“Pah, kata orang-orang, Mbah Mus jadi hantu! Hantu kelamin katanya, Pah! Itu hantu kayak apa, Pah? Sama tuyul, mirip enggak? Keren banget ih, Mbah Mus jadi hantu!” Dokter Arland langsung tidak bisa berkata-kata. Kata-kata yang terucap tanpa saring itu menyertai tatapan antusias tak berdosa dari Dika. Segera dokter Arland yang awalnya sedang mengamati suasana rumah makan di sebelah klinik, jongkok. Ia sengaja melakukannya demi menyamakan tingginya dengan Dika, hingga bocah yang memiliki garis wajah mirip Dimas itu tak lagi menengadah hanya untuk menatapnya. “Yang bilang begitu siapa? Maksud Papah, ... yang bilang mbah Mus jadi hantu ke Mas Dika, siapa?” dokter Arland bertanya dengan sangat hati-hati. “Bugede, Pah! Bugede ngerumpi sama tetangga di depan warung pecel lontong, tadi siang!