Ciuman pertama

990 Words
"Dia memang sudah tidak waras," omel Calista. Memang benar, jika Calista mengomel di rumahnya, dia kini memang sudah ada di rumah karena hari sudah sore, dan jam kerjanya juga sudah selesai. Dia menghela nafas panjangnya dan akhirnya menghubungi Lucas dan membatalkan janji dengannya. Lucas tadi ingin mengajaknya juga ke apartemennya namun dia terpaksa membatalkannya karena perintah dari Sean. "Ada apa, Sayang?" Tanya Lucas yang mengangkat telefonnya. "Sayang, maafkan aku, nanti malam aku tidak bisa datang ke apartemenmu, karena aku ada meting dadakan dan harus menemani bosku untuk menemui klien." Ucap Calista yang mengumpati lidahnya karena berbohong dengan Lucas. "Lembur?" "Ya, semacam itu." Ucap Calista yang membuat Lucas terdiam sebentar. "Baiklah tidak masalah, jika pulangnya ingin dijemput. Katakan saja." Ucap Lucas. "Terima kasih, Sayang." Ucap Calista yang lega karena Lucas tidak marah padanya. "Ck! beruntung aku memiliki kekasih yang pengertian dan baik hati seperti Lucas." Getutunya. Dia akhirnya memutuskan mandi terlebih dahulu barulan dia akan pergi ke apartemen Sean. Sebelumnya dia sudah pernah pergi ke apartemennya ketika dia dibeli oleh Sean setelah acara pelelangan malam itu. Calista bersantai terlebih dahulu dan bahkan makan malam terlebih dahulu sebelum dia pergi ke apartemen Sean. "Aku berangkat sekarang saja, lebih cepat lebih baik, agar pekerjaanku cepat selesai." Gumamnya. Dia tidak tau tujuan Sean memanggilnya untuk apa, namun mungkin saja memang ada yang penting. Dia sendiri tidak mau membuat dia marah dan akhirnya dia mendapatkan hukuman seperti tadi siang. Setelah sampai di unit apartemennya, dia menekan belnya. Tidak lama menunggu Sean langsung membukanya dan menarik Calista masuk ke dalam. Dia bahkan dengan cepat meraih bibirnya dan mempermainkannya. Mata Calista tentu saja melotot dengan apa yang tiba-tiba bos-nya lakukan padanya. Calista yang tersadar lalu memberontak, dia berusaha mendorong Sean, namun Sean malah semakin meraih tengkuk lehernya dan semakin mempermainkannya, dia menggigit bibir Calista agar dia membuka mulutnya dan dia bisa mengaksen rongga mulutnya. Sean baru berhenti ketika bahunya terasa sangat sakit akibat Calista berusaha mendorongnya beberapa kali dengan keras dan bahkan darahnya keluar dari sana karena Calista memukulnya. "Astaga, kenapa berdarah? A-aku hanya mendorongmu, lalu wajahmu? Kenapa ini?" ucap Calista yang panik sendiri melihat semakin banyak darah di bahu dan lengan Sean bahkan wajah Sean masih ada bekas lebam keunguan di sana. Sean tidak memperdulikannya dan bahkan meraih tubuh Calista lagi untuk duduk di pangkuannya. "Bukan apa-apa, abaikan saja. Hanya luka kecil. Aku sedang ingin menciummu." Ucap Sean yang ingin meraih bibirnya kembali namun Calista menutupnya. "Tidak, aku ingin melihat lukamu." Ucap Calista, meskipun Sean menyebalkan, tapi dia tentu saja bergidik ngeri sendiri melihat darah yang begitu banyak keluar dari tubuh bosnya ini. Calista turun dari pangkuannya dan duduk di samping Sean. "Buka bajumu." Ucap Calista yang membuat Sean tersenyum miring dan senang hati membukanya. "Ck, buaya ini! Aku hanya memintamu untuk membuka bajumu, bukan dengan celanamu." Ucap Calista mencegah Sean saat dia membuka sabuknya dan ingin membuka celananya. "Kupikir kau menginginkannya, aku dengan senang hati memberikannya, kau tidak akan menyesal. Ularku sangat jinak." Ucap Sean. "Aku tidak mau." Ucap Calista dengan tegas. Dia ingin sekali memukul kepala bosnya karena perkataannya yang semakin lama semakin aneh-aneh. "Bagaimana bisa begini." Ucap Calista yang merinding meihat luka Sean ternyata bukan sembarang luka, bahkan lukanya terdapat jahitan, hanya saja ada yang sepertinya terbuka karena tadi Calista menekannya dan bahkan memukulnya. "Hari-harimu setelah ini bahkan akan melihat lebih buruk dari ini, jadi kau harus menyiapkan mentalmu." Ucap Sean yang membuat Calista menelan salivanya dengan susah. "Siapa dokter yang menjahit ini? Kenapa seperti berantakan." Ucap Calista. "Aku menjahitnya sendiri," ucap Sean semakin membuat Calista melotot. "Kau gila! Ini harus di lakukan oleh dokter profesional," "Aku adalah pimpinan mafia, jadi aku harus bisa semua, aku bisa menjadi seorang pengusaha, dokter, pengacara dan bahkan penjahat sekalipun." Ucap Sean. "Apa memang seperti itu dunia mafia?" Tanya Calista. "Ya, seharusnya kau tanyakan kepada kekasihmu itu." Perkataan Sean membuat Calista tidak mengerti. "Apa maksutmu?" "Apa kau tidak tau jika kekasihmu itu juga bergabung dengan anggota mafia? dia bergabung dengan klan mafia lain. Cih tapi dia bahkan bukan hanya penjahat, tapi pencuri, pencuci otak manusia dan lainnya. Dia sangat brengsek." Ucap Sean yang membuat Calista terkejut. "A-apa? Tidak mungkin, Lucas bukan mafia kejam sepertimu." Ucap Calista tidak percaya. "Terserah padamu percaya atau tidak, sudahlah aku tidak mau membahas curut itu." Ucap Sean Dia menarik Calista dan mendudukkannya di atas pangkuannya, dia menahan pinggangnya saat Calista berusaha berdiri dan turun darinya. "Jangan macam-macam. Biarkan aku turun, aku datang ke sini hanya karena aku tidak mau mendapatkan hukumanmu lagi. Hukumanmu sangat menjijikkan." Ucap Calista namun Sean malah tertawa. "Tidak masalah, masih awal, kau akan menikmatinya nanti. Sedari awal aku membelimu kau memang harus selalu patuh padaku, termasuk membatalkan semua janji dengan kekasihmu atau kegiatanmu yang lainnya dan berfokus padaku." Ucap Sean tersenyum. "I-ini tidak adil." Ucap Calista dengan mata yang mengembun, dia tidak bisa hidup di bawah perintah Sean terus menerus yang malah seperti tawanan baginya. Dia harus bisa lepas darinya dan hidup bebas. "Waktumu hanya kurang dari lima hari untuk pindah ke mansionku, dan di saat itu. Kau benar-benar milikku. Ke manapun kau pergi dan siapapun yang bersamamu harus dengan izinku." Ucap Sean yang tidak memperdulikan perkataan Calista. "Aku akan melunasinya, aku akan membayar uang yang kau keluarkan untuk membeliku agar bisa bebas darimu." Ucap Calista yang membuat Sean tertawa. "Bayar saja! sampai kau bekerja seumur hidupmu pun kau tidak akan bisa melunasinya. Bahkan kekasihmu itu tidak akan bisa menolongmu, jika ada yang merebutmu dariku, aku akan mencincang tubuhnya. Aku bukanlah lawannnya. Dan kau harus ingat siapa aku!" Ucap Sean lalu mengambil ponsel Calista yang membuat dia terkejut. "Apa yang ingin kau lakukan dengan ponselku." Tanya Calista namun Sean tidak menjawab. Calista bahkan terkejut saat Sean bisa membuka pasword di ponselnya. Calista semakin terkejut saat Sean malah menghubungi Lucas. "Apa maksutmu!" Calista mendadak menjadi panik sendiri. "Aaaah, you're so sexy, baby. Bergeraklah lebih cepat." Sean malah mengeluarkan suara desahan yang membuat Calista terkejut karena mereka tidak sedang melakukan apapun. "Sean— Sean mematikan sambungan telefonnya dan tersenyum miring
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD