Part 9

1478 Words
Mobil yang membawa Rafael dan Davina baru saja sampai di depan halaman rumah Davina. Dan keduanya masih sama-sama diam seribu bahasa. Mereka berdua masih tak tahu harus berkata apa sampai akhirnya seperti biasa Davina yang membuka suara terlebih dahulu. "Rafa makasih buat hari ini. Aku masuk dulu," kata Davina sambil melepas seatbeltnya. "Sama-sama. Seharusnya aku yang bilang makasih karena udah mau nemenin aku ke panti asuhan. Dan aku masih menunggu jawaban aku soal yang tadi. Aku benar-benar serius dengan ucapan aku tadi. Jadi aku harap kamu bisa segera menjawab pertanyaan aku tadi," kata Rafael serius. Davina kembali diam ia tak tahu apa yang harus ia jawab karena dia sendiri masih bingung dengan perasaannya sendiri. Apakah ia harus menerima Rafael menjadi tunangannya atau tetap menolak perjodohan itu? Davina masih belum mendapatkan jawaban. "Untuk saat ini aku tidak bisa menjawab apapun karena aku sendiri masih bingung dengan perasaan aku sendiri. Beri aku waktu untuk memikirkannya." Dengan raut wajah yang serius Davina memang jawab pertanyaan Rafael. "Ok aku akan beri kamu waktu untuk memberi aku jawaban. Dan aku berharap dapat jawaban yang bagus dari kamu. Karena aku memang serius untuk menjalin hubungan dengan kamu. Aku harap kamu memikirkan semua ini dengan baik-baik," pinta Rafael pada Davina. Davina mengangguk mengerti tentang ucapan Rafael. Ia pastikan akan memikirkan semua ini. Ia tak mau memberi harapan apapun pada Rafael. Karena ia tak ingin merusak hubungan baik sang bunda dan Tante Tiara. "Salam buat ayah dan bunda kamu. Aku gak bisa mampir sudah malam soalnya," kata Rafael masih menatap ke arah Davina. "Iya gak apa-apa. Nanti aku sampaikan salam kamu dan bilang kalau kamu gak bisa mampir kesini," jawab Davina mengerti. Davina pun keluar dari mobil dan tak lama Rafael pergi dari rumah Davina. Setelah Rafael pergi dari rumah Davina, ia pun masuk ke rumah. Dan ketika sampai ke dalam rumah ternyata di ruang tv masih ada sang ayah yang sedang menyaksikan pertandingan sepak bola favoritnya. "Hai yah," sapa Davina yang langsung duduk di samping sang ayah. "Hi sayang. Gimana jalan sama Rafael? Seru?" tanya Firman pada putri kecilnya. "Seru kok yah. Tadi Rafa ngajak aku ke sebuah panti asuhan yang sering dia datangin. Dan seoanajng siang sampai sore Davina menghabiskan waktu disana. Capek sih tapi aku senang karena anak-anak panti di sana baik-baik dan lucu banget," kata Davina yang nyaman menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah. Firman hanya tersenyum karena sang putri masih suka bermanja-manja dengannya. Dan sampai kapanpun sang putri akan selalu menjadi putri kecilnya. "Bunda mana yah?" tanya Davina ketika tak melihat keberadaan sang bunda. "Bunda udah tidur katanya capek banget jadi tidur duluan," jawab Firman sambil mengelus kepala sang putri. "Oooo gitu." Davina Bu mengangguk tanda mengerti. Untuk beberapa saat Davina masih nyaman berada di samping sang ayah yang sedang menyaksikan pertandingan sepak bola. Apa ia akan meminta pendapat sang ayah soal pertanyaan Rafael tadi ya? Karena selama ini setiap Davina bingung ataupun punya masalah ia lebih sering bertanya dengan sang ayah. Bukannya ia tak dekat dengan sang bunda tapi ketika ia bertanya kepada sang bunda maka lebih menjawab dengan perasaan sedangkan sang ayah lebih logis ataupun memberikan beberapa saran yang membuat Davina bisa mengambil keputusan dengan baik. "Yah Davina mau tanya sesuatu sama ayah. Menurut ayah Rafael itu gimana?" tanya Davina langsung. Firman yang sedang menyaksikan pertandingan sepak bola pun langsung mengarahkan pandangannya kearah sang putri. Jika sang putri sedang bertanya seperti ini pasti sang putri sedang bingung dan membutuhkan saran darinya. "Kenapa kamu tanya seperti itu? Ada yang terjadi diantara kalian tadi waktu pergi?" tanya Firman balik. Sepertinya sang ayah mengerti jika dirinya membutuhkan pendapat karena sang ayah sekarang benar-benar berkonsentrasi kepada dirinya. "Sebenarnya Davina bingung yah. Tadi Rafael bicara sama Davina jika dia mau serius dengan hubungan perjodohan ini. Bahkan Rafael bilang mau segera melakukan pertunangan dengan Davina. Dan Davina belum menjawab pertanyaan dari Rafael. Karena Davina sendiri bingung dengan perasan Davina sendiri. Ayah tahu apa impian Davina. Davina masih ingin sekolah yang tinggi dan nantinya bisa membantu ayah di perusahaan. Tapi jika nantinya Davina menikah sama Rafael maka mimpi-mimpi Davina tak bisa dilanjutkan. Apalagi bunda juga menginginkan perjodohan ini kan? Kalau menurut ayah Davina harus gimana?" tanya Davina dengan ekspresi yang bingung. Firman pun tersenyum melihat putri kecilnya sudah dewasa sekarang. Dan itu benar-benar membuat dirinya tak menyangka waktu berjalan begitu cepat. Dulu ia dan istri menunggu lama untuk bisa mendapatkan Davina hingga ketika Davina lahir dirinya