part 2

1022 Words
Seseorang menendang kedua tubuh preman itu secara bersamaan sampai berguling di jurang kecil dengan rerumputan yang ditumbuhi oleh beberapa duri hingga membuat kedua preman itu meringis karena terkena duri, Gabby yang merasa kedua preman itu menjauh dari tubuhnya seketika membuka matanya dan langsung Srap… Seorang yang telah menolongnya dengan cepat menutupi tubuh Gabby yang hampir telanjang itu dengan jasnya. Gaby bernafas lega saat pria yang menolongnya langsung merosot kan tubuhnya menghampiri kedua preman itu, tanpa ba-bi-bu lagi, pria itu langsung menghajar kedua preman itu tanpa ampun. Gabby segera merapikan pakaiannya dan memakai jas itu sebagai penutup roknya yang robek karena tarikan dari preman yang begitu kuat. Sedangkan atasnya, Gaby tetap memakai Hoodienya karena merasa masih bisa digunakan lagi. "Nona tidak apa-apa?," tanya pria yang menolong Gaby, dengan cepat Gabby menggeleng kan kepalanya sambil menunduk masih merasa takut. "Nona tidak perlu takut, saya tidak akan macam-macam, mari saya antar Nona pulang." ucap pria itu sambil memegang kedua bahu Gabby agar tidak terjatuh karena masih gemetaran. "Maaf Tuan, saya terlalu lama mengurus para cicak tidak penting itu." Ucap Fatur asisten atau orang kepercayaan Sean Nicholas, yang kerap dipanggil dengan panggilan Sean. "Hemm," jawab Sean dengan datarnya tanpa melihat ke arah Gabby. Fatur membuka pintu belakang tepat di samping Sean untuk memberi tumpangan pada gadis yang ditolongnya. Fatur memutari mobil untuk duduk di belakang kemudi sebagai supir kedua orang di belakangnya. "Terimakasih pak sudah menolong saya," ucap Gabby Dengan suara lembutnya tanpa melihat ke arah salah satu antara Sean maupun Fatur, membuat Fatur seketika melihat ke arah spion di depannya. "Dia ngucapin terimakasih ke gue apa sama Tuan Sean ya, diakan gak nyebutin nama" gumam Fatur dalam hati, Gabby yang tidak mendengar respon dari salah satu kedua orang pria yang satu mobil dengan nya hanya berdecak kesal. Saat arah yang seharusnya berbelok ke arah samping menuju rumah Gabby, tiba-tiba Sean menyuruh Fatur segera menghentikan mobilnya. "Turun…!," Ucap Sean datar tanpa menoleh ke arah Gabby, Gabby yang orangnya memang peka,an langsung menatap wajah Sean dengan tatapan yang membingungkan, sedangkan Sean sendiri tetap acuh tanpa membalas tatapan Gabby. "Apa anda menyuruh saya turun di tempat ini?," tanya Gabby merasa tidak percaya, "Lalu, kamu siapa lagi yang menumpang di mobil ini selain kamu?," jawab Sean dengan sebuah pertanyaan yang membuat Gabby menghela nafasnya kesal. "Anda benar-benar manusia tidak punya hati nurani, bisa-bisanya anda menyuruh seorang gadis turun di tengah jalan, malam-malam begini lagi, dasar tidak berprikemanusiaan." ucap Gabby dengan menyemprotkan kata-kata yang membuat Sean menatapnya dengan tatapan membunuh. Gabby membuka pintu mobil Sean lalu keluar dan menutup pintu mobil tersebut dengan kasar hingga menimbulkan suara yang begitu nyaring, bahkan sampai membuat Fatur kaget dan langsung melihat ke arah tuannya. "Terimakasih." Ucap Gabby singkat, padat, namun bisa membuat kedua pria itu mengerti. Sean langsung membalas menatap Fatur yang sedang menatapnya dengan tatapan tajamnya. "Gadis yang seperti itu yang kamu tolong?," tanya Sean dengan suara dinginnya membuat Fatur meringis menahan takut. Dengan pelan Fatur kembali menatap ke depan tanpa menjawab pertanyaan Sean. Fatur langsung menjalankan kembali mesin mobilnya tanpa menunggu perintah dari Sean. Gabby terpaksa berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya, karena dari jalan pertigaan dimana dirinya diturunkan dengan secara tidak hormat dari mobil orang yang menolongnya, ah ralat, lebih tepatnya Bos dari orang yang menolongnya sebelum Sampai di rumahnya. "Nolong orang kok setengah-setengah, mana ini udah gelap lagi, dasar pria tidak punya hati." Berbagai umpatan terus terlontar dari mulut sexi Gabby yang di peruntukan pada Sean karena kesal. Gabby terus berjalan sambil menendang-nendang ke sembarang arah, saat Gabby sampai di gerbang rumahnya, tiba-tiba ponsel Gabby berdering pertanda ada panggilan masuk. "Hah, dia." Gumam Gabby dengan memutar bola matanya jengah saat melihat siapa si penelpon tersebut. "Hallo!," Sapa Gabby dengan malasnya "Segeralah Nona pulang, penyakit Nyonya besar sedang kambuh dan terus memanggil Nona!," Beritahu si penelpon yang tak lain pelayan pribadinya yang ditugaskan khusus untuk melayani Gaby, dan pelayanan tersebut pilihan dari neneknya langsung. Gabby yang mendengar kabar tersebut dari pelayan pribadinya segera berlari dan memanggil penjaga gerbang agar segera membukanya pintu, dengan cepat si penjaga gerbang itu membuka pintu gerbang dan langsung Gabby nyelonong masuk tanpa mengucapkan kata terimakasih, seperti biasanya,karena terlalu panik jika mendengar mengenai kesehatan neneknya. "Nenek….!," Panggil Gabby dengan suara terengah-engah seperti habis lari maraton. "Nona Gaby sudah datang?, Mari Non saya antar, Nyonya besar sedang istirahat setelah ditangani dokter pribadi di rumah ini." Ujar pelayan pribadi Gabby dengan sopannya. Gaby kembali berlari menuju kamar neneknya. Ceklek Dengan berhati-hati, Gabby membuka pintu kamar Feli dengan begitu pelan, agar tidak menimbulkan suara yang mengganggu tidur Feli. Gabby melangkah mendekat ke arah ranjang di Feli sedang istirahat. "Nenek!, Maafkan Gabby ya, Gabby tidak bermaksud untuk menyakiti hati Nenek, Gaby hanya belum siap untuk menyandang status sebagai istri orang, Gabby masih belum puas menikmati masa remaja Gabby, mungkin saja jika Gaby sudah dewasa, Gabby tidak akan menolaknya, bahkan Gabby tidak akan keberatan Nenek menjodohkan Gabby dengan pria manapun, ini masalahnya Gaby masih terlalu muda buat nikah, maafkan Gaby ya Nek?!," Pinta Gaby sambil mengelus tangan keriput Feli dengan lembut. Karena Gaby merasa neneknya tidak merasa terusik, akhirnya Gabby memutuskan untuk keluar dari kamar Feli, Gabby mencium kening Feli dengan lama tanda bentuk sayangnya terhadap Feli sebelum keluar dari kamar Feli. Saat di rasa Gabby sudah benar-benar menjauh dari kamarnya, Feli membuka matanya yang sempat tertutup rapat akibat kehadiran Gabby. "Hahaha, kena kau cucu cantikku." Gumam Feli dengan lirihnya serta senyum jahatnya. "Aku pastikan kamu tidak akan bisa lari dari pernikahan ini, sebesar apapun kamu berjuang untuk menolak perjodohan ini, maka aku akan semakin besar pula perjuangan ku agar tetap melanjutkan perjodohan ini," ujar Feli dengan senyum misterinya sambil meraih ponselnya dan mengetik pesan, yang tentunya pesan singkat itu berupa pesan penting, karena itu kalian tidak bisa tau apa isi pesannya wkwkwk (author). Setelah mengklik tanda send, Feli kembali meletakkan ponselnya, tak selang beberapa menit, ada seseorang yang masuk ke dalam kamar Feli, yang jelas orang itu bukan Gabby atau pelayan pribadi Gabby. "Apa anda yakin dengan rencana ini?," Tanya orang yang baru saja memasuki kamar Feli, "Tentu saja, kamu segera atur rencana selanjutnya!." perintah Feli dengan penuh keyakinan yang langsung dijawab anggukan oleh orang yang baru saja masuk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD