Part 7

1321 Words
Lagi-lagi Davina menatap takjub ke arah Rafael yang begitu perhatian dengan para anak-anak. Rafael benar-benar memperhatikan para anak panti asuhan yang saat ini sedang makan siang bersama. "Ayo nak Davina kita makan bersama," kata Bu Padmi mengajak Davina makan bersama. "Iya Bu,"jawab Davina yang sudah bersiap untuk makan bersama. Dan siang itu benar-benar Davina menghabiskan waktu di panti asuhan. Dan lama kelamaan Davina jadi ikut terbawa arus dan menikmati kebersamaan dengan para anak-anak panti asuhan. Bahkan setelah makan siang bersama Davina ikut bermain dengan mereka dan mengajarkan beberapa pelajaran untuk mereka. "Jadi dia kekasih baru kamu?" tanya Bu Padmi pada Rafael. Saat ini Rafael dan Bu Padmi sedang menikmati secangkir teh dan di depan mereka tampak Davina yang sedang mengajarkan beberapa materi pelajaran dengan sangat baik. Bahkan Davina bisa tertawa dengan lepasnya ketika mengajari beberapa anak panti asuhan itu. Dan itu tak luput dari pandangan Rafael. "Sebenarnya dia gadis yang mama jodohkan sama aku. Dan kita memutuskan untuk mengenal satu sama lain sebelum memutuskan untuk melanjutkan perjodohan ini atau tidak. Kalau menurut ibu gimana?" tanya Rafael kepada ibu panti. "Kalau menurut ibu Davina gadis yang baik. Apalagi mama kamu yang memilihkan untuk kamu. Ibu kenal baik dengan mama kamu. Beliau sudah lama membantu panti asuhan ini. Dan ia selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Jadi ibu rasa Davina cocok buat kamu. Tapi semua keputusan ada di tangan kamu. Jadi coba kamu tanyakan pada hati kamu gimana perasaan kamu terhadap Davina," kata Bu Padmi memberi nasihat. "Ibu memang benar. Ketika awal Mama mau menjodohkan aku dengan anak dari sahabatnya aku sempat merasa kenapa mama repot-repot mau menjodohkan aku. Tapi aku paham karena mama ingin aku mendapatkan wanita yang terbaik. Dan ketika aku bertemu pertama kali dengan Davina aku baru tahu dia mahasiswi dimana aku mengajar Bu," kata Rafael menjelaskan. "Jangan bilang ini mahasiswi yang sempat kamu ceritakan sama ibu dulu?"tanya Bu Padmi kaget. "Iya Davina adalah gadis yang pernah aku ceritakan sama ibu dulu. Dan ternyata dia gadis yang sama yang mama jodohkan dengan aku. Dan ibu tahu jika aku tertarik dengan Davina ketika ia jadi mahasiswi aku," jawab Rafael serius. "Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Sebaiknya kamu ikutin apa yang mama kamu inginkan. Karena mama kamu pasti akan selalu memberikan yang terbaik buat kamu. Dan sepertinya ibu sependapat dengan mama kamu. Karena ibu bisa menilai jika Davina adalah wanita yang tepat untuk menjadi istri kamu," kata Bu Padmi memberi saran. Rafael mencerna apa yang ibu Padmi katakan padanya. Pendapat dari ibu Padmi semakin membuat Rafael yakin jika ia akan benar-benar menjadikan Davina miliknya. Rafael melihat kembali interaksi Davina dengan anak-anak panti. Dan itu membuat senyum tercetak dari wajah tampannya. Rafael tahu jika Davina berasal dari keluarga yang terpandang dan berkecukupan tapi ia tak merasa aneh ataupun risih ketika berinteraksi dengan anak-anak panti. Dan itu membuat Rafael yakin jika ia menikah dengan Davina maka ia akan menjadi ibu yang baik untuk anaknya kelak. Hari sudah menjelang sore Davina dan Rafael bersiap-siap untuk pulang ke rumah karena Rafael tak ingin mengantarkan Davina terlalu malam. Ia sudah berjanji kepada ayahnya Davina untuk tidak pulang malam-malam. "Nak Davina sering-sering main kesini ya? Anak-anak sangat senang nak Davina bisa main sama mereka. Dan ibu harap nak Davina gak bosen buat main kesini lagi," kata Bu Padmi sambil memeluk Davina. "Iya Bun kalau aku gak lagi kuliah dan waktunya cocok pasti akan main kesini. Anak-anak panti juga baik-baik sama aku. Aku juga senang banget bisa main sama mereka. Lain kali aku pasti akan main kesini lagi," kata Davina sambil tersenyum. "Dengan senang hati panti asuhan ini terbuka buat nak Davina," kata Bu Padmi penuh kasih sayang. Setelah berpamitan dengan Bu Padmi dan anak-anak panti asuhan yang lain, Davina dan Rafael pun pulang ke rumah. "Sebelum pulang kita makan malam dulu ya?" tanya Rafael yang fokus menyetir. "Ok. Kita bisa makan malam dulu sebelum pulang," jawab Davina. Rafael pun semakin melajukan mobilnya ke restoran ya g tak jauh dari panti asuhan itu berada. Dan selama perjalanan mereka sama-sama diam. Tak ada sepatah katapun terucap dari mereka berdua. "Kamu mau pesan apa?" tanya Rafael. Saat ini mereka sudah berada di sebuah restoran yang menjadi restoran favorit Rafael. "Aku ikut kamu aja. Kamu pasti tahu makanan yang enak di restoran ini," jawab Davina yang sedang membalas pesan dari sang bunda. Tanpa menunggu lama lagi Rafael lalu memesankan steak untuk mereka berdua dan orange juice. Suasana kembali hening ketika Davina dan Rafael menunggu pesanan mereka. Tapi Davina paling gak suka dengan suasana seperti ini jadi ia berinisiatif untuk memulai obrolan dengan Rafael. "Kamu kayaknya udah sering main ke panti asuhan itu. Apalagi kamu juga kenal baik dengan ibu panti disana?" tanya Davina membuka obrolan. "Iya aku memang udah lama tahu tentang panti asuhan itu. Soalnya sejak dari kecil mama selalu membawa aku kesana untuk bisa berbagi dengan para anak-anak panti. Dan kegiatan itu selalu menjadi agenda rutin aku jika tidak memiliki pekerjaan yang banyak aku selalu datang. Melihat anak-anak senang kayak tadi juga membuat aku ikut senang juga," kata Rafael tersenyum di depan Davina. "Deg..." Jantung Davina kembali berdetak ketika ketika melihat senyum yang ditampilkan oleh Rafael. Entah kenapa setiap melihat Rafael tersenyum membuatny menjadi deg-degan. Apa jangan-jangan ia mulai tertarik dengan laki-laki yang dijodohkan dengannya sekaligus dosen killernya? Entahlah Davina sendiri tak tahu bagaimana perasaannya kepada Rafael. Tak berapa lama makanan mereka datang dan mereka pun langsung menikamti makan malam mereka dengan diam seribu bahasa. Tak membutuhkan waktu yang lama mereka menghabiskan makan malam mereka bersama-sama. Mungkin karena efek lapar sehingga mereka dengan cepat menghabiskan makan malam mereka. Dan saat ini Davina sedang menikmati ice cream vanila favoritnya sebagai hidangan pencuci mulut. Sedangkan Rafael sedang berada di kamar mandi. Ketika sedang asyik menikmati ice cream yang tiba-tiba ada yang memanggil namanya. "Davina," panggil seseorang. Davina yang namanya di panggil langsung menolehkan kepalanya. Dan betapa kagetnya Davina ketika tahu siapa yang memanggil dirinya. "Kak Reza," panggil Davina tak percaya siapa ya h memanggilnya. "Hei... Kakak gak nyangka bisa ketemu kamu disini. Kamu kesini sama siapa?" tanya Reza dengan senyum manisnya. "Iya kak. Aku kesini sama anak sahabat bunda kak. Kalau kakak sama siapa?" tanya Davina balik. Tak berapa lama ada seorang gadis yang sangat cantik berjalan ke arah Reza. Dan Davina tahu gadis itu adalah regina tunangan kak Reza laki-laki yang ia sukai. "Eh ada Davina. Hai Dav," sapa Regina dengan nada enggan. "Hai regina," sapa Davina balik. Davina tahu jika Regina tak suka dengan dirinya. Karena menurutnya ia hanya bisa menggangu hubungan dirinya dan juga kak Reza. Walaupun Davina sempat suka dengan kak Reza tapi Davina tahu diri jika kak Reza sudah milik orang lain. Jadi ia tak akan merebut apa yang bukan menjadi haknya. "Kamu mau pulang bareng kakak? Biar sekalian kakak anterin," kata Reza tiba-tiba. "Reza kita kan mau pergi lagi. Kenapa kamu ajak Davina ikut sama kita. Aku gak mau Davina ikut sama kita," kata Regina marah. "Iya kak gak usah kok. Davina nanti bisa pulang sendiri kakak gak perlu khawatir," kata Davina yang kesal dengan sikap Regina. "Tuh kamu dengar sendiri Davina bilang bisa pulang sendiri jadi gak usah anterin dia segala. Syukur deh kalau kamu bisa mengerti. Kamu tahu kan kalau aku dan Reza sudah bertunangan bahkan kita juga sedang mempersiapkan pernikahan kita dalam waktu dekat. Jadi kamu jangan dekat-dekat dengan Reza lagi," kata Regina dengan nada gak suka. "Kamu gak usah khawatir Davina gak akan pernah menggangu hubungan kamu dan tunangan kamu. Karena Davina sudah memiliki tunangan sendiri," kata Rafel yang tiba-tiba sudah berada di samping Davina. "Tunangan?" tanya Reza shock. "Perkenalkan saya Rafael Douglas dan saat adalah tunangan dari Davina Dirgantara," kata Rafael dengan wajah datarnya. "Apa??" Kata Reza dan regina berbarengan. Wah sepertinya dosen killer kita mulai ambil sikap. Kira-kira reaksi Davina gimana ya? See you next chapter Happy reading
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD