Waktu berjalan dengan cepatnya dan tak terasa seminggu lagi Davina akan menikah dengan Rafael. Persiapan pernikahan juga sudah berjalan dengan lancar karena mama dan bunda yang mempersiapkan semuanya. Davina hanya tinggal mengikuti apa yang mama dan bundanya mau. Seperti hari ini Davina diminta oleh kedua wanita yang sangat Davina cintai itu untuk fitting baju pengantin untuk terakhir kalinya. Davina akan memakai satu gaun pengantin saja untuk acara pernikahannya. Berhubung Davina dan Rafael memilih melakukan pernikahan yang sederhana saja maka gaun yang ia pilih pun hanya satu saja. Konsep pernikahan yang dipilihkan oleh mama dan bundanya adalah tema outdoor dengan view yang menghadap ke arah pantai. Karena kebetulan pernikahan Davina dan Rafael akan diadakan di villa milik keluarga Douglas di Bali jadi para ibu-ibu mengusulkan tema seperti itu. Davina dan Rafael hanya mengikuti keinginan para ibu-ibu mereka. Tapi yang paling penting hubungan antara Rafael dan Davina sudah jauh lebih baik lagi. Bahkan sekarang mereka benar-benar seperti pasangan kekasih pada umumnya. Baik Rafael dan Davina sama-sama memberikan perhatian satu sama lain. Dan mereka pun terkadang terlihat mesra bila sedang jalan berdua. Seperti siang ini Davina harus jalan agak jauh dari kampusnya karena ia akan berangkat ke butik tempat ia fitting baju bersama Rafael.
"Sorry lama ya. Tadi kelasnya pak Yacob lama banget selesainya. Di tambah lagi harus ngumpulin tugasnya Bu Ina jadi lama deh," kata Davina menyesal.
"Its ok sayang. Aku juga baru datang kok. Soalnya tadi meetingnya juga selesainya agak lama juga. Sekarang kita mau langsung ke butik apa mau makan siang dulu?" tanya Rafael yang membantu Davina memasang seatbeltnya.
"Kita ke butik dulu aja deh. Nanti takutnya malah kelamaan. Habis dari butik baru kita makan. Tapi tadi aku sempat bawa bekal roti coklat sih. Kamu mau?" tanya Davina yang sudah mengambil bekal dari dalam tasnya.
"Boleh deh sayang. Kebetulan aku agak lapar," kata Rafael yang mulai melajukan mobilnya.
Tanpa banyak tanya lagi Davina langsung menyuapi roti coklat yang ia bawa ke mulut Rafael. Dan tentu saja dengan senang hati Rafael menerima suapan dari Davina. Davina terus saja melakukan itu sampai roti coklat yang ia bawa habis dimakan oleh Rafael.
Sepanjang perjalanan Davina dan Rafael pun saling mengobrol tentang kegiatan mereka hari ini. Dan rutinitas seperti ini sudah Davina dan Rafael lakukan ketika mereka memutuskan untuk saling mengenal satu sama lain. Karena mereka sadar pertemuan mereka yang belum begitu lama membuat mereka sadar jika mereka belum saling mengenal. Jadi di tengah waktu yang ada sebelum mereka benar-benar sah menjadi suami istri, mereka memutuskan untuk bisa saling mengenal satu sama lain layaknya sepasang kekasih padan umumnya.
Setelah menempuh perjalanan setengah jam lamanya mobil Rafael baru saja terparkir di depan tempat parkir di butik mereka akan fitting gaun pengantin.
"Raf mama sama bunda udah ada di dalam. Kita disuruh langsung masuk aja," kata Davina yang membaca pesan dari sang bunda.
"Ok. Tadi mama juga udah bilang buat langsung masuk ke dalam aja. Soalnya mama akan berangkat bareng bunda," jawab Rafael mengiyakan pertanyaan Davina.
Mereka pun segera turun dari mobil dan bergegas masuk di dalam. Dan didalam tampak sang mama dan bunda sedang mencoba baju yang akan mereka pakai saat pernikahan Davina dan Rafael.
"Wah bunda sama mama cantik banget," puji Davina ketika sudah berada di hadapan mama dan juga bundanya.
"Eh sayang kamu udah datang," kata Widya ketika melihat putrinya datang.
"Maaf bunda Davina datangnya telat. Tadi ada mata kuliah yang selesainya lama jadi aku datangnya juga lama juga," kata Davina merasa bersalah.
"Its ok sayang. Bunda dan Tiara juga baru fitting baju. Sekarang kamu coba fitting baju pengantin kamu dulu. Kalau ada yang kurang bisa segera di perbaiki. Soalnya gaun ini akan dikirim ke Bali sehari sebelumnya jadi kalau ada yang belum sesuai bisa segera di perbaiki," kata Widya menjelaskan.
" Iya bunda aku ngerti," jawab Davina mengerti.
Tak berapa lama ada pegawai butik yang akan membantu Davina untuk mencoba baju pengantin yang. Sedangkan Rafael menunggu di sofa sambil mengecek beberapa pekerja yang dikirim oleh sekretarisnya.
"Bunda," panggil Davina ketika selesai memakai gaunnya.
"Ya ampun sayang kamu cantik banget. Gaun ini memang pas banget buat kamu," kata Widya terpesona dengan penampilan putrinya.
"Kamu benar Wid. Davina cantik banget. Gaun ini memang sudah cocok untuk kamu pakai sayang. Mama jadi gak sabar melihat kamu pas pernikahan kamu nanti. Raf Davina cantik kan?" tanya Tiara pada sang putra.
Rafael yang sedang duduk di sofa langsung berdiri ketika melihat Davina begitu cantik memakai gaun pengantin mereka. Gaunnya begitu cocok di pakai Davina. Modelnya sangat sederhana tapi bisa menambah aura kecantikan dari Davina saat ini.
"Iya ma Davina cantik banget," kata Rafael terpesona.
Davina yang mendapat pujian seperti itu langsung terpesona. Ia sendiri juga merasa dengan memakai baju ini ia trliahy snaagt cantik dan anggun. Gaun berwarna. Putih dengan panjang yang dibawah lutut dengan model yang sederhana tapi begitu cocok di tubuh dirinya. Membuat Davina tak bisa berhenti tersenyum.
Rafael seakan tak tahan untuk mendekat ke arah Davina. Ia pun perlahan berjalan mendekat ke arah Davina dan menatapnya lekat.
"You look beautiful sayang," puji Rafael sambil mengelus pipi Davina penuh kelembutan.
"Thanks. Ini karena gaunnya yang cantik jadi aku jadi kelihatan cantik juga," kata Davina dengan pipi yang merona.
"Bukan karena gaunnya tapi memang karena kamu udah cantik. Dan aku suka, "puji Rafael lagi.
Widya dan Tiara yang ada disana hanya bisa tersenyum melihat interaksi diantara kedua anak-anaknya. Mereka bisa merasakan jika kedua anaknya sudah mulai merasakan nyaman satu sama lain. Dan mereka juga bisa merasakan jika keduanya sudah mulai memiliki perasaan satu sama lain. Itu membuat mereka merasa sangat lega.
Dan setelah itu giliran Rafael yang memakai tuxedonya. Dan ketika ia mencoba tuxedonya untuk pernikahannya, semua orang yang ada disitu langsung terpesona dengan penampilan dari Rafael. Rafael memang selalu terlihat gagah ketika memakai tuxedo seperti itu. Dengan wajah yang mewarisi wajah laki-laki Eropa serta badannya yang bagus membuat Rafael terlihat seperti model. Dan itu benar-benar membuat Rafael terlihat sangat tampan.
"Wah kamu juga terlihat sangat tampan Raf. Bunda jadi pangling lihatnya," puji Widya.
"Makasi bunda," jawab Rafael senang dengan pujian bundanya Davina.
"Davina sayang coba kamu berdiri di samping Rafael. Mama mau foto kalian berdua. Kalian benar-benar sangat serasi memakai baju itu," pinta Tiara.
Davina dengan perlahan berjalan ke arah Rafael. Dan ketika sampai di samping Rafael, ia langsung menarik tubuh Davina untuk semakin dekat ke arahnya.
Dan sesi foto-foto pun terus berlanjut. Mamanya benar-benar mengabadikan momen kebersamaan Rafael dan Davina terus menerus.
"Akhirnya selesai juga," kata Rafael yang harus menuruti para ibu mereka untuk mencoba beberapa pakaian yang lain.
"Sabar ya Raf. Kamu harus maklum aja. Mama dan bunda kan senang karena kita akhirnya menerima perjodohan ini. Jadi mereka ingin memberikan yang terbaik buat kita berdua kan," kata Davina sambil menyodorkan air mineral ke Rafael.
"Iya aku tahu. Tapi mama sama bunda kamu benar-benar gak ada capeknya. Apa mereka gak tahu kalau aku tuh lapar ya. Sekarang sudah jam 4 sore kita telat buat makan siang deh kalau gitu," kata Rafael dengan muka kesalnya.
"Ya udah kita makan aja sekarang. Walaupun udah telat buat makan siang tapi gak pa-pa kan kita makan sekarang. Aku juga lapar sekarang," kata Davina berbisik kepada Rafael.
"Ok kalau gitu kita makan dulu sebelum aku antar kamu pulang. Setelah ini kita gak boleh ketemu kan. Kalau kata mama tadi kita akan di pingit sampai hari pernikahan kita. Jadi sebelum itu terjadi kita bisa menghabiskan waktu bersama," kata Rafael dengan senyum lebarnya.
"Kalau gitu kita berangkat sekarang pak Rafael. Soalnya aku udah lapar berat," goda Davina.
"Siap ibu Davina," jawab Rafael tak kalah menggodanya.
Davina pun hanya bisa tersenyum mendengar jawaban dari Rafael. Rafael pun segera melajukan mobilnya ke sebuah restoran untuk mengisi perut mereka yang sudah kosong. Pokoknya hari ini mereka ingin menghabiskan waktu berdua sebelum akhirnya mereka tidak bisa bertemu sampai mereka sah menjadi suami istri lagi. Berarti masih ada 6 hari lagi sebelum mereka menikah nanti. Dan selama itu juga mama dan bunda melarang Davina dan Rafael untuk saling bertemu.
Wah menghitung hari menuju hari pernikahan dosen killer kita..
Gimana prosesi pernikahan mereka?
See you next chapter
Happy reading....