juga ikut merawat Davina dengan penuh kasih sayang. Hingga detik ini putrinya sudah beranjak dewasa membuat Firman benar-benar tak mengira. "Sayang, ayah gak bisa kasih pendapat apapun sama kamu karena yang tahu jawabannya adalah kamu. Karena kamu lah yang akan menjalankan semua ini. Kalau kamu tanya sama ayah gimana Rafael maka ayah akan menjawab jika Rafael laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Jadi kamu tanyakan kepada hati kamu apakah kamu siap tinggal dengan laki-laki yang sama sepanjang hidup kamu. Dan ingat jangan menerima perjodohan ini karena bunda menginginkan perjodohan ini tapi karena hati kamu menginginkannya juga. Bagi ayah apapun keputusan yang kamu ambil ayah pasti akan setuju. Dan sampai kapan kamu akan tetap jadi Putri kecil ayah," kata Firman sambil tersenyum ke arah sang putri. Davina pun langsung memeluk sang ayah. Baginya sang ayah adalah laki-laki paling ia sayangi di dunia ini. Ayahnya adalah orang yang tidak pernah memaksakan kehendaknya dan selalu mendukung semua keputusan yang ia ambil. Walaupun nantinya hasilnya tidak sesuai dengan harapan maka tangan sang ayah masih akan terbuka untuk dirinya. Dan itu membuat Davina bersyukur menjadi putri dari Firma. Dirgantara. "Makasih yah buat sarannya. Davina akan memikirkan keputusan yang terbaik buat hidup Davina. Kalau gitu Davina naik dulu mau mandi trus tidur. Ayah juga jangan tidur malam-malam. Malam yah," kata Davina mencium pipi sang ayah. "Malam Princess," jawab Firman sambil tersenyum. Davina selalu suka ketika sang ayah memanggilnya Princess. Menurutnya panggilan itu sangat manis. Davina pun segera naik ke kamarnya dan bergegas mandi karena hari sudah malam. Setelah selesai mandi Davina pun memutuskan untuk langsung tidur saja karena hari ini ia merasa sangat lelah jadi lebih baik tidur lebih awal. Dan ia tak ingin memikirkan masalah pertanyaan dari Rafael dulu. Ia benar-benar sangat lelah mungkin nanti ketika pikirannya sudah jernih ia akan memikirkannya lagi. @ kampus "Apa?" teriak Gea tak percaya. Saat ini Gea dan Davina sedang ada di taman kampus sambil menikmati semilir angin yang membuat Davina nyamam. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan setelah ini Davina tidak memilik jadwal kuliah lagi. Jadi ia memutuskan untuk duduk-duduk di taman kampus sambil menikmati ice coffe late miliknya. "Bisa gak sih gak usah pakai teriak segala. Kamu mau bikin telinga aku sakit?" Omel Davina pada Gea sahabatnya. "Aku benar-benar gak habis pikir kamu tuh emang cewek aneh. Udah jelas-jelas di depan mata ada laki-laki yang sangat sempurna sudah menyatakan perasaannya bahkan siap untuk melamar kamu. Kamu masih bilang belum bisa menjawabnya. Kamu gak lagi sakit kan Dav?" tanya Gea memastikan. "Aku sehat-sehat aja. Yang bikin aku sakit tuh kamu gara-gara suka teriak-teriak dan bikin telinga aku sakit," protes Davina. "Fix. Aku sahabatan sama cewek aneh. Emang kamu masih mikirin apa lagi? Udah langsung terima aja lamarannya pak Rafael. Aku jamin kamu bakal jadi wanita paling beruntung. Kamu juga bisa tunjukkan sama si nenek sihir Farah dan genknya kalau kamu bisa mendapatkan Pak Rafael. Aku pengin lihat gimana reaksinya si Farah ketika tahu pak Rafael lebih memilih kamu daripada dia. Pasti mukanya udah merah menahan marah dan malu," kata Gea yang sudah membayangkan wajah Farah. Farah Risty salah satu cewek populer di kampus ini. Dengan penampilan yang bak model tak khayal banyak cowok-cowok yang suka padanya. Dan Farah selalu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang bisa di jadikan kekasihnya. Tapi target terakhirnya yaitu Rafael Douglas tak pernah tertarik dengan dirinya dan membuat Farah frustasi. Sebenarnya Davina tak ambil pusing dengan keberadaan Farah. Selamanya ia tak menggangunya maka ia tak akan menggangunya balik. Tapi entah kenapa Farah tak pernah suka padanya. Kata gosip yang berkembang sih karena ia merasa tersaingi. Padahal Davina tak pernah merasa seperti itu. "Udah deh jangan mulai lagi. Aku gak mau berurusan sama si Farah. Aku terlalu pusing memikirkan tentang pertanyaan Rafael jadi jangan ditambah lagi dengan menghadapi Farah lagi," pinta Davina. "Ok. Aku tahu kok. Tapi sebagai sahabat aku kasih saran sebaiknya kamu terima aja pak Rafael. Aku jamin kamu akan bahagia lahir batin deh," goda Gea. "Gea...." Davina pun berteriak karena lagi-lagi sahabatnya ini menggodanya. Ketika sedang asyik mengobrol dengan Gea tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ada nama kak Reza disana. Ternyata kak Reza mengirim Davina pesan untuk bertemu. Dan sepertinya Davina harus berbicara dengan kak Reza sehingga ia menyetujui pertemuan itu. Ia harus segera menyelesaikan semuanya sehingga ia bisa segera menjawab pertanyaan dari Rafael. Kira-kira gimana perjalanan Davina selanjutnya?? See you next chapter... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD