“Hiks ... hiks ... hiks ... Maaf ... maaf maafkan aku, maafkan aku Aksa. Hiks ... hiks ... maaf.” Naura tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf di sela isakannya. “Seharusnya -- hiks ... aku tak meninggalkanmu ... maafkan aku hiks semua ini salahku.” Gadis itu masih saja mengucap kata maaf dan sesekali tangannya mengusap air matanya kasar. Aksa mengangkat tangan, mencari wajah Naura dan berusaha mengusap air matanya. Telinganya dengan jelas mendengar Naura menangis terisak. Ia ingin menenangkannya dan mengusap air mata yang mengalir untuknya. Tap ... Aksa menyentuh halus pipi Naura, mengusap air matanya yang terus menetes. “Aku baik-baik saja kau lihat? Sudahlah jangan menangis.” Satu tangannya mencoba kembali meraih wajah Naura. Kedua ibu jarinya mengusap jejak air mata yang membasahi