Arunika masih terdiam dan menerka-nerka. Lima menit telah berlalu dari berakhirnya sambungan teleponnya dengan dokter Arland, tapi sampai detik ini Arunika masih sulit percaya. “Mas Arland bilang kangen? Dia baik-baik saja, kan?” Arunika berangsur menatap ponsel yang masih ia genggam menggunakan kedua tangan, dan sebelumnya ia tempelkan pada dagu. Layar ponselnya sudah gelap karena memang tak ada lagi notifikasi apalagi sambungan telepon. Kemudian, tatapannya teralih ke samping belakang. Di sana, Bening dan Dika masih terlelap. Tak ada tanda-tanda keduanya akan bangun dalam waktu dekat. “Ya sudah aku pipis dulu terus tidur lagi.” Arunika beranjak dan turun dari tempat tidur. Saat dokter Arland kerja malam layaknya sekarang, ia dan Dika memang tidur di kamar Bening. Namun pengakuan kangen