art Gallery. Namun ia harus melakukannya agar Mikha tidak terus menyalahkan dirinya. Earlene juga meminta Mikha untuk tidak membebani pikirannya dengan masalah proposal penelitiannya. Mikha dan Earlene kembali ke kelas untuk menghadiri kelas sejarahnya. *** Suara dering pesan dari ponsel Nana mengalihkan pandangannya saat sedang menyantap makan siangnya dengan teman dokternya yang lain. Nana menatap nomor tanpa nama di dalam layar ponsel miliknya. "Hai, Nana. Ini Aku Jarvis" tulis pesan tersebut. Melihat pesan tersebut, Nana menghentikan suapannya lalu meraih ponselnya. Nana terlihat senang saat mendapati pesan yang di terimanya dari Jarvis. "Hey.. ada apa?" tanya Anastasia. "Hm.. tidak. Pesan dari Mikha" balas Nana berbohong. Nana membalas pesan yang dikirimkan Jarvis untuknya lalu melanjutkan kembali makan siangnya. Sepanjang perjalanan dari pantry rumah sakit menuju ruangannya, Nana terus saja membalas pesan yang dikirimkan Jarvis untuknya. Dimana dalam pesan tersebut, Jarvis memberitahu Nana betapa senangnya dia bisa bertemu lagi setelah perkuliahannya beberapa tahun yang lalu. Nana juga memberitahu Jarvis kalau dia seorang dokter di Elizabeth Hospital, tanpa sadar Nana terus saja bersemangat membalas pesan Jarvis dan bercerita cukup banyak. Namun ia harus berhenti karena memiliki jadwal operasi sekitar tiga puluh menit lagi. Nana menyiapkan dirinya untuk jadwal operasinya, menyimpan ponselnya dan menuju ruang operasi. Rekan dokternya juga sudah menunggunya untuk melakukan operasi bedah pada pasien yang memiliki tumor di perutnya. "Apa semua sudah siap?" tanya Nana. "Iya" balas Erick yang merupakan rekan dokternya. Nana melakukan operasi besar yang cukup lama memakan waktu dan menguras tenaganya. Operasi telah selesai, dimana dokter serta perawat berterima kasih telah melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Nana kembali ke ruangannya, dimana hari mulai berubah gelap. Ia kembali mendapat pesan dari Jarvis yang mengatakan ingin bertemu dengannya kalau memiliki waktu senggang. Nana menyetujui ajakan Javis, dimana dirinya yang telah selesai dengan pekerjaan dan bersiap pulang. Jarvis meminta Nana untuk bertemu di sebuah café yang tak jauh dari rumah sakitnya, Nana langsung saja bergegas setelah menyelesaikan semuanya dan sedikit memoles wajahnya. Mobil itu melaju yang dikemudikan oleh Nana menuju café yang telah ditentukan oleh Jarvis. Mobil itu melaju dengan kecepatan standar dimana Nana tampak senang mendengar lagu kesukaannya di putar di radio. Because... When the sun shines, we'll shine together Told you I'll be here forever Said I'll always be your friend Took an oath, I'ma stick it out 'til the end Now that it's raining more than ever Know that we'll still have each other You can stand under my umbrella You can stand under my umbrella, ella, ella, eh, eh, eh Under my umbrella, ella, ella, eh, eh, eh Under my umbrella, ella, ella, eh, eh, eh Under my umbrella, ella, ella, eh, eh, eh, eh, eh, eh Namun ia harus mematikan mobilnya saat dirinya telah tiba di café tersebut. Nana keluar dari mobilnya lalu berjalan masuk ke dalam café tersebut dan mendapati Jarvis yang telah tiba lebih dulu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD