Michael - Tabahkan AKu Tuhan
Seumur hidup baru kali ini bertemu cewek ngeyelnya minta ampun. Sudah di bilang berkali-kali bukan aku ayahnya tapi tetap saja keras kepala dan mau menang sendiri tanpa mikir akibat perbuatannya bisa merusak masa depan dan nama baikku. Kasihan baby-nya punya Bunda tukang maksa. Jangan-jangan ayah baby itu juga dipaksa. Ckckck malang sekali pria sialan itu, dia yang berbuat aku yang menanggung akibat.
Tau nggak rasanya sudah jatuh ditimpa tangga terus diseruduk truck tinja, nah itu yang kini aku alami, sudahlah dituduh menghamili sedangkan aku merasa tidak melakukan hal itu, hampir dituntut ke polisi dan sekarang aku merasa dijajah dirumahku sendiri. Dia yang mengaku aku hamili menjadi sangat beringas dan berkuasa, bahkan dia seperti ibu tiri kejam kepadaku. Sungguh aku paling malas berurusan dengan dia tapi dia selalu pandai menggunakan kehamilannya untuk menekanku seperti siang ini.
“Aku ngidam mangga muda yang ada dirumah sebelah” mintanya siang itu, aku yang baru pulang kerja dan ingin beristirahat sengaja tidak mendengarkan perkataannya, sungguh aku capek berurusan dengan Amalia. Bayangkan selama 2 hari ini mungkin aku hanya tidur 2 jam setiap malam, dan penyebabnya siapa lagi kalo bukan dia.
“Ambil sendiri bisakan? Ada tangan dan juga kaki, jangan manja… aku capek tau nggak” balasku kesal.
“Oh gitu oke… baby, ayah kamu jahat nih, mentang-mentang dia tidak mengakui kamu, bunda ngidam nggak dituruti, kalo kamu ileran salahkan ayah ya”
“Aku bukan ayah-nya, ngeyel abis sih jadi orang” gerutuku kesal.
“Kamu nggak bisa bilang baby ini bukan milik kamu sebelum tes DNA dilakukan, andai Baby ini anak kamu… kamu bisa mengulang lagi hari ini? nggak kan dan pasti kamu merasa bersalah tidak memperhatikan baby ini selama dikandunganku, jadi silahkan ambilkan aku mangga muda atau kamu mau baby ini ileran” ancamnya lagi, dan dengan bodohnya lagi-lagi aku menuruti keinginannya, bukan karena takut aku ayah-nya karena aku yakin itu bukan baby-ku tapi aku malas saja baby itu keluar dengan iler yang banyak seperti kata dia tadi.
Aku melangkah dengan kaki terasa berat, mau bilang apa jika tetangga bertanya untuk siapa aku meminta mangga, sedangkan mereka tau aku belum menikah. Arghhh Amalia biang masalah dihidupku.
Tok tok tok
“Siapa” suara ibu tetangga membuatku kaget, biasanya hanya pembantu yang aku lihat.
“Saya bu tetangga sebelah” balasku dengan ramah, pintu terbuka dan aku melihat ibu-ibu sosialita dengan sasak rambut setinggi sarang tawon melihatku dari atas sampai ke bawah.
“Oh anaknya pak Hendri, ono opo?” tanyanya dengan nada sengak, sumpah aku paling malas berhubungan dengan ibu-ibu komplek seperti ibu ini, kalo bukan karena Amalia mungkin aku nggak akan pernah menyapa ibu-ibu sombong seperti ibu sarang tawon ini.
“Itu Bu, saya boleh minta mangga mudanya agak 2 biji… sepupu saya lagi ngidam pengen ngerujak mangga” mintaku dengan ramah, Ibu itu mengernyitkan keningnya dan mungkin bingung sepupu yang hamil kenapa aku yang rempong.
“Sepupu atau simpanan sampeyan? Kok mencurigakan” astaga, sabar Michael jangan lawan ibu-ibu kepo seperti ibu ini.
“Sepupu saya Bu, kalo nggak percaya silahkan tanya, nah itu dia” pas aku menunjuk Amalia yang sedang melakukan gerakan senam di teras depan dengan baju yang mencetak perutnya yang mulai menonjol. Ibu itu memperhatikan Amalia tapi dia seperti tidak percaya dengan apa yang aku bilang. Fiuh minta mangga muda aja ribetnya minta ampun. Lagian ngidam kok yang aneh-aneh aja emang enak gitu makan mangga muda, kalo mangga masak 1 kg juga bisa aku belikan.
“Ambil gih tapi yang kecil-kecil saja, mangga mahal di pasaran” ckckck punya tetangga kok ya perhitungan banget, nggak pernah merasakan ngidam kali ya ini Ibu.
“Makasih Ibu” Ibu itu kembali masuk kedalam rumahnya dan untungnya buahnya tidak terlalu tinggi jadi masih bisa gapai dari bawah saja. Baru akan mengambil buah yang ada di dekat kepalaku, Amalia menepuk bahuku.
“Apalagi sih, sabar napa… ini juga lagi diambil, gara-gara kamu aku berurusan dengan ibu-ibu kepo, pokoknya jika ada yang tanya apa hubungan kita bilang saja kamu sepupu aku, aku nggak mau semua orang mengira kita kumpul kebo dengan tinggal 1 atas tanpa status” bisikku ditelinganya.
“Ya sudah resmikan saja, rempong amat lagian ya aku nggak bisa bohong, aku diajarkan Ayah untuk berbicara jujur, jadi kalo ada yang nanya apa hubungan kita… aku bakal jawab, aku wanita yang dihamili tapi nggak mau dinikahi…. Hmmppppp” aku menutup mulutnya yang berbicara seakan pake toa, untung komplek lagi sepi kalo nggak aku bakal diarak keliling komplek karena kumpul kebo dengan Amalia.
“Berisik!!! Sana masuk dan tunggu mangga muda kamu di dalam” usirku, dia berusaha melepaskan peganganku dimulutnya.
“Sesek tau nggak!!! Kamu mau bunuh aku dan baby kamu hah? kira-kira dong kalo rencanain pembunuhan, nggak ditempat umum seperti ini, lagian aku mau bilang aku maunya mangga yang ada diujung sana, nggak mau yang dekat-dekat. Ayo manjat!!” dia mendorong tubuhku dan menunjuk dua buah mangga yang ada di ujung dahan.
“Gila, itu tinggi banget kamu mau ngerjain apa ngidam sih, bodo mau ileran atau nggak baby-nya, daripada aku jatuh dan mati, kalo mau silahkan manjat sendiri” tolakku, aku meninggalkannya sendirian. Aku yakin inibukan ngidam tapi usahanya membalasku, lagian kalo dia memang ngidam pasti dia bisa ambil sendiri.
“Pengecut!!! Kamu kira aku nggak bisa manjat pohon, jangan salah ya dulu banget aku itu raja-nya dalam manjat memanjat, bodohnya kenapa dulu aku mau saja dan tidak sadar di panjat cowok pengecut seperti kamu” gerutunya. Silahkan kalo berani, aku yakin itu cuma ancamannya saja. Aku memilih menghiraukannya dan berjalan masuk kembali ke dalam rumah.
“Huh pengecut” teriaknya lagi, aku yang kesal ingin menantangnya. tapi aku tidak melihat keberadaan Amalia di dekat pohon mangga, astaga jangan bilang dia benar-benar manjat dalam keadaan hamil, kalo jatuh yang kena masalah pasti aku. Aku berlari kembali ke rumah tetangga dan melihat Amalia benar-benar sedang memanjat dengan kaki telanjang.
“Astaga Amalia!!!! kamu gila ya, kalo jatuh gimana… ingat baby kamu” teriakku kesal.
“Lia Lia Lia panggil aku Lia, ngeyel juga ini orang” teriaknya.
“Suka-suka aku dong mau manggil apa, seperti kamu sesuka hati bertindak tanpa mikir. Sekarang turun atau ako goyang-goyangkan pohon ini agar kamu jatuh!!” ancamku, dia mengacuhkanku dan semakin naik ke dahan terujung.
“Nggak bisa!! Aku ngidam mangga dan kamu nggak mau ambilkan, aku sayang baby ini dan nggak mau dia ileran, sebentar dikit lagi” dia menjangkau mangga yang lumayan tinggi itu, aku masih melihatnya dari bawah dan bajunya ikut terangkat karena dia menjulurkan tangannya dan aku bisa melihat perutnya yang buncit.
“AMALIAAAA TURUNNNNNN” teriakku, bahkan ibu tetangga langsung keluar mendengar aku berteriak.
“Kenapa pake ribut segala sih, cuma ambil 2 biji mangga tapi ributnya se RT” gerutunya kesal. Aku hanya cengar cengir dan meminta maaf telah mengganggunya, untungnya ibu itu kembali masuk dan tidak melihat Amalia sedang ada diatas pohon. Huh 6 bulan kedepan hidupku akan semakin ribet dengan adanya Amalia, kenapa aku bisa kena jebakan dia sih dan siapa ayah baby itu kenapa dia berbuat tapi aku yang kena getahnya.
“Ho ho ho Mike… tangkap aku!!!, kakiku kesemutan” teriaknya, aku melihatnya sempoyongan dan seperti mau jatuh, aku menjulurkan tanganku dan panik melihatnya hampir jatuh.
Bughhhhh
Kami jatuh dengan posisi Amalia ada di atas badanku dengan memegang 2 biji mangga muda yang jadi sumber malapetaka siang ini dihidupku.
“Sorry” ujarnya dengan santai, tanpa tau akibat dia jatuh itu rasanya pinggangku mau patah. Bahkan aku nggak ada tenaga lagi untuk marah ketika melihatnya pergi meninggalkan aku yang masih terbaring karena susah untuk bangun.
****