Bab 2

1654 Words
Amalia - Keyakinan Bencana terbesar dari seorang wanita adalah hamil tanpa suami, itu yang kini aku alami. Hamil  tanpa suami, jangankan suami siapa ayah bayi yang ada di rahimku saja aku tidak tau, heh pasti semua mengira aku w************n yang tidur dengan banyak pria. Kalian salah semua, baby ini hadir tanpa kesengajaan, dan siapa pria yang menghamiliku aku juga tidak jelas siapa, hanya kartu nama yang kini menjadi petunjuk satu-satunya ayah dari baby-ku ini. Michael Arizona, nama pemilik baby ini, ayah anakku. Dia pria yang malam itu membawaku ke hotel ketika kami sama-sama mabuk, dia juga yang meninggalkan aku begitu saja setelah merenggut keperawananku. Dia juga yang membuat aku terusir dari rumah orang tuaku. Pokoknya Michael harus bertanggung jawab atas bayi ini. Dia harus berlutut memohon ampun di kaki kedua orang tuaku dan mengakui baby ini sebagai anaknya. Kami harus menikah agar nama baik keluarga Notosubroto terjaga dari aib akibat perbuatan kami. Sambutannya ketika aku datang kerumahnya lumayan ramah dan baik, dia begitu perhatian padaku dan juga baby ini, aku  tidak menyangka bisa tidur dengan pria ganteng, tajir dan berpendidikan seperti Michael, aku bahkan mengira dia pria beristri dan juga mata keranjang makanya bisa membawa gadis muda yang mabuk ke hotel dan menidurinya, tapi nyatanya dia masih muda, tampan, baik dan juga perhatian.  Awalnya aku tidak yakin dia yang meniduriku, karena sifat sopannya tapi baby ini memberi tanda-tanda kalo dialah ayah-nya. Aku tidak mual saat makan sedangkan biasanya aku selalu memuntahkan jika perutku masuk makanan. Tapi penolakannya dan tidak mengakui baby ini adalah anaknya membuatku ketir, bisa-bisanya dia melupakan malam itu, meski aku tidak jelas melihat wajahnya tapi aku yakin itu dia 100 %. Hahaha aneh memang bercinta tapi tidak melihat wajahnya, tapi itu memang aku alami. Pagi itu aku panik bangun di samping pria yang tidur menelungkup, karena panik aku langsung keluar dari kamarnya untuk mencari tasku yang tertinggal di diskotik, maksud hati ingin mengambil ponsel agar bisa meminta nomor ponselnya atau memfotonya agar bisa meminta pertanggung jawaban jika sesuatu terjadi, tapi kenyataannya pas aku kembali kamar itu kosong dan roomboy mengatakan penyewanya sudah melakukan check out, kakiku luruh dan bingung mau mencari kemana dia tapi Tuhan berbaik hati karena dia meninggalkan kartu namanya dan itu menjadi awal mula kehidupanku bersama Baby ini. “Amalia, jujur sama saya… siapa ayah baby kamu, jangan takut saya akan bantu kamu meminta pertanggungjawabannya” ujarnya lagi, aku masih menitikkan airmata. Bisa-bisanya dia mengatakan itu sedangkan dialah ayah baby ini. “Kamu, kamu ayahnya Mike… beribu kali kamu menanyakannya saya juga akan menjawab hal yang sama, kamu ayah baby ini” kataku dengan yakin, ya yakin 100 % dialah ayah baby ini. Bukan pria lain seperti yang dibilangnya. “Shittttt tapi saya  tidak pernah nyentuh kamu!!” nadanya keras dan membentakku, ya Tuhan ada apa ini kenapa dia melupakan kejadian itu, kalo dia tidak mengakui baby ini aku harus bagaimana, hidup aku hancur. “Ingat lagi Mike, ingattt!!! atau jangan-jangan kamu amnesia? Kamu kecelakaan dan kepala kamu membentur sesuatu? makanya kamu lupa semuanya” kataku berusaha meyakinkan dia, dia semakin mencengkram kemudinya, terlihat urat-urat menyembul ditangannya, aku tau dia kesal tiba-tiba ditagih tanggung jawab, tapi aku juga nggak tau harus bagaimana jika ayah baby ini pun tidak mengakuinya. “Kamu drama banget, saya tidak amnesia dan saya yakin itu bukan anak saya, titik!!” awalnya dia baik dan ramah, menerima bayi ini tapi sekarang hanya penolakan dan perkataan yang membuat aku sakit hati, jika tau seperti ini lebih baik aku bunuh diri saja, keluarga membuangku dan sekarang dia juga menolakku. Lalu bagaimana dengan masa depanku dan anak ini. Hamil di luar nikah memang salah tapi baby ini tidak berhak menerima penghakiman dari siapapun termasuk Michael. Dia masih suci bahkan dia tidak meminta dihadirkan dirahimku, orang tuanya yang salah, aku dan Michael yang salah. Dan aku tidak mau hanya aku yang dirugikan sedangkan dia dengan anteng terbebas dari tanggung jawab. “Baiklah, kalo kamu tidak mengakui anak ini Mike, asal kamu tau… aku akan buktikan jika anak ini adalah anak kamu, kamu mau tes DNA? Oke aku akan jabanin karena aku yakin kamu ayahnya, kita tunggu 6 bulan lagi, setelah bayi ini lahir dan kita tau siapa ayahnya, kamu harus berlutut dikakiku!!! Memohon ampun dan membalas penghinaan yang kalian beri untuk aku dan anak aku” kataku dengan berapi-api. “Amalia, coba pikir baik-baik dan ingat lagi siapa ayahnya, 6 bulan itu waktu yang lama dan kita tidak bisa menunda-nunda mencari ayah baby kamu” ujarnya lagi dengan wajah panik setelah aku mengancam melakukan tes DNA, biarlah menunggu 6 bulan agar dia yakin ini anaknya daripada aku melihatnya bebas dari tanggung jawab karena menghamiliku. “Saya sudah bilang, ayahnya itu kamu… bawel banget sih, terserah mau percaya atau tidak, tapi sampai saya melahirkan saya akan tinggal dirumah kamu, saya tidak mau baby ini kekurangan asupan gizi dan kasih sayang ayahnya, meski ayahnya b******n yang mengandalkan Mokondo sekalipun, kamu mengusirku jangan salahkan besok ada headline di Koran nasional seorang Michael Arizona memperkosa wanita muda dan tidak mau bertanggung jawab” ancamku, Michael mengacak rambutnya karena frustasi, kamu frustasi aku lebih frustasi. Sebagai wanita akulah yang lebih banyak rugi, pria enak tinggal nidurin terus pergi gitu saja, sedangkan wanita menanggung hasil selama 9 bulan. “Oke, sepertinya keadaan semakin memanas dan pembicaraan ini semakin ngawur, lebih baik kita makan dulu dan setelah tenang kita bisa membicarakannya lagi” lembut dan penuh perhatian, alah bilang saja takut aku membuka aibnya keseluruh orang. Sorry nafsu makanku langsung menghilang. “Nggak usah, saya mau pulang” kataku lagi, Michael memukul setir berulang-ulang. Ckckck bisa-bisanya dia melupakan kejadian panas malam itu, dan semua ini gara-gara Tiara yang mengajakku keacara ulang tahunnya, entah apa yang diberinya didalam minumanku, hanya 2 gelas membuatku mabuk separah itu bahkan aku tidak sadar dibawa lelaki m***m seperti Michael ke hotel. **** Aku mendengarnya membanting pintu rumahnya setelah kami masuk, dikiranya dia saja yang bisa marah, akupun membanting pintu kamarku agar dia tau aku juga marah dan kesal atas perbuatannya yang seenaknya. “Amalia, kita harus menyelesaikan semuanya malam ini, saya tidak terima kamu ancam seperti tadi, itu sudah perbuatan melawan hukum” dia mengikuti masuk ke dalam kamar dan kami lagi-lagi berbincang dengan nada tinggi, hah aku tidak salah dengar? seharusnya aku yang menuntutnya karena tidak bertanggung jawab. “Itu bukan ancaman Mike, kamu tidak bertanggung jawab dan aku berhak memberitahu semua orang” balasku tak kalah keras. “Tapi apa yang mau saya tanggung jawabkan Amalia, jika saya saja tidak pernah meniduri kamu!! Mungkin pria lain yang melakukannya dan kamu menyalahkan semuanya kepada saya” aku menggigit bibirku mendengar kata-katanya yang menyakitiku. Plakkkk Aku menampar pipi kanannya dengan keras, dia sudah menghinaku dan baby ini. Aku bukan w************n yang bisa tidur dengan pria manapun, dia yang mengambil keperawananku. Aku membuka koperku dan mengambil spray putih yang bernoda darah lalu aku lemparkan ke wajahnya. “Saya bukan p*****r Tuan Michael Arizona, itu bukti kejadian malam itu, saya tau pasti kedepannya akan seperti ini makanya saya menyimpan spray itu sebagai bukti, kamu mengelak itu berarti kamu sama saja seperti binatang!! keluar dari kamar saya…. keluarrrrrr” maafin Bunda nak emosi seperti ini, tapi ayah-mu sangat keterlaluan. Aku membelakanginya dan menangis sesenggukan, andai tau dia pria pengecut seperti ini kenapa aku susah-susah datang dari Bandung ke Jakarta bahkan aku berjalan dari stasiun kereta api menuju rumahnya karena kehabisan ongkos. Semua demi Baby ini dan dia sama sekali tidak mau bertanggung jawab. “Amalia, bukan begitu maksud saya….” “Keluar!!! Oke kita selesaikan masalah ini melalui jalur hukum, biar hukum yang menyelesaikan” balasku sambil menghapus airmata. Michael mengeram kesal dan meninju cermin yang ada di sampingnya, aku melihat tetesan darah turun dari kepalan tangannya, aku tidak peduli karena hati aku lebih berdarah-darah mendengar penghinaannya. “Besok pagi kita ke kantor polisi” kataku dengan serius, aku sudah berbaik hati memintanya menunggu 6 bulan untuk melakukan tes DNA tapi dia masih menolak dan menghinaku, makanya jangan salahkan jika aku memutuskan menuntutnya. Dia keluar dari kamarku dengan membawa kekesalan dan juga luka akibat memukul cermin, aku menghembuskan nafas, betapa berat ujian yang Tuhan berikan padaku demi bisa memberi baby ini keluarga utuh. Aku tidak mau seperti kak Jihan yang terpaksa mengasuh anaknya seorang diri karena suaminya meninggal, aku tau perjuangannya dan itu tidak mudah. **** “Saya tidak mau basa basi lagi Mike, ayo kita kekantor polisi biarkan hukum dan polisi yang menyelesaikan masalah ini” pagi itu aku langsung mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor polisi, aku juga sudah mempersiapkan semua bukti yang mengarahkan Michael tersangka utama yang menghamiliku. “Ya sudah tunggu, saya juga mau ini semakin jelas… saya harus membersihkan nama baik saya” dia terlihat tidak takut, ya sudah terlanjur hancur lebih baik dihancurin sekalian. Kami berdua diam seribu bahasa selama perjalanan menuju kantor polisi, hanya bunyi  CD memecahkan kesunyian diantara kami. Perjalanan ke kantor polisi ternyata tidak membutuhkan waktu lama, kami kini sudah berdiri di depan pintu kantor polisi. “Ayo masuk dan perjelas semuanya” kataku, dia mengangguk dan kami melangkahkan kaki bersamaan untuk masuk. drttt drttt Ponsel Michael berdering, dia menghentikan langkah kakinya dan menjawab telepon entah dari siapa dengan wajah serius, aku masih menunggunya dengan beberapa kali mengelus perutku, meminta baby-ku kuat dalam menghadapi cobaan yang lumayan berat ini. “Halo” “…..” “Saham turun? Kenapa bisa?” oh mengenai pekerjaanya. “…..” “Oke saya mengerti, saya akan usahakan tidak ada lagi kejadian yang bisa membuat nilai saham semakin turun, tunggu saya di kantor nanti kita bicarakan” Michael menyimpan ponselnya dan melihatku dengan tatapan aneh, entahlah ada kemarahan dimatanya itu. “Oke saya mengalah kali ini, tapi jangan kira saya akan mengakui perbuatan yang tidak saya lakukan, keadaan perusahaan membutuhkan hawa sejuk dan berita ini akan membuat perusahaan semakin kacau, saya akan menunggu 6 bulan dan setelah baby itu lahir kita langsung lakukan tes DNA, dan jika baby itu anak saya, saya akan langsung nikahi kamu tapi jika dia bukan anak saya, siap-siap saja kamu saya adukan karena pemerasan” dia meninggalkan aku yang menghela nafas tanda bersyukur, sebenarnya aku juga takut dia benar-benar menyelesaikan ini melalui jalur hukum, semua orang akan tau anak dari Benny Notosubroto yang seorang dosen hamil diluar nikah, bisa-bisa ayah kena serangan jantung. “Baby, maafin Bunda ya… tapi yakinlah dia itu ayah kamu, seperti Bunda yakin dialah yang mencium Bunda penuh cinta malam itu” aku mengikutinya dan berharap 6 bulan ini  berlalu dengan cepat agar semua masalah bisa diselesaikan dengan baik. **** Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